Warga Mulai Terlena Kala Covid-19 Masih Merajalela
Perilaku abai terhadap protokol kesehatan itu pun tak lepas dari anggapan bahwa pandemi telah usai. Tersisa 41 persen dari total responden yang menyatakan pandemi belum berakhir.
Oleh
Agustina Purwanti/Litbang Kompas
·4 menit baca
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Layanan kesehatan mulai ditingkatkan untuk memastikan kondisi penghuni tidak terpapar Covid-19 di Panti Wreda Pengayoman, Pleburan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (17/11/2022).
Instruksi dan pengawasan terkait penerapan protokol kesehatan perlu ditingkatkan kembali. Pasalnya, kekhawatiran warga akan munculnya varian baru dan peningkatan kasus Covid-19 masih belum diimbangi dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Sebagian besar warga beranggapan bahwa pandemi Covid-19 telah berakhir.
Memasuki November 2022, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia kembali tinggi. Jika pada Oktober rata-rata kasus baru berada di kisaran angka 1.000 per hari, jumlahnya bertambah dua hingga empat kali lipat pada bulan berikutnya.
Merujuk laman Covid19.go.id, rata-rata kasus baru pada minggu pertama Oktober mencapai 1.735 kasus. Jumlahnya bertambah menjadi 2.661 kasus pada pekan terakhir bulan yang sama. Bukannya mereda, kasus baru justru kian berlipat hingga menjadi 6.697 kasus pada minggu ketiga November. Secara harian, kasus paling tinggi tercatat pada 16 November sebanyak 8.486 kasus dalam sehari. Menjadi yang tertinggi sejak Agustus.
Peningkatan kasus itu bersamaan dengan munculnya varian baru, yakni subvarian Omicron XBB, yang disinyalir menjadi penyebab lonjakan Covid-19 di Indonesia. Pemerintah secara resmi menyatakan masuknya subvarian baru tersebut pada 22 Oktober 2022.
Sebuah banner yang dipasang kembali untuk menaati protokol kesehatan ketika memasuki area Panti Wreda Pengayoman, Pleburan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (17/11/2022).
Situasi itu akhirnya menimbulkan kekhawatiran masyarakat. Jajak pendapat Kompas pada 8-10 November merekam, separuh responden merasa khawatir terhadap munculnya subvarian baru dan meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia. Bahkan, 16 persen di antaranya mengaku sangat khawatir.
Protokol kesehatan
Sayangnya, kekhawatiran itu masih belum diimbangi dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Jajak pendapat Kompas merekam, hanya tiga perempat responden yang masih disiplin menerapkan protokol kesehatan hingga saat ini. Sebanyak 10 persen lainnya hanya menerapkan protokol kesehatan di awal pandemi dan ketika terjadi peningkatan kasus saja.
Memakai masker menjadi bentuk disiplin protokol kesehatan yang masih paling sering dilakukan kelompok terbesar responden. Berikutnya adalah mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan handsanitizer secara rutin. Upaya menjaga jarak dan menjauhi kerumunan menjadi yang paling sedikit dilakukan.
Sisanya sudah tidak melakukan protokol kesehatan apa pun. Bahkan, terdapat sebagian responden yang mengaku tidak pernah menerapkan protokol kesehatan sejak awal pandemi.
Ketidakpatuhan itu patut diwaspadai lantaran lonjakan kasus Covid-19 terjadi di tengah aktivitas sosial ekonomi masyarakat yang kembali meningkat. Berdasarkan data mobilitas penduduk yang dihimpun Google (Google Mobility Index), perubahan pada semua kategori aktivitas masyarakat berada di atas nol persen. Artinya, ada peningkatan aktivitas pada semua kategori, baik di perkantoran, tempat perbelanjaan, taman, maupun tempat transit.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi, jajak pendapat Kompas menemukan bahwa, semakin berumur, masyarakat semakin abai terhadap protokol kesehatan. Terdapat 77 persen responden usia 18-30 tahun yang masih setia menerapkan protokol kesehatan sejak awal pandemi. Namun, angkanya justru kian turun pada kelompok usia yang lebih dewasa. Tersisa 75 persen pada kelompok usia 31-45 tahun dan 73,8 persen pada kelompok usia 46-59 tahun.
