Survei Litbang ”Kompas”: Meredupnya Keyakinan Pemilih Partai terhadap Kinerja Pemerintah
Ada korelasi antara posisi partai politik terhadap pemerintahan dan penilaian pemilih partai terhadap kinerja pemerintah. Ada kecenderungan apresiasi pemilih mulai meredup saat menilai kinerja pemerintah.
Oleh
YOHAN WAHYU
·5 menit baca
Apresiasi pemilih partai politik terhadap kinerja pemerintah di dua tahun sisa masa periodenya cenderung menurun. Hal ini tidak saja ditunjukkan oleh pemilih dari partai politik yang selama ini memosisikan sebagai kekuatan oposisi terhadap pemerintah. Sikap dari sebagian pemilih partai yang berada dalam pemerintahan pun memberikan sinyal yang serupa.
Gejala ini terekam dari temuan hasil survei Kompas periode Oktober ini. Hal ini mengacu pada analisis kuadran yang menghubungkan dua variabel, yakni tingkat kepuasan dan tingkat keyakinan pada kinerja pemerintah.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Dua variabel ini diuji berdasarkan pilihan partai politik dari responden survei. Hal ini untuk melihat apakah posisi partai politik yang masuk dalam pemerintahan dengan partai yang berada di luar pemerintahan, polanya juga diikuti apa tidak oleh pemilih dari partai-partai tersebut.
Asumsinya, partai politik yang berada dalam pemerintahan, di atas kertas, tentu lebih setia dan loyal mendukung apapun kebijakan dan langkah-langkah yang diambil pemerintah. Alasannya, partai politik tersebut menjadi bagian dari pemerintah. Sebaliknya, partai politik yang tidak bergabung dalam pemerintahan akan cenderung lebih kritis karena mengambil sikap lebih oposan pada kinerja pemerintah.
Dari analisis kuadran terhadap dua variabel antara kepuasan dan keyakinan pada kinerja pemerintah ini, ada empat kuadran yang dihasilkan. Kuadran pertama: kiri bawah, adalah kelompok responden pemilih partai yang kepuasan dan keyakinannya sama-sama rendah. Kelompok pemilih ini bisa masuk kategori yang pesimistis dengan kinerja pemerintah saat ini dan kurang yakin akan ada perbaikan ke depan.
Selanjutnya, kuadran kiri atas, adalah kelompok responden yang keyakinannya tinggi, tetapi tingkat kepuasannya rendah. Mereka yang berada dalam kuadran ini masuk ke dalam kelompok pemilih partai yang masih menyimpan optimisme akan ada perbaikan kondisi ke depannya meskipun mengakui kondisi kinerja pemerintah hari ini belum memuaskan.
Kemudian kuadran kanan atas adalah kelompok pemilih partai yang sangat optimistis dengan kondisi hari ini dan masa yang akan datang. Mereka lebih banyak yang yakin dan puas akan kinerja pemerintah. Terakhir, di kuadran kanan bawah adalah kelompok pemilih yang cenderung puas dengan kinerja pemerintah, tetapi tidak cukup yakin dua tahun ke depan pemerintah mampu bekerja lebih baik lagi.
Kelompok pemilih partai mana saja yang masuk ke dalam empat kuadran di atas? Hasil survei Kompas periode Oktober ini merekam, ada gejala yang linier antara pemilih partai politik yang berada di dalam pemerintahan dan pemilih partai yang berada di luar pemerintahan atau oposisi. Kelompok pemilih PKS dan Demokrat yang selama ini berada di luar pemerintahan, lebih banyak masuk dalam kuadran kiri bawah.
Pemilih PKS relatif konsisten berada di kuadran kiri bawah ini. Hal ini juga terekam di survei periode Januari dan Juni 2022. Sebaliknya, pemilih Demokrat cenderung baru di survei Oktober ini posisinya utuh di kiri bawah.
Sebelumnya, pemilih Demokrat relatif lebih moderat, bahkan di survei Januari pemilih Demokrat masuk ke dalam kuadran kanan atas, baru kemudian di survei Juni lalu bergeser ke kanan bawah, dan terakhir di Oktober ini beralih ke kiri bawah.
Hal yang sama juga terjadi pada responden pemilih PPP yang lebih dinamis ”bergerak” dari kelompok yang apresiatif dengan kinerja pemerintah sampai pada kelompok yang cenderung pesimistis.
Kemudian kuadran kiri atas yang cenderung kepuasan rendah dan keyakinan perbaikan tinggi relatif konsisten tidak ada kelompok pemilih partai yang berada di kuadran ini, baik di survei Januari, Juni, maupun Oktober ini. Di atas kertas, memang susah ditemui pemilih yang sudah tidak puas dengan kinerja pemerintah, keyakinannya lebih tinggi terhadap kinerja pemerintah akan lebih baik lagi.
