Survei Litbang ”Kompas”: Keterpilihan Sosok Cawapres Kian Kompetitif
Di tengah ketatnya persaingan tiga nama besar di posisi capres, nama-nama yang beredar di bursa cawapres menjadi faktor penentu potensi kemenangan di Pemilu 2024. Siapa saja mereka?
Sejumlah tokoh populer mengisi deretan teratas nama-nama calon wakil presiden pilihan publik. Peta persaingan di bursa ini pun terbaca semakin kompetitif, terlebih dengan mulai fokusnya pilihan pada sejumlah tokoh potensial.
Peta keterpilihan tokoh cawapres pilihan publik terbaca cukup lebih dinamis. Berbeda dengan posisi teratas elektabilitas calon presiden yang konsisten diisi oleh tiga tokoh dominan, pergulatan tingkat keterpilihan di panggung cawapres justru terus ramai oleh sosok populer dengan capaian elektabilitas yang terbilang ketat.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Hasil Survei Kepemimpinan Nasional Kompas untuk periode Oktober 2022 ini mencatat deretan figur ternama dalam bursa cawapres. Nama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berada di posisi paling atas dengan mengantongi elektabilitas untuk menjadi cawapres sebesar 11,5 persen.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berada di posisi paling atas dengan mengantongi elektabilitas untuk menjadi cawapres.
Dengan angka keterpilihan yang terpaut tipis, sebesar 10,6 persen, posisi kedua ditempati oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. Sementara itu, posisi elektabilitas cawapres selanjutnya secara berturut ditempati mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (9,3 persen) dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (7,3 persen).
Sementara itu, sosok Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menggenapi posisi lima besar elektabilitas untuk menjadi cawapres. AHY memperoleh tingkat keterpilihan tak kurang dari 6,6 persen. Kemudian disusul nama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang juga masuk bursa cawapres dengan elektabilitas di angka 4,4 persen.
Di luar itu nama-nama di atas, sederetan tokoh lainnya juga muncul dengan tingkat keterpilihan di atas 2 persen, yaitu Menteri Sosial Tri Rismaharini (2,5 persen) dan Menteri BUMN Erick Thohir (2,4 persen).
Baca juga: Membaca Pergeseran Pemilih Partai Politik
Kompetitif
Secara tren, setidaknya jika dilihat dalam tiga periode waktu survei selama tahun 2022 ini, komposisi elektabilitas di panggung cawapres memang terbaca fluktuatif. Melejitnya nama Ridwan Kamil dalam survei terakhir membuktikan bahwa proses politik yang berjalan masih akan sangat dinamis dengan banyak kemungkinan dan peluang alternatif.
Baik Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, maupun AHY, sebagai tokoh yang juga muncul dalam peringkat papan menengah capres potensial pilihan publik, sampai saat ini pun terbilang konsisten meraih keterpilihan yang memuaskan dalam panggung cawapres.
Adanya peningkatan signifikan pada keterpilihan Ridwan Kamil dua kali lipat elektabilitas sebelumya hingga menyentuh 11,5 persen tentu semakin meneguhkan posisinya sebagai sosok cawapres potensial. Sebelumnya, capaian elektabilitas sebagai cawapres sosok gubernur yang akrab dengan sapaan Kang Emil stagnan di angka 5 persen.
Lonjakan keterpilihan itu menggeser elektabilitas Sandiaga Uno yang dalam periode survei sebelumnya keluar sebagai jawara di bursa tokoh cawapres. Sepanjang tiga kali periode survei tahun ini, terbaca tingkat keterpilihan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu terus tergerus.
Di awal tahun ini, Sandiaga Uno sukses menguasai 17,6 persen tingkat keterpilihan sebagai paling layak menjadi cawapres. Kemudian tren penurunan mulai terbaca pada Juni 2022, tetapi bisa dikatakan belum cukup signifikan karena masih di bawah 1 persen, hingga tetap dapat bertahan pada posisi teratas.
Namun, penurunan hingga lebih dari 6 persen di periode Oktober 2022 ini tak pelak membuat keterpilihan Sandi yang pernah menjadi calon wakil presiden di Pilpres 2019 tersebut harus tergeser dari puncak peringkat sosok cawapres pilihan masyarakat.
Sementara nama Anies juga terus muncul di deretan tiga besar sebagai sosok cawapres dengan angka elektabilitas konsisten sebesar tak kurang dari 9 persen.
Tren pergeseran sejumlah tokoh terlihat terjadi pada elektabilitas cawapres di peringkat menengah. Sosok Ganjar yang muncul di urutan keempat dengan sedikit kenaikan elektabilitas menjadi 7,3 persen pun menggeser sejumlah tokoh yang sebelumnya diidolakan menjadi cawapres.
Kenaikan tingkat keterpilihan sebagai cawapres juga dialami AHY yang kini meneguhkan posisinya di urutan lima besar dengan elektabilitas 6,6 persen. Nama-nama lain yang juga masih mendulang tingkat keterpilihan yang cukup memuaskan untuk menjadi cawapres antara lain Tri Rismaharini hingga Erick Thohir.