Selisih pada ketiga kelompok tersebut memang relatif sedikit. Namun, pada kelompok lansia atau usia 60 tahun ke atas, hanya tersisa 65,6 persen responden yang masih menerapkan protokol kesehatan.
Padahal, ketiga kelompok usia tersebut tergolong paling rawan terpapar Covid-19. Peta sebaran Covid-19 yang disusun oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menunjukkan, 6 dari 10 pasien Covid-19 berasal dari kelompok usia tersebut.
Perilaku abai terhadap protokol kesehatan itu pun tak lepas dari anggapan bahwa pandemi telah usai. Tersisa 41 persen dari total responden yang menyatakan pandemi belum berakhir.
Semakin matang usia, tingkat fatalitas (fatality rate) kian tinggi. Hingga 18 November 2022, terdapat 159.291 pasien Covid-19 yang meninggal. Separuhnya adalah pasien yang berasal dari kelompok usia 60 tahun ke atas. Sisanya, kelompok usia 46-59 tahun (35,4 persen) dan 45 tahun ke bawah, yakni 17 persen.
Anggapan pandemi usai
Perilaku abai terhadap protokol kesehatan itu pun tak lepas dari anggapan bahwa pandemi telah usai. Tersisa 41 persen dari total responden yang menyatakan pandemi belum berakhir.
Separuh di antaranya meyakini bahwa munculnya varian baru dan peningkatan kasus Covid-19 masih sangat mungkin terjadi. Separuh lainnya menilai, jika muncul gejala seperti Covid-19, tidak lantas harus melakukan tes antigen. Dianggap sebagai batuk pilek biasa saja.
Adapun 42 persen dari total responden lainnya menganggap situasi saat ini sudah aman. Sebesar 10 persen di antaranya dengan yakin mengatakan bahwa sejak awal tidak pernah ada pandemi Covid-19. Empat dari 10 responden lainnya secara terang-terangan menyatakan bahwa pandemi sudah berakhir sehingga Covid-19 sudah tidak ada. Sementara separuh lainnya berpendapat situasi sudah aman karena sudah banyak masyarakat yang mendapatkan vaksin Covid-19.
Capaian vaksinasi dosis pertama dan kedua memang sudah tinggi, yakni 87 persen dan 73 persen. Namun, mayoritas pemberian vaksinasi dosis tersebut dilakukan pada akhir tahun lalu hingga awal tahun ini.
Presiden Joko Widodo saat menghadiri ASEAN Global Dialogue ke-2: Post Covid-19 Comprehensive Recovery, di Hotel Sokha, Phnom Penh, Kamboja, Minggu (13/11/2022).
Sayangnya, hingga saat ini capaian vaksinasi dosis ke-3 atau vaksin penguat (booster) baru mencapai 28,11 persen dari total target yang ditetapkan. Boleh jadi, upaya pemberian vaksin mulai kendur lantaran kasus Covid-19 sempat menurun beberapa waktu lalu. Hal tersebut harus segera diantisipasi.
Bentuk abai lainnya adalah masyarakat tidak lagi mengikuti pemberitaan pandemi Covid-19 sehingga tidak mengetahui perkembangan saat ini. Hal itu diungkapkan 16,2 persen responden jajak pendapat.
Data tersebut layak mendapat perhatian. Pasalnya, akan sangat mengkhawatirkan ketika publik dengan sengaja menutup akses terhadap informasi perkembangan Covid-19 di tengah kasus yang tengah melonjak. Saat protokol kesehatan semakin diabaikan, peningkatan kasus Covid-19 sulit dibendung.