Analisis Litbang ”Kompas”: Promosi Jokowi Bergantung pada Dukungan Sukarelawan dan Partai
Promosi Jokowi tentang sosok calon presiden akan tetap bergantung pada mesin politik partai dan loyalitas pemilihnya. Meskipun demikian, posisinya sebagai kepala negara semestinya tetap netral. Mampukah Jokowi?
Berulang kali Presiden Joko Widodo mempromosikan (endorse) sosok yang cocok untuk menjadi calon presiden di ruang terbuka, baik di hadapan barisan sukarelawan maupun di forum partai politik. Manuver politik itu kian mempertegas pengaruh Jokowi dalam gelanggang pemilihan presiden mendatang.
”Perlu saya sampaikan pemimpin yang mikirin rakyat itu kelihatan dari mukanya. Dari penampilannya itu kelihatan, banyak kerutan di wajahnya karena mikirin rakyat, ada juga yang mikirin rakyat sampai rambutnya putih semua,” ungkap Presiden Jokowi yang disambut teriakan dan tepuk tangan hadirin.
Demikian seruan Jokowi di hadapan ribuan sukarelawannya dalam acara Silahturahmi Gerakan Nusantara Bersatu di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (26/11/2022).
Dalam pidatonya itu, presiden bahkan dua kali mengulang untuk menegaskan penjelasannya mengenai kriteria sosok calon presiden yang senantiasa memprioritaskan rakyat dan tentunya pantas untuk didukung.
Manuver politik itu kian mempertegas pengaruh Jokowi dalam gelanggang pemilihan presiden mendatang.
Ciri pemimpin yang memiliki kerutan wajah seperti yang disampaikan Jokowi bisa saja diasosiakan terhadap banyak tokoh yang sejauh ini muncul dalam bursa bakal capres.
Namun, untuk identitas ”ubanan” yang diungkap secara gamblang mengarah jelas pada sosok Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang selama ini berpenampilan dengan rambut putih.
Tak luput pula dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengingatkan sukarelawan untuk berhati-hati dalam menentukan sosok capres yang akan didukung pada pemilihan mendatang. Sosok capres yang didukung harus berkomitmen menjaga capaian dan keberlanjutan pembangunan yang telah dimulai.
Arahan Jokowi dalam acara itu pun sontak banyak diartikan sebagai komando bagi sukarelawan untuk mengalirkan dukungan pada satu tokoh potensial capres. Momentum itu menjadi puncak jawaban dari penantian panjang menyangkut ke mana arah dukungan Jokowi pada Pemilu 2024.
Apa yang disampaikan Jokowi di tengah barisan para loyalisnya itu sedikit berbeda dari sebelumnya. Pernyataan Jokowi terkait dukungan pada capres kali ini terbilang cukup tegas.
Meskipun tak menyebutkan nama sosok secara langsung, pernyataan yang dilontarkan Jokowi sangat jelas jika dimaknai untuk menunjukan posisi politik mendukung sosok capres di pemilihan mendatang.
Hal lain yang juga perlu dicermati, acara temu sukarelawan politik Jokowi itu pun disiarkan secara langsung selama lebih kurang empat jam melalui channel Youtube milik Rans Entertainment, salah satu channel platform video terbesar di Tanah Air yang memiliki jumlah subscriber lebih dari 24,5 juta.
Hal itu tentu saja menjadi bagian dari agenda yang sengaja dipersiapkan untuk memperluas jangkauan informasi mengenai momentum penting konsolidasi yang dilakukan, seperti yang tertera dalam judul live video Nusantara Bersatu (Satu Komando untuk Indonesia).
Baca juga: Analisis Litbang ”Kompas”: Menakar Efek Promosi (”Endorse”) Jokowi Terkait Capres
Rentetan "endorse"
Penegasan yang berulang dalam menyampaikan promosi atau endorse capres kali ini berbeda dan dimaknai banyak pihak sebagai jawaban atas teka-teki arah dukungan Presiden Jokowi pada pemilihan presiden mendatang.
Banyak pula pihak yang menilai deklarasi dukungan Jokowi di acara sukarelawan Nusantara Bersatu itu sudah final dan disampaikan lebih tegas, tidak lagi disampaikan dengan malu-malu seperti sebelumnya.
Endorse dukungan oleh Jokowi untuk pencalonan presiden mendatang sudah berulang kali yang dilakukan. Jauh sebelum itu, dalam sejumlah kesempatan, Jokowi tercatat berulang kali mengeluarkan pernyataan yang mengarah kepentingan mempromosikan dukungan pada tokoh tertentu ataupun sekadar mengingatkan untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan mendukung capres.
Setidaknya sejak pertengahan tahun 2021, pernyataan Jokowi di hadapan sukarelawan Seknas telah menjadi perhatian publik terkait rencana dukungan pada sosok capres. Saat itu, Jokowi meminta sukarelawan pendukungnya untuk jangan tergesa-gesa (ojo kesusu) untuk mendukung tokoh yang maju dalam pemilihan presiden.
Pesan untuk berhati-hati dan tidak buru-buru atau ojo kesusu dalam menentukan dukungan capres berulang kali dilakukan Jokowi dalam forum-forum konsolidasi para loyalisnya. Narasi serupa pernah disampaikan Jokowi dalam Rakernas V Projo, 21 Mei 2022. Bahkan, saat itu Jokowi pun menyampaikan secara tersirat endorse politiknya yang mengarah pada sosok Ganjar yang turut hadir dalam acara.
