Survei Litbang ”Kompas”: Pilihan Partai Pemilih Mula Berbeda, Siapa yang Unggul?
Dalam memilih partai, para pemilih mula cenderung memiliki pilihan yang berbeda dengan para pemilih yang berpengalaman.
Oleh
Bestian Nainggolan
·5 menit baca
Dibandingkan dengan hasil survei periode sebelumnya, survei Litbang Kompas terbaru, yakni periode Oktober 2022, cukup banyak menampilkan perubahan dukungan pilihan partai politik yang signifikan. Meski demikian, dari sisi konfigurasi urutan besaran penguasaan dukungan tetap mendudukkan peringkat partai politik yang tidak berbeda jauh dengan hasil survei periode sebelumnya. Sementara dari sisi proporsi dukungan terjadi peningkatan ataupun justru penurunan yang dinamis di antara partai politik.
Pada papan atas penguasaan dukungan, PDI-P tetap memuncaki persaingan. Dengan kisaran dukungan hingga 21 persen, PDI-P meninggalkan pesaing-pesaing politiknya cukup signifikan. Akan tetapi, dibandingkan dengan survei periode sebelumnya, dukungan terhadap PDI-P kali ini cenderung menurun. Hanya saja, penurunan masih bersifat relatif, lantaran masih dalam ambang batas toleransi. Begitu pula jika dibandingkan dengan capaian PDI-P dalam Pemilu 2019 lalu (19,33 persen), capaian kali ini relatif masih terbilang tetap.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Perubahan dukungan tampak pada Partai Gerindra dan Demokrat. Pada survei kali ini, Gerindra didukung oleh sekitar 16,3 persen responden. Dibandingkan dengan survei periode sebelumnya (12,5 persen), surplus dukungan yang cukup signifikan ini menjadi potensi baru bagi Gerindra untuk memperbesar penguasaannya ketimbang pada Pemilu 2019 lalu (12,6 persen).
Paling mencolok pada Demokrat. Menjadi partai oposisi terhadap pemerintahan saat ini tidak membuat pamornya redup. Apa yang terjadi saat ini justru Demokrat mendapat surplus dukungan yang relatif tinggi. Dengan proporsi penguasaan hingga 14 persen, partai ini naik tingkat menjadi terbesar ketiga.
Berdasarkan survei Kompas, praktis semenjak setahun terakhir ini terjadi peningkatan dukungan yang konsisten pada Demokrat. Apabila pada Oktober 2021 lalu masih mendapat dukungan di kisaran 5,4 persen, pada tahun 2022 konsisten meningkat, mulai dari 10,7 persen (Januari 2022) menjadi 11,6 persen (Juni 2022) dan kini kembali mendapatkan tambahan dukungan.
Pada papan tengah, konfigurasi pendukung partai politik relatif tetap. Posisi PKB, PKS, Nasdem, PAN, dan PPP tidak menunjukkan lonjakan ataupun penurunan yang siginifikan. Hanya, dalam barisan partai papan tengah ini tampak kehadiran Partai Golkar. Golkar yang dalam Pemilu 2019 menduduki peringkat ke-3 (12,3 persen), dalam survei-survei selalu berada di bawah itu. Survei periode Oktober menunjukkan dukungan 7,9 persen, atau menurun dibandingkan dengan survei periode sebelumnya.
Perubahan yang cukup mengejutkan terjadi pada partai yang selama ini terkelompokkan pada papan bawah persaingan. Kali ini, tampilnya Perindo dengan dukungan hingga 4,6 persen berpotensi mengangkat partai ini masuk persaingan barisan tengah. Sejak survei Oktober 2021 lalu hingga kini, peningkatan dukungan pada Perindo terbilang konsisten.
Perubahan dukungan, baik peningkatan ataupun penurunan yang dicapai partai-partai politik, tampak dinamis. Tidak banyak memang perubahan konfigurasi yang terbentuk, masih relatif sama dengan hasil Pemilu 2019 lalu. Semua ini menjadi gambaran awal dari pilihan para pemilih, yang dalam hal ini terepresentasikan pada seluruh responden survei.
Namun, dinamika pilihan partai ini menjadi menarik jika dilihat dari perspektif pilihan politik para pemilih mula, kalangan yang baru pertama kali memilih pada Pemilu 2024 mendatang. Hasil survei justru menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada konfigurasi pilihan partai politik pada kalangan pemilih mula.
Dari setiap partai yang bersaing, dukungan pemilih mula pada Demokrat paling banyak. Survei menunjukkan, setidaknya 18 persen responden menjadikan Demokrat sebagai partai pilihan mereka. Sebaliknya, PDI-P yang memuncaki persaingan pilihan politik, di kalangan pemilih mula hanya mampu meraih dukungan 15,6 persen, atau berada pada peringkat ketiga.
