Jajak Pendapat Litbang "Kompas": Generasi Muda Yakin Kondisi 2023 Akan Lebih Baik
Meskipun banyak generasi muda yang masih berada dalam kesulitan di tahun ini, optimisme di tahun depan tidak membuat mereka hilang harapan menyambut tahun 2023.
Oleh
Debora Laksmi Indraswari
·5 menit baca
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Perawakilan dari Bursa Efek Indonesia Jateng memberikan pelatihan pasar modal bagi mahasiswa di Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah (21/11/2022). Edukasi ini diberikan bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan mereka tentang pengelolaan investasi.
Meskipun tidak mudah melewati tahun 2022, generasi muda masih optimistis bahwa kondisi perekonomian mereka akan lebih baik di tahun 2023. Pengalaman bertahan hidup ditambah dukungan sosial selama ini cukup meyakinkan mereka untuk menghadapi ancaman kelesuan ekonomi pada 2023.
Dampak pandemi Covid-19 ditambah munculnya gejolak ekonomi global dan kenaikan harga BBM bersubsidi membuat upaya bangkit dari keterpurukan terasa tak mudah dilakukan. Sulitnya situasi di tahun 2022 dialami seluruh lapisan masyarakat, tak terkecuali generasi muda di Tanah Air.
Generasi muda ini terdiri dari generasi milenial (lahir 1981-1996) dan generasi Z (lahir 1997-2012). Sensus Penduduk 2020 memperlihatkan ada 173,48 juta atau 64,69 persen penduduk Indonesia masuk kategori milenial dan gen Z.
Berbagai situasi sulit itu terlihat dari hasil jajak pendapat Litbang Kompas 3-7 November 2022 terhadap 610 responden di 34 provinsi. Dari jumlah responden itu, sebanyak 359 responden tergolong generasi milenial dan gen Z. Hasil survei menyebutkan, proporsi generasi milenial dan gen Z yang merasa kondisi tahun ini lebih buruk atau sama buruknya dengan tahun lalu hampir seimbang dengan mereka yang merasa bahwa tahun ini lebih baik atau sama baiknya dengan tahun lalu.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Antrian panjang para pencari kerja berusia muda di Jakarta Job Fair gelombang ke-3 di Pusat Grosir Cililitan, Jakarta Timur (11/10/2022). Bursa kerja menjadi upaya penyerapan angkatan kerja di pasar kerja serta mengurangi angka pengangguran.
Hal itu dapat dipahami bahwa selama setahun ini masih ada generasi muda yang merasa tidak ada perbaikan dalam perekonomiannya. Bahkan, sebagian juga merasa situasi tahun ini lebih buruk dibandingkan tahun lalu.
Kondisi stagnan itu paling terlihat pada bagian ketersediaan lapangan kerja. Menurut seperempat responden generasi muda, ketersediaan lapangan kerja pada tahun ini sama buruknya dengan tahun 2021. Dua dari sepuluh warga milenial dan gen Z bahkan merasa ketersediaan lapangan kerja lebih buruk dibandingkan tahun 2021.
Pandangan itu merepresentasikan sulitnya generasi muda dalam mencari pekerjaan. Tingkat pengangguran dari kalangan generasi muda juga tidak menunjukkan adanya penurunan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada kelompok usia 15-24 tahun (gen Z) tahun ini hampir tidak ada perubahan dibandingkan pada tahun pertama pandemi. Data per Agustus 2022 menyebutkan, TPT pada kelompok usia itu mencapai 20,63 persen. Sementara pada Agustus 2020, angkanya tidak jauh berbeda, yakni 20,46 persen.
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Aji (23) menunjukkan kolam udang vaname di UPTD Perikanan Air Payau dan Laut Wilayah Selatan (PAPLWS), Kabupaten Pangandaran (28/8/2022). Aji merupakan salah satu peserta petani milenial dalam program Pemprov Jabar yang mendorong generasi muda berperan dalam kemandirian pangan.
Kelompok generasi muda terutama gen Z dan milenial muda memang menduduki proporsi paling besar dalam kelompok usia produktif yang menganggur. Gen Z yang mayoritas masih mengenyam pendidikan dan ada pula yang fresh graduate harus menghadapi sulitnya mencari pekerjaan saat masa pandemi. Lowongan kerja terbatas karena pengetatan perekrutan dari perusahaan akibat lesunya kondisi ekonomi.
Sejumlah perusahaan bahkan terpaksa melakukan PHK yang juga berimbas pada generasi muda. Mereka yang terkena PHK ini juga kesulitan mendapatkan pekerjaan baru.
