Menakar Dampak Piala Dunia 2022 pada Perekonomian Qatar
Pertandingan olahraga internasional akan mampu membawa dampak bagi perekonomian bagi negara penyelenggara. Maka tak heran jika negara-negara selalu berebut untuk menjadi tuan rumah perhelatan akbar kelas dunia.
Oleh
Agustina Purwanti
·5 menit baca
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Pekerja menyelesaikan pekerjaan di kawasan Stadion Al-Byat, Al Khor, Qatar (16-11-2022). Stadion Al-Byat akan menjadi tempat pertandingan pembuka Piala Dunia 2022.
Piala Dunia yang mengundang antusiasme warga dunia dapat mendorong roda ekonomi berputar lebih cepat. Qatar yang kini menjadi tuan rumah perhelatan akbar kelas dunia itu pun akan turut merasakan ”kue ekonomi” yang cukup besar, salah satunya di bidang pariwisata.
Menjadi tuan rumah ajang kejuaraan dunia selalu diidam-idamkan banyak negara, apalagi sekelas Piala Dunia. Bagaimana tidak, momentum tersebut akan menjadi ajang promosi kelas internasional bagi negara terpilih. FIFA memperkirakan jumlah pemirsa yang akan menonton Piala Dunia 2022 dari televisi dan streaming akan mencapai 5 miliar penonton dunia.
Sorotan audiens dari seluruh dunia ini tentu menjadi panggung akbar bagi negara penyelenggara. Momentum tersebut dapat menjadi kesempatan bagi tuan rumah menunjukkan eksistensi di mata dunia. Ditambah lagi hadirnya jutaan manusia akan selalu diikuti dengan perputaran ekonomi yang sangat masif.
Kali ini, Qatar menjadi negara pertama di kawasan Timur Tengah yang menjadi penyelenggara Piala Dunia 2022. Keputusan itu sudah diumumkan sejak tahun 2010. Masa persiapan yang panjang tersebut digunakan Qatar untuk menyiapkan sarana dan fasilitas turnamen. Untuk menggelar kejuaraan yang diikuti 32 negara tersebut, Qatar menyiapkan delapan stadion, terdiri dari tujuh stadion baru dan satu renovasi.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Penonton keluar dari stasiun metro menuju ke Stadion Lusail, Qatar, untuk menonton pertandingan Piala Dunia 2022 antara Argentina melawan Arab Saudi (22/11/2022). Kedatangan jutaan penonton ke Qatar menjadi keuntungan ekonomi dan branding wisata dari penyelenggaraan Piala Dunia.
Qatar juga menyulap padang pasir menjadi rumput segar di delapan stadion tersebut. Pemerintah Qatar menggelontorkan dana sedikitnya 220 miliar dollar AS untuk menyambut Piala Dunia 2022. Selain stadion, Qatar juga membangun fasilitas penunjang seperti perluasan bandara, jalan raya, serta pembangunan hotel dan akomodasi sejenisnya.
Hal tersebut dilakukan secara ekstra lantaran Qatar merupakan negara kecil yang hanya dihuni sekitar 2,93 juta penduduk. Fasilitas akomodasi pun sudah pasti terbatas. Sejumlah media memberitakan, hingga awal tahun ini baru tersedia sekitar 29.222 kamar hotel. Itu pun sebagian besar sudah dipesan oleh FIFA untuk menampung tim, ofisial, dan sponsor.
Sementara perhelatan Piala Dunia diperkirakan mampu menghadirkan penonton yang melebihi daya tampung akomodasi di Qatar. Merujuk publikasi The Business of the FIFA World Cup (2022) dan Statista, sejak turnamen tahun 1986 yang digelar di Meksiko sudah mengundang antusiasme 2,4 juta penonton untuk datang ke stadion-stadion. Hingga turnamen terakhir tahun 2018 di Rusia, jumlahnya sudah mencapai lebih dari tiga juta penonton. Rata-rata penonton per pertandingan sekitar 47.000 orang.
Tahun ini saja, dalam acara pembukaan Piala Dunia Qatar 2022, FIFA menyebut lebih dari 60.000 orang datang untuk menonton. Boleh jadi, jumlah penonton secara keseluruhan akan lebih banyak daripada tahun-tahun sebelumnya.
AP/DOHA NEWS
Dalam foto yang dirilis Doha News, ini, terlihat warga antre berbelanja barang-barang kebutuhan pokok di sebuah supermarket di Doha, Qatar (5/6/2019). Kebutuhan akomodasi dan makan minum di Qatar akan meningkat saat penyelenggaraan Piala Dunia.
Pariwisata
Tingginya arus penonton itu di satu sisi menuntut Qatar untuk bekerja keras mempersiapkan semua infrastruktur. Namun, di sisi lain, kedatangan penonton tersebut akan membawa berkah bagi Qatar, salah satunya di bidang pariwisata.
Apalagi, Qatar sempat mengalami dampak pandemi Covid-19 di bidang wisata. Pembatasan mobilitas publik membuat jumlah kedatangan wisatawan ke Qatar merosot tajam. Data Bank Dunia menunjukkan, hanya tersisa 582.000 kunjungan ke Qatar pada tahun 2020. Padahal, rata-rata kunjungan wisatawan ke Qatar pada tahun-tahun sebelumnya mencapai lebih dari 2 juta orang.
Kondisi tersebut pun membuat pendapatan Qatar dari sektor pariwisata menurun. Tahun 2019, Qatar masih menerima sekitar 15,65 miliar dollar AS dari kunjungan wisatawan, tetapi pada tahun 2020 turun menjadi 14,32 miliar dollar AS.
