Potret Pejuang Lingkungan dalam Baju Sehari-hari
Pejuang lingkungan hidup dengan kemandirian. Tak jarang ia lebih banyak mengorbankan hidup tanpa memandang kerugian hanya untuk lingkungan.
Pejuang lingkungan hadir di tengah masyarakat dalam baju sehari-hari. Kepedulian pada lingkungan tak jarang ditempuh dengan merelakan pikiran, waktu, dan kepemilikan materi demi terciptanya lingkungan yang ramah ditinggali.
Apresiasi terbesar patut dialamatkan bagi mereka yang tak bersuara lantang, tetapi menggerakkan kaki dan tangan demi menjaga kelestarian bumi.
Jajak pendapat Kompas pada awal November 2022 merekam, 81,7 persen responden menyatakan ada sosok yang peduli terhadap kondisi lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka. Artinya, 8 dari 10 orang meyakini keberadaan individu yang mau memperjuangkan kebaikan bagi bumi.
Para pejuang lingkungan ini disebut fokus pada berbagai persoalan, utamanya yang berkaitan langsung dengan kenyamanan tempat tinggal.
Kepedulian pada lingkungan tak jarang ditempuh dengan merelakan pikiran, waktu, dan kepemilikan materi demi terciptanya lingkungan yang ramah ditinggali.
Dari jumlah responden tersebut, 38,1 persennya menyebut ada sosok penggerak yang berupaya untuk menjaga kebersihan saluran air, seperti selokan, sungai, bahkan pantai. Keberadaan individu ini disebutkan paling banyak oleh responden yang berasal dari dari Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, dan Banten.
Sebanyak 23,2 persen responden menyatakan ada sosok yang peduli pada pendaur ulangan sampah. Potret ini terekam kuat di Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan Bali.
Sementara itu, ada 19,3 persen responden lainnya menyaksikan adanya orang yang memperbaiki lingkungan lewat aksi menanam pohon. Hal ini disampaikan paling banyak oleh responden yang berasal dari Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat.
Hasil jajak pendapat ini menunjukkan bahwa keberadaan orang yang peduli terhadap lingkungan sudah ada di sekeliling masyarakat Indonesia. Pernyataan publik tersebut menjadi pelita di tengah penyelamatan bumi oleh pemangku kebijakan yang rasanya jalan di tempat.
Kepedulian pada lingkungan tak jarang ditempuh dengan merelakan pikiran, waktu, dan kepemilikan materi demi terciptanya lingkungan yang ramah ditinggali. Hampir separuh responden (44,4 persen) menyebut sosok-sosok di sekeliling mereka menggunakan dana pribadi untuk memperjuangkan lingkungan hidup yang lebih baik.
Kondisi ini pun mengikis anggapan bahwa pegiat lingkungan hanya memanfaatkan persoalan lingkungan untuk mencari uang atau kendaraan politik semata. Nyatanya, pejuang lingkungan yang dikenal publik betul-betul mendedikasikan diri untuk menciptakan bumi yang lebih ramah untuk ditinggali.
Baca juga: Siapa Mau Jadi Pejuang Lingkungan?
Sampah
Perhatian pejuang lingkungan hidup yang masif pada isu kebersihan lingkungan dari sampah senada dengan persoalan paling besar yang dihadapi saat ini. Separuh responden menyebut pengolahan plastik sebagai isu yang paling krusial saat ini. Termasuk sepertiga responden lainnya yang menyorot pentingnya pengelolaan saluran air.
Pernyataan publik selaras dengan masih tingginya komposisi sampah tak terkelola di Indonesia. Laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa 35,5 persen sampah berstatus tidak terkelola pada 2021. Dengan timbulan sampah sebesar 30,9 juta ton, setidaknya 11 juta ton sampah berpotensi mengotori lingkungan, tak terkecuali yang hanyut dan menyumbat saluran air.
Tercatat sejumlah wilayah menjadi daerah dengan tingkat pengelolaan sampah yang rendah. Produksi sampah di Kabupaten Lanny Jaya di Papua dilaporkan hanya 1,1 persennya yang terkelola.
