Survei Litbang ”Kompas”: Membaca Arah Pilihan Gen Z di Pemilu 2024
Dukungan suara generasi Z mulai mengalir ke partai politik papan tengah dan papan bawah. Akankah dinamika dukungan suara gen Z bakal mengubah konstelasi partai politik jelang Pemilu 2024?
Dinamika dukungan suara generasi Z terlihat dari Survei Nasional Kompas periode Oktober 2022. Sebanyak 33 persen suara dari generasi Z mengalir ke partai politik papan tengah (keterpilihan di atas tiga persen) dan papan bawah (keterpilihan di bawah tiga persen).
Proporsi tersebut bertambah sebesar 6,6 persen dari periode survei sebelumnya. Aliran suara ini meningkat dibandingkan survei Juni 2022 yang hanya bertambah 1,4 persen.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Suara tersebut dihitung dari responden berusia 17 tahun hingga 25 tahun yang memilih partai selain partai papan atas, yakni PDI-P, Partai Demokrat, Partai Gerindra, dan Partai Golkar. Pergeseran suara ini mengandung makna semakin bekerjanya mesin partai-partai di jajaran tengah dan bawah yang memiliki daya tarik bagi generasi Z.
Lima partai saat ini masuk dalam kategori papan tengah dengan keterpilihan di atas tiga persen. Kelima parpol tersebut ialah Partai Persatuan Indonesia (Perindo), PKS, PKB, Nasdem, dan PAN. Dalam percaturan ini, Perindo paling bersinar dengan peningkatan elektabilitas.
Pada periode Oktober 2022, keterpilihan partai yang diketuai Hary Tanoesoedibjo ini tercatat sebesar 8 persen di mata pemilih gen Z. Angka ini bertambah hampir dua kali lipat dibandingkan elektabilitas pada Juni 2022 yang berada di angka 4,4 persen.
Keterpilihan Perindo di kalangan gen Z ini memegang peran penting pada elektabilitas partai secara umum. Tercatat, hanya 4,5 persen responden yang memilih Perindo jika pemilu dilakukan saat ini. Suara dari gen Z menambal celah belum meratanya pemilih partai ini terutama dari responden gen X dan gen Y.
Peran besar gen Z pada keterpilihan Perindo sudah terekam sejak survei periode Januari 2022. Suara kelompok gen Z untuk Perindo selalu paling besar dibandingkan responden dari generasi lainnya.
Artinya, Perindo punya peluang kesuksesan jika dapat meramu program kerja yang sesuai dengan keresahan yang dihadapi kalangan muda dan pemilih mula.
Kecenderungan mendapatkan dukungan dari gen Z yang juga terdiri dari pemilih mula ini nampak pada Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Keterpilihan Nasdem naik 0,8 poin menjadi 4,5 persen pada Oktober 2022. Suara dari gen Z sedikit lebih tinggi dari elektabilitas secara umum yang berada di angka 4,3 persen.
Dukungan suara generasi Z mulai mengalir ke partai politik papan tengah dan papan bawah
Sementara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) juga mendapatkan penambahan suara dari gen Z. Elektabilitas kedua partai berbasis pemilih Muslim ini masing-masing tercatat 5,6 persen dan 4,5 persen.
Meski naik, keterpilihan PKS dan PKB dari kalangan gen Z tidak mendominasi, sebab kedua partai ini lebih banyak bertumpu pada pemilih-pemilih yang usianya di atas gen Z.
Hal sebaliknya justru terjadi di Partai Amanat Nasional (PAN). Saat empat partai papan tengah mendapatkan tambahan suara, partai berlambang matahari ini justru kehilangan suara pemilih mula dan muda di bawah usia 26 tahun. Hanya 3,3 persen responden gen Z yang memilih PAN. Angka ini menurun sebesar 1,1 persen dibandingkan dengan periode survei Juni 2022.
Baca juga : Survei Litbang ”Kompas”: Nasdem Capreskan Anies, Siapa Diuntungkan?
Demokrat menanjak
Di jajaran partai papan atas, Partai Demokrat mendapatkan perhatian besar dari responden berusia 17 hingga 25 tahun. Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) justru kehilangan suara gen Z. Sementara itu, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) tak kunjung mengungkit elektabilitas setinggi awal tahun 2022.