Kondisi itu berdampak pada pengelolaan keuangan generasi muda. Lapangan kerja yang terbatas, berkurangnya pendapatan, dan harga barang yang melambung membuat mereka harus mengatur keuangannya lebih ketat. Terbatasnya pendapatan memaksa mereka mengurangi porsi belanja kebutuhan sekunder dan tersier serta untuk menabung dan investasi. Menurut 34,9 persen responden milenial, kemampuan mereka untuk menabung atau menyimpan uang di tahun ini lebih buruk daripada tahun lalu. Demikian pula dengan kemampuan membeli barang investasi, seperti tanah, emas, dan saham, dirasa tiga dari sepuluh responden milenial lebih buruk daripada tahun lalu.
ARSIP PEMPROV JABAR
Petani milenial Jawa Barat diwisuda di Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat (24/3/2022). Sebanyak 1.249 petani yang diwisuda yang diharapkan menjadi wajah baru pertanian di Jabar dan mampu hidup mandiri.
Optimisme 2023
Meskipun banyak generasi muda yang masih berada dalam kesulitan di tahun ini, semangat optimisme menghadapi di tahun depan tidak membuat mereka hilang harapan menyambut tahun 2023. Hasil jajak pendapat Litbang Kompas memperlihatkan hampir semua responden gen Z dan milenial (92 persen) tetap yakin kondisi tahun 2023 akan lebih baik dari tahun ini.
Pandangan optimistis akan kondisi 2023 antara milenial dan gen Z paling terlihat pada pekerjaan. Ada 93,7 persen responden gen Z memandang pekerjaan mereka akan lebih baik di tahun mendatang. Di kelompok milenial, ada 79,4 persen responden yang berpendapat sama.
Nada optimisme juga paling terlihat ketika responden ditanyakan soal pendapatan dan kegiatan usaha atau bisnis di tahun mendatang. Sebanyak 76,7 persen milenial beranggapan pendapatan serta kondisi bisnis di tahun mendatang akan lebih baik. Bahkan, gen Z lebih banyak yang merasa optimistis akan dua hal itu.
Sembilan dari sepuluh responden gen Z merasa kegiatan usaha dan bisnis akan berlangsung lebih baik. Dalam hal pendapatan, 87 persen menyatakan perbaikan pendapatan pribadi maupun keluarga akan terjadi di tahun depan.
Optimisme generasi muda ini juga ditunjukkan dengan kesiapan dan keyakinan mereka menghadapi berbagai proyeksi kondisi perekonomian di tahun 2023. Meskipun isu kondisi perekonomian yang memburuk karena resesi meluas, generasi muda justru yakin mampu menghadapi ancaman kesulitan ekonomi di tahun 2023. Hal ini diungkapkan 91,9 persen responden milenial dan gen Z.
Keyakinan ini bisa jadi terpupuk dari keberhasilan mereka bertahan melewati pandemi dalam dua tahun terakhir. Dari pandemi, mereka memiliki pengalaman untuk menghadapi kesulitan ekonomi. Ada perubahan perilaku yang mau tidak mau harus dilakukan demi dapat bertahan hidup. Salah satunya dengan cara menabung dan berinvestasi.
Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), pada Oktober 2022 jumlah investor pasar modal mencapai 9,98 juta orang dan didominasi kalangan muda. Sebanyak 59,01 persen adalah investor berusia di bawah 30 tahun dan 22,28 persen lainnya investor berusia 31 sampai 40 tahun.
Aspek lain yang menunjang optimisme ialah tumbuhnya industri digital dan lokapasar (e-commerce) yang lekat dengan kaum muda. Bank Indonesia memproyeksikan nilai transaksi bisnis lokapasar pada 2022 bisa mencapai Rp 530 triliun, naik dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp 403 triliun.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Foto udara rumah tapak di Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat (6/10/2022). Kenaikan inflasi dan suku bunga acuan yang akan diikuti kenaikan suku bunga KPR, mulai memicu kegelisahan konsumen terutama generasi Milenial yang baru membeli rumah.
Faktor lain yang juga memupuk optimisme ialah dukungan pemerintah kepada generasi muda. Berbagai kebijakan digulirkan, mulai program Kartu Indonesia Pintar, Beasiswa Pendidikan Indonesia, Program Wirausaha Muda Pemula, hingga Program Kartu Prakerja yang telah diikuti 12,8 juta penerima manfaat yang didominasi generasi muda.
Di sisi lain, ada modal sosial yang menunjukkan masyarakat Indonesia memiliki ikatan sosial yang kuat, seperti saat puncak pandemi Covid-19. Generasi muda ini merasakan dan menyaksikan banyaknya bantuan serta kepedulian orang-orang di sekitarnya pada sesama yang membutuhkan.
Pada akhirnya, kepedulian lingkungan sosial, dukungan pemerintah, tumbuh pesatnya ekosistem digital, serta kemampuan melakukan adaptasi menjadi akumulasi keyakinan bagi generasi muda untuk memupuk optimisme dan terang di tahun menantang. (LITBANG KOMPAS)