Sementara itu, sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah dan Lampung juga mencatatkan pengelolaan sampah di bawah 15 persen. Di Jawa, Kabupaten Serang di Banten menempati urutan keenam sebagai daerah dengan tingkat sampah terkelola rendah, yakni 8,4 persen
Tak hanya tak terkelola, isu krusial lainnya terkait sampah ialah plastik. Produksi sampah plastik belum menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun.
Plastik menyumbang 17,8 persen dari total sampah nasional pada 2021. Meskipun komposisinya kecil dibandingkan jenis sampah lainnya, sampah plastik memberikan dampak paling buruk bagi lingkungan.
Tidak hanya karena tingkat daur ulang yang masih rendah, sejumlah sampah plastik khususnya plastik sekali pakai terbukti tidak dapat didaur ulang.
Kombinasi data ini menunjukkan bahwa publik masih membutuhkan aksi nyata dari pemerintah untuk mengatasi sampah. Meskipun persoalan sampah terdengar sangat usang, hal inilah yang berdampak langsung bagi peri kehidupan masyarakat.
Baca juga: Jalan Senyap Para Pejuang Lingkungan
Bergema
Tidak hanya untuk dirinya sendiri, pejuang lingkungan berbaju sehari-hari ini mampu meningkatkan kesadaran masyarakat. Setidaknya delapan dari 10 responden menyebut sosok yang memiliki gaya hidup pro lingkungan telah memberikan pengaruh baik bagi orang di luar rumah tangganya.
Sebanyak 59,8 persen responden menyatakan kepedulian menjaga lingkungan oleh para sosok pejuang ini telah menginspirasi warga di lingkup rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW) untuk terlibat menjaga kebersihan sekitar.
Keberadaan pejuang lingkungan hidup di skala mikro ini tecermin pula dalam gerakan bank sampah-bank sampah di lingkup perumahan. Dari pantauan di lapangan, setidaknya ada tiga akun instagram bank sampah dalam lingkup RW yang konsisten mengelola sampah rumah tangga. Pemusatan pengelolaan sampah rumah tangga juga tidak terbatas pada sampah padat, tetapi juga sampah cair, seperti minyak goreng bekas atau jelantah.
Sementara itu, 20,8 persen menyebut semangatnya telah bergaung hingga level desa dan kecamatan. Bahkan, 4,3 persen menyampaikan bahwa perilaku pejuang lingkungan telah beresonansi hingga cakupan yang lebih luas.
Pernyataan publik ini menegaskan bahwa pejuang lingkungan benar-benar mendedikasikan diri untuk menciptakan bumi yang lebih ramah untuk ditinggali.
Tak hanya publik yang bersinggungan langsung dengan sosok yang peduli pada lingkungan, publik luas pun menyatakan bahwa pejuang lingkungan membawa manfaat penting dalam upaya menjaga bumi.
Mayoritas responden (89 persen) meyakini bahwa sosok pejuang lingkungan hidup akan memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat pada isu lingkungan.
Meski demikian, 17,3 persen responden menyebut tidak ada orang yang punya semangat berjuang untuk menjaga lingkungan di sekitar mereka. Hal ini disampaikan kuat oleh responden di Kalimantan Selatan.
Absennya pejuang lingkungan di sekitar masyarakat menjadi penanda yang dapat dimanfaatkan dalam upaya untuk memprioritaskan daerah yang perlu untuk mendapatkan edukasi.
Upaya untuk menjaga lingkungan perlu kolaborasi semua lapisan. Lewat perilaku pro-lingkungan warga, niscaya bumi dapat sembuh dari luka-luka eksploitasi. Gerakan individu maupun kelompok juga perlu dibarengi konsistensi pemerintah yang mengarusutamakan penyelamatan lingkungan.
Narasi kuat penyelamatan lingkungan yang tecermin dari jajak pendapat ini diharapkan dapat meningkatkan urgensi pemerintah memberikan payung hukum, kebijakan, dan program pro-kehidupan. Bukan apresiasi dan hadiah, para sosok pejuang hidup ini hanya membutuhkan hadirnya negara sebagai teman seperjuangan. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Menyelamatkan Hutan Mangrove di Sumut, Menyejahterakan Nelayan