Tak jauh berbeda, pesan kehati-hatian, ojo kesusu, untuk mengalirkan dukungan juga disampaikan Jokowi saat berkesempatan hadir dalam acara loyalisnya yang tergabung dalam kelompok Relawan Sapu Lidi pada 21 Agustus 2022 di Surabaya.
Kurang dari sepekan setelah itu, pernyataan serupa, ojo kesusu, bersabar untuk menjatuhkan dukungan pada sosok capres disampaikan Jokowi dalam Rapat Pimpinan Nasional Bravo Lima.
Selain arahan kepada barisan sukarelawan, peringatan kehati-hatian dalam mendukung capres juga pernah disampaikan Jokowi kepada partai politik. Peristiwa itu terekam saat Jokowi hadir memberikan pidato pada peringatan hari ulang tahun Partai Golkar dan Partai Perindo.
Dalam pesannya, baik pada Golkar maupun Perindo, Jokowi berharap partai memiliki pertimbangan matang untuk mengusung tokoh capres. Sebisa mungkin dukungan yang diberikan pun dapat mendatangkan efek elektoral yang positif bagi partai.
Baca juga: Kekuatan Politik ”Pasukan” Jokowi
Pengaruh Jokowi
Rentetan pernyataan Presiden Jokowi berupa dukungan pada tokoh potensial capres menjadi manuver politik yang akan berdampak besar pada peta persaingan, bahkan di tahap penentuan pengusungan pasangan calon presiden.
Jika melihat penyampaian narasi kepada para pendukung dan partai politik ini, faktor Jokowi sangat signifikan sebagai sosok besar yang memimpin jalannya orkestrasi perebutan suara pemilih.
Besarnya loyalitas barisan sukarelawan Jokowi merupakan modal yang sangat mumpuni untuk menjaring para pemilih. Hasil survei opini publik yang dilakukan Litbang Kompas secara nasional menangkap adanya kecenderungan sikap pemilih Jokowi untuk juga mengikuti pilihan capres figur idola tersebut.
Tidak kurang dari seperlima bagian responden pendukung Jokowi dalam pilpres lalu menyatakan akan tegak lurus dalam memilih capres berdasarkan apa yang disarankan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Lalu, dalam proporsi yang lebih besar, 38 persen responden lainnya mengaku akan mempertimbangkan saran yang diberikan Jokowi dalam menentukan dukungan capres.
Sejalan dengan itu, saran Jokowi sebagai pertimbangan dukungan capres pun terbaca masih cukup linear dengan pilihan partai politik. Para pemilih partai yang berada dalam rumpun loyal pendukung pemerintahan lebih cenderung bersedia mengikuti pilihan capres yang didukung oleh Jokowi.
Sikap dari pemilih PDI-P dan Nasdem, misalnya, yang notabene sebagai partai pendukung pemerintahan Jokowi, tidak kurang dari seperempat bagian respondennya menyatakan akan mengikuti saran dari Jokowi saat menentukan dukungan capres. Gejala yang sama pun terlihat pada pemilih partai yang masuk dalam barisan kabinet, seperti PKB, Golkar, dan PPP.
Sikap berkebalikan justru ditunjukkan oleh pemilih partai oposisi, seperti PKS. Hanya sebagian kecil pemilih PKS (8,9 persen) yang mengaku akan mengikuti saran Jokowi.
Begitu pun bagi pemilih Gerindra, PAN, dan Demokrat yang sedari awal belum menentukan sikap sebagai bagian dari pendukung pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Temuan ini semakin mempertegas bahwa bayang-bayang partisan partai masih begitu kental memengaruhi persepsi publik pada pemerintah, terutama penerimaan pada sosok Jokowi.
Berkaitan dengan itu pula, tak serupa dengan kelompok sukarelawan yang sudah tak lagi diragukan loyalitasnya, pada basis pemilih partai politik ini lebih memiliki tantangan yang kompleks untuk dapat diyakinkan sehingga dapat mengikuti saran pilihan capres Jokowi.
Pada dimensi ini pula, melakukan konsolidasi terhadap partai-partai pendukung pemerintahan menjadi penting untuk memperkuat narasi pengaruh dukungan capres oleh Jokowi.
Pada akhirnya, faktor promosi oleh Jokowi akan ditentukan oleh dua basis dukungan, baik sukarelawan maupun partai. Keberhasilan mengonsolidasi keduanya dengan mengandalkan kekuatan sosok Jokowi yang telah mengakar tentu akan terkonversi menjadi aliran dukungan yang begitu menjanjikan.
Meskipun demikian, dengan kondisi konfigurasi peta politik yang masih cair dan terbuka, segenap manuver yang dilakukan Jokowi dalam posisi masih memegang tampuk kepemimpinan nasional perlu juga berhati-hati.
Keterlibatan langsung sosok Presiden Jokowi dalam dukungan politik secara pragmatis akan sangat sulit dibedakan dalam posisinya sebagai seorang pemimpin negara yang sudah semestinya lebih mengedepankan kepentingan bersama dan menjamin pemilu berjalan aman tanpa perpecahan. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Analisis Litbang ”Kompas”: Capres Pilihan Presiden