Sementara untuk kuadran kanan atas, yakni mereka yang lebih puas dan yakin kinerja pemerintah akan lebih baik lagi ke depan, lebih didominasi oleh kelompok pemilih partai yang selama ini menjadi pendukung penuh pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Mereka adalah pemilih PDI-P, Golkar, dan PKB. Kelompok pemilih dari ketiga partai ini relatif konsisten berada di kuadran kanan atas dari survei Januari, Juni, dan Oktober.
Lalu di kuadran kanan bawah, yakni mereka yang puas dengan kinerja pemerintah tetapi tidak yakin pemerintah akan bekerja lebih baik lagi, lebih diisi oleh kelompok pemilih partai Gerindra dan Nasdem. Sebelumnya, di survei Januari dan Juni, pemilih kedua partai ini relatif berada di kuadran kanan atas.
Jadi memang ada kecenderungan pergeseran apresiasi dari pemilih kedua partai ini. Jika dikaitkan dengan agenda Pemilu 2024, kedua partai ini sudah memiliki calon presiden yang akan diusungnya di pemilihan presiden.
Gerindra konsisten cenderung mengajukan kembali ketua umumnya, Prabowo Subianto. Sementara Nasdem sudah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presidennya pada 3 Oktober lalu.
Pergeseran yang sama juga terjadi pada pemilih PAN. Di survei Oktober ini kelompok pemilih PAN cenderung lebih apresiatif dengan kinerja pemerintah. Meskipun lebih dominan berada di kuadran kanan atas, posisinya lebih berada di antara kuadran kanan atas dan kanan bawah.
Namun, jika dibandingkan survei Januari, di Oktober ini pemilih PAN lebih banyak meyakini pemerintah akan bekerja lebih baik ke depannya. Boleh jadi ini tidak lepas dari bergabungnya secara resmi PAN ke dalam pemerintahan setelah ketua umumnya, Zulkifli Hasan, dilantik menjadi Menteri Perdagangan pada pertengahan Juni lalu.
Dari pergerakan kelompok pemilih partai di antara empat kuadran di atas memang memberikan sinyal bahwa apresiasi pemilih partai cenderung berkorelasi dengan langkah-langkah partai pilihannya. Apalagi di tahun politik menjelang pemilu, partai-partai politik mulai berhitung guna mempersiapkan diri berkontestasi di Pemilu 2024.
Bagi partai-partai politik yang di luar pemerintahan, seperti PKS dan Demokrat, beban politiknya boleh jadi tidak terlalu berat karena kalkulasinya lebih banyak terkait elektoral semata. Namun, bagi partai-partai yang kini masih berada di dalam koalisi pemerintahan, langkah politiknya tentu tetap harus mempertimbangkan keberadaannya di dalam pemerintahan.
Apa yang terjadi dengan Partai Nasdem bisa menjadi gambaran bagaimana langkah pendeklarasian Anies sebagai calon presiden partai ini cenderung direspons minor oleh partai politik yang sama-sama berada di dalam pemerintahan.
Seperti halnya pernyataan Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto yang mengingatkan parpol sesama anggota koalisi pemerintahan terikat etika untuk mendorong keberhasilan pemerintahan Jokowi-Amin hingga tuntas masa jabatannya pada Oktober 2024.
Hasto berpandangan, jangan sampai parpol anggota koalisi mengusung sosok yang memiliki kebijakan berbeda dengan presiden karena akan kontradiktif.
Pernyataan ini ditanggapi Wakil Ketua Umum Nasdem Ahmad Ali yang meyakinkan bahwa deklarasi bakal capres dan keberadaan Nasdem dalam pemerintahan sekaligus koalisi parpol pendukung pemerintahan merupakan dua hal berbeda dan tak akan menimbulkan konflik kepentingan (Kompas, 11/10/2022).
Pada akhirnya, semakin mendekati pelaksanaan pemilu, apalagi di pertengahan Desember nanti dengan diumumkannya secara resmi partai politik peserta Pemilu 2024, eskalasi politik akan semakin meningkat.
Dinamika politik partai yang cenderung mengambil pilihan politik yang ”berbeda” dengan koalisi pemerintahan saat ini sedikit banyak akan memengaruhi pilihan dari pemilih partai itu sendiri, termasuk di antaranya soal potensi bersinar atau meredupnya apresiasi pemilih partai pada kinerja pemerintah. (LITBANG KOMPAS)