Sisi lain yang juga mengejutkan, kehadiran Partai Perindo yang mampu menarik perhatian para pemilih mula hingga mencapai 16,4 persen, atau berada pada peringkat kedua setelah Demokrat. Partai yang sebelumnya masih terkelompokkan dalam papan bawah persaingan ini, kini mulai mengancam partai-partai yang selama ini mapan posisinya.
Keunggulan Demokrat atas PDI-P dan kehadiran Perindo di mata kalangan pemilih muda ini menarik dicermati. Menjadi pertanyaan, faktor apakah yang menjadi daya tarik para pemilih mula terhadap Demokrat, hingga mampu menguasai arena persaingan. Sebaliknya, apa yang menjadi daya tarik pada PDI-P, hingga keterpilihannya di mata para pemilih mula relatif kurang kompetitif. Begitu pula apa yang menjadi pendorong pemilih mula menjadikan Perindo sebagai rujukan pilihannya?
Bagi Demokrat, kekuatan sosok yang ada dalam partai ini menjadi rujukan terbesar para pemilih mula. Hasil survei menunjukkan, tidak kurang dari 41 persen pemilih mula mengungkapkan jika tokoh yang berpengaruh pada Demokrat inilah yang menjadi landasan ketertarikan pilihan mereka. Tokoh berpengaruh yang dimaksud, masih belum jelas tergambarkan dalam survei ini.
Hanya saja, kemungkinan rujukan para pemilih mula terhadap tokoh berpengaruh di Demokrat tampaknya belum tertuju pada sosok ketua umum partai ini, Agus Harimurti Yudhoyono. Pasalnya, jika ditelusuri dari pilihan politik para pemilih mula Demokrat, khususnya pilihan calon presiden rujukan mereka, justru sosok Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Ridwan Kamil, tiga besar sosok pilihan calon presiden pemilih mula Demokrat. Besar dugaan, sosok mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menjadi rujukan pilihan para pemilih mula Demokrat.
Berbeda dengan Demokrat, para pemilih mula yang menjadikan PDI-P sebagai pilihan tidak banyak disertai alasan adanya sosok yang berpengaruh di partai ini. Alasan pemilih mula tampak tersebar pada sisi ideologi, termasuk visi dan misi partai (18,9 persen) dan program kerja yang ditawarkan (18,8 persen). Pertimbangan sosok berpengaruh pada partai ini hanya dijadikan rujukan oleh 12,5 persen pemilih PDI-P.
Membandingkan antara alasan pilihan pemilih mula pada PDI-P dengan pilihan pemilih mula pada calon presiden idaman mereka juga menarik dicermati. Pasalnya, hasil survei ini justru menunjukkan terdapat sosok-sosok kader partai PDI-P yang menjadi rujukan para pemilih mula sebagai calon presiden mereka.
Selain Ganjar Pranowo yang dominan dipilih, terdapat juga sosok Tri Rismaharini. Tampaknya masih belum jelasnya PDI-P menentukan calon presiden menjadikan partai ini belum dapat menikmati efek ”ekor jas” calon presiden yang dirujuk para pemilih mula. Argumentasi ini pula yang bisa jadi menjadi penyebab kegagalan PDI-P memuncaki persaingan di kalangan pemilih mula.
Jika pada PDI-P dan Demokrat menjadikan persoalan aktor politik yang berpengaruh sebagai variabel yang menentukan peningkatan ataupun penurunan dukungan, Perindo berbeda. Bagi partai ini, para pemilih mula menganggap bahwa daya tarik akan keterkenalan, program kerja yang ditawarkan, dan sosok partai sama besar menjadi rujukan mereka.
Penelusuran terhadap tiga pertimbangan utama pilihan: keterkenalan, program kerja partai, dan sosok partai bagi para pemilih Perindo menunjukkan kekuatan partai yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Program partai, misalnya tawaran kongkret dari partai ini dalam pengembangan ekonomi masyarakat, menjadi daya tarik riil. Daya tarik semacam itu menjadi semakin efektif tatkala diimbangi oleh kekuatan penyebarluasan pesan melalui media massa sebagai means of communication yang dikuasai.
Bagi para pemilih mula, menjadi sangat beralasan jika tawaran politik Perindo yang masif tersebarluaskan ini menjadi daya tarik. Namun, sisi sebaliknya dapat saja terjadi yang menunjukkan ”kerapuhan” pilihan. Dalam survei ini, misalnya, masih terdapat sebagian kalangan pemilih mula yang mengaku memilih Perindo (28,6 persen) tanpa disertai pertimbangan yang kuat, dan mengatakan ”tidak tahu”. (LITBANG KOMPAS)