Pandemi yang perlahan mereda membuat jumlah wisatawan ke Qatar sedikit bertambah pada tahun 2021, menjadi 611.000 kunjungan. Otoritas Pariwisata Qatar mencatat, hingga semester pertama tahun 2022 sudah ada 725.000 wisatawan yang datang ke negeri Timur Tengah tersebut. Dengan adanya Piala Dunia, peningkatannya diperkirakan bisa berlipat kali ganda.
Forbes memperkirakan akan ada 1,2 juta orang yang datang ke Qatar di masa Piala Dunia 2022. Ini menjadi momentum baik bagi Qatar untuk memulihkan kegiatan wisata. Qatar pernah mencapai kunjungan wisatawan asing terbanyak, 2,9 juta wisatawan pada 2015 dan 2016.
AP PHOTO/SAURABH DAS, FILE
Sebuah perahu tradisional tampak terapung di Teluk Corniche, Doha, dengan latar belakang gedung-gedung tinggi di pusat bisnis di Doha, Qatar (6/1/2011).
Sedikit banyak kunjungan tersebut akan berdampak pada peningkatan ekonomi di Qatar. Tahun 2019, sektor pariwisata mampu menyumbang sekitar 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Qatar serta menyerap lebih dari 5 persen tenaga kerja di Qatar.
Dengan masifnya aktivitas pengunjung, perputaran ekonomi pun akan relatif lebih cepat. Capaian pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi bukan tidak mungkin akan dapat diraih kembali. Pertengahan tahun ini, laju pertumbuhan ekonomi Qatar sudah kembali menguat menjadi 4,3 persen. Pertumbuhan tersebut hampir tiga kali lipat dari pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun lalu. Bahkan jauh lebih tinggi dari tahun 2020 yang terkontraksi 3,6 persen akibat pandemi.
Piala Dunia juga menjadi senjata ampuh untuk memperkenalkan pariwisata Qatar ke seluruh dunia. Apalagi, mayoritas peserta Piala Dunia berasal dari negara-negara Barat. Selama ini kunjungan wisatawan ke Qatar lebih didominasi oleh negara-negara di Asia.
Tahun 2021, seperempat dari total kunjungan wisatawan ke Qatar berasal dari India. Berikutnya disusul oleh Arab Saudi, Oman, dan Kuwait. Hanya Inggris dan Amerika Serikat yang masuk jajaran 10 besar kunjungan wisatawan ke Qatar pada tahun lalu. Itu pun hanya sebanyak 35.000 kunjungan.
Jika kunjungan wisatawan Barat ke Qatar konsisten, sektor pariwisata Qatar akan kian bertumbuh untuk jangka panjang. Kontribusinya pun akan terus bertambah kendati sulit untuk mengalahkan ekonomi Qatar dari hasil ekspor minyak dan gas alam.
Turnamen sebelumnya
Jika kunjungan wisatawan Barat ke Qatar konsisten, sektor pariwisata Qatar akan kian bertumbuh untuk jangka panjang. Tidak tertutup kemungkinan juga akan meningkatkan kinerja sektor lain dalam jangka panjang.
Hal serupa terjadi di Rusia sebagai penyelenggara Piala Dunia 2018. Dampak jangka panjang dari infrastruktur yang dibangun untuk Piala Dunia 2018 diperkirakan mampu meningkatkan PDB Rusia hingga 3,5 miliar dollar AS per tahun.
Saat itu, Rusia menggelontorkan dana sekitar 15 miliar dollar AS untuk persiapan Piala Dunia 2018. Lebih dari 100.000 tenaga kerja terlibat dalam mempersiapkan seluruh infrastruktur. Diketahui, dampak jangka pendek dari gelaran Piala Dunia itu tecermin dari meningkatnya PDB Rusia sebesar 0,1-0,2 persen.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNG
Toko-toko di Doha, Qatar, memajang bendera-bendara peserta Piala Dunia 2022 sebagai hiasan (16/11/2022). Penjualan merchandise seperti bendera atau kostum peserta World Cup menjadi salah satu lini perputaran ekonomi Piala Dunia.
Peningkatan tersebut juga tak lepas dari jutaan orang yang datang ke Rusia untuk menonton pertandingan. Namun, tentu tak hanya menonton, mereka juga melakukan ragam aktivitas lain yang mampu menggerakkan sektor pariwisata Rusia.
Diperkirakan total pengeluaran seluruh penonton saat itu sebesar 1,5 miliar dollar AS selama satu bulan penuh. Pengeluaran lebih banyak dialokasikan untuk biaya hotel, restoran dan makanan, merchandise, hingga belanja barang-barang kebutuhan olahraga (sport).
Pengeluaran penonton ini menjadi sebagian pendapatan bagi penyelenggara di luar revenue dari hak siar dan pertandingan. The Moscow Times menyebutkan total pendapatan yang diperoleh Rusia saat menyelenggarakan Piala Dunia 2018 mencapai 952 miliar rubel atau 14,5 miliar dollar AS. Dengan ragam penerimaan yang sama, penyelenggara Piala Dunia Qatar 2022 memperkirakan akan mendapatkan revenue sebesar 17 miliar dollar AS.
Hal tersebut membuktikan bahwa perhelatan kelas dunia memang mampu menjadi senjata yang ampuh untuk meningkatkan perekonomian tuan rumahnya. Qatar juga terus berpotensi mendapat revenue lanjutan dari masuknya turis setelah Piala Dunia. Kendati dampak ekonomi pariwisata Qatar belum mampu mengalahkan pendapatannya dari ekspor minyak dan gas alam, sektor pariwisata layak untuk terus dirawat sebagai bagian dari eksistensi di mata dunia. (LITBANG KOMPAS)