Baca juga: Survei Litbang “Kompas”: Ganjar di Puncak, Anies Menanjak
Nama Tri Rismaharini bahkan sempat masuk dalam deretan lima teratas sosok yang dijagokan menjadi cawapres, sekalipun capaian keterpilihan itu tak bertahan dan saat ini harus berpuas mengantongi elektabilitas 2,5 persen.
Segenap perubahan yang terjadi pada lanskap persaingan elektabilitas cawapres ini masih berada pada mekanisme kesetimbangan dengan perebutan dukungan yang ketat antarsosok.
Dengan demikian, kenaikan ataupun penurunan yang drastis keterpilihan pada satu tokoh tak lantas juga secara langsung berpengaruh signifikan pada sosok potensial cawapres lainnya. Terlebih, proporsi pemilih yang bersikap belum memutuskan pilihan justru terus mengalami peningkatan hingga mencapai sepertiga bagian.
Pada konteks ini, pergeseran pemilih dalam menentukan pilihan cawapres masih besar dipengaruhi oleh alasan pragmatis yang melekat pada sosok. Sejauh ini alasan-alasan yang menitikberatkan pada sisi personal cawapres masih sangat signifikan memengaruhi pilihan publik.
Alasan berupa ketegasan dan kewibawaan tokoh masih sangat dominan menjadi tolok ukur bagi pendukung tokoh yang berlatar militer, seperti pemilih AHY dan Prabowo.
Begitupun dengan karakter pribadi yang sederhana dan merakyat yang menjadi alasan utama pemilih menilai kelayakan sosok cawapres. Alasan tersebut banyak diungkap oleh pemilih Ganjar, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, dan Anies.
Kedua alasan pertimbangan yang melekat pada sisi personal tokoh itu bahkan mengalahkan sejumlah faktor lain seperti pendidikan, integritas berupa perilaku jujur dan adil, bahkan kinerja yang ditunjukan para tokoh potensial cawapres selama berkiprah di ranah publik.
Baca juga: Survei Litbang ”Kompas”: Nasdem Capreskan Anies, Siapa Diuntungkan?
Sosok potensial
Pertimbangan pragmatis yang menentukan pilihan pada sosok cawapres tersebut akan menjadikan peta perebutan dukungan jauh lebih dinamis. Pergeseran pilihan yang memberikan efek langsung pada komposisi peringkat elektabilitas cawapres masih sangat dimungkinkan, terlebih jika pilihan publik terus menguat pada sejumlah sosok yang dinilai berpotensi.
Berkaitan dengan itu, gejala mulai fokusnya pilihan publik pada sejumlah sosok cawapres terbaca dengan pendekatan analisis yang melihat cawapres paling tepat untuk mendampingi tiga sosok potensial capres teratas.
Hasil pemetaan siapa sosok cawapres yang dinilai publik paling layak mendampingi Anies, Ganjar, dan Prabowo ini terbaca menguat pada sejumlah tokoh yang tentunya di luar sosok ketiga capres tersebut. Tokoh tersebut yaitu Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, AHY, Tri Rismaharini, Erick Thohir, hingga Puan Maharani.
Berdasarkan capaian elektabilitas, sosok cawapres tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga urutan peringkat, yaitu tingkat keterpilihan di atas 10 persen yang dapat dikatakan sangat potensial, keterpilihan menengah 5-10 persen, dan di bawah 5 persen.
Sosok cawapres yang dianggap paling potensial mendampingi Prabowo dalam pemilihan presiden mendatang menguat pada tiga tokoh yaitu Anies, Sandiaga Uno, dan Ganjar. Tren hasil survei pada Januari 2022 dan Oktober 2022 menunjukkan pilihan publik masih tetap mengarah pada ketiga sosok itu sebagai cawapres Prabowo.
Sementara jika Ganjar maju sebagai capres, muncul nama Sandiaga Uno, Anies, Tri Rismaharini, hingga Prabowo yang dinilai tepat untuk menjadi cawapres. Meskipun pada hasil survei terakhir menunjukkan bahwa cawapres yang dinilai potensial menjadi pendamping Ganjar mengerucut hanya pada dua sosok, yaitu Ridwan Kamil dan Anies.
Pada kondisi Anies maju dalam gelanggang pemilihan sebagai capres, berdasarkan pilihan publik, juga terdapat sejumlah tokoh potensial yang dapat menjadi alternatif untuk dipilih menjadi cawapres.
Pemetaan awal pada Januari 2022 memunculkan deretan nama Sandiaga Uno, Ganjar, Prabowo, hingga AHY. Sementara hasil survei Oktober 2022 memunculkan hanya tiga nama paling potensial untuk menjadi cawapres Anies, yaitu Sandiaga Uno, Ganjar, dan Ridwan Kamil.
Dengan semakin terkonsolidasinya pilihan publik pada sosok capres, akan menciptakan peta persaingan yang juga kian ketat. Pada kondisi itu, pilihan untuk memperluas dukungan salah satunya perlu dilakukan dengan mendapatkan pasangan cawapres yang tepat.
Bagaimanapun, sebagai kesatuan entitas dalam gelanggang pemilihan nanti yang berwujud pasangan calon, sosok cawapres tentu akan sangat menentukan perluasan dukungan pemilih. (LITBANG KOMPAS)