Elektabilitas Partai Demokrat di kalangan gen Z naik 3,4 persen menjadi 18,4 persen. Keterpilihan di kalangan anak muda ini menguatkan elektabilitas partai secara umum yang ada di level 14 persen.
Layak untuk mengatakan bahwa partai pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono ini menjadi salah satu partai idaman generasi muda. Partai Demokrat semakin mengejar elektabilitas PDI-P yang saat ini masih berada di puncak dengan keterpilihan 19 persen. Perolehan suara PDI-P di kalangan warga muda ini cenderung konstan di kisaran 19-21 persen.
Nasib Partai Gerindra di mata gen Z justru terpuruk. Sempat dipilih 18 persen gen Z pada Januari 2022, partai besutan Prabowo Subianto ini kini hanya punya 13,9 persen suara pemilih gen Z. Keterpilihan Gerindra berhasil diungguli Demokrat pada Juni 2022.
Dengan konsistensi peningkatan keterpilihan di kalangan muda, Demokrat pun bisa memiliki peluang menarik simpati dan perhatian pemilih muda dibandingkan partai-partai papan atas lainnya.
Sementara itu, Partai Golkar patut mewaspadai hilangnya dukungan anak muda. Di mata pemilih gen Z, elektabilitas Golkar saat ini ada di level 3,9 persen. Keterpilihan ini turun separuhnya dari Juni 2022 yang tercatat 9,5 persen.
Gelombang peralihan pilihan di kalangan muda perlu mendapatkan perhatian partai. Temuan ini menyumbang masukan penting dalam rangka penguatan kerja-kerja partai yang berpihak pada konstituen muda.
Baca juga : Membaca Pergeseran Pemilih Partai Politik
Citra baik
Generasi Z yang terdiri dari responden berusia 17 hingga 25 tahun mulai menjajaki partai-partai lain. Proporsi kelompok ini yang belum menentukan pilihan partai semakin mengecil. Pada survei Januari 2022, tercatat sebanyak 17,2 persen gen Z belum mengetahui partai yang akan dipilih. Kini, proporsi tersebut menyusut menjadi 11,8 persen.
Tren tersebut dapat dibaca sebagai bentuk antusiasme publik muda untuk terlibat dalam wacana demokrasi. Apalagi, proporsi gen Z yang belum memiliki kandidat partai politik yang akan dipilih cenderung rendah jika dibandingkan generasi lain. Misalnya saja, pada gen Y Tua proporsinya mencapai 7,1 persen.
Tidak hanya itu, gen Z juga memiliki kesan positif pada parpol dibandingkan generasi lainnya. Sebanyak 52,1 persen dari generasi ini menilai baik citra parpol. Artinya, lebih dari separuh gen Z punya harapan pada lembaga ini untuk menguatkan kinerja.
Di tengah apresiasi ini, parpol perlu mengikis citra partai yang masih kental diwakili oleh kampanye-kampanye yang sekadar jargon. Upaya partai politik untuk menegaskan visi, misi, dan program kerja dianggap lebih penting dibandingkan dengan mendongkrak popularitas. Pada survei terkini Oktober ini, sebanyak 17,5 persen responden gen Z menjadikan aspek kinerja sebagai alasan utama memilih parpol.
Parpol perlu turut mendorong calon anggota legislatif untuk melakukan kerja yang berdampak di tengah masyarakat. Rakyat perlu merasakan kehadiran partai dalam menyelesaikan masalah nyata di lapangan. Bagaimanapun juga kualitas sosok pada partai memegang kunci keterpilihan partai.
Tidak heran jika kemudian sebanyak 21,1 persen responden dari gen Z ini menjadikan tokoh sebagai alasan utama saat memilih partai. Kini, menjadi tugas partai untuk mengombinasikan kematangan tokoh yang dapat menerapkan program kerja tepat guna demi menjawab tantangan elektoral.
Pada akhirnya potensi pemilih dari gen Z yang cenderung terbuka pada hal-hal baru semestinya memberikan sinyal pada peserta pemilu untuk lebih bisa menawarkan sesuatu yang baru bagi pemilih dari generasi muda dan mula ini.
Membaca perilaku pemilih dari gen Z yang kritis dan rasional sedikit banyak akan ”memaksa” partai politik untuk lebih mengedepankan program dibandingkan sekadar relasi emosional semata. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Membaca Potret Berpolitik Anak Muda