Antusiasme Penonton Film Indonesia Melampaui Penonton Film Hollywood
Baru kali ini, jumlah penonton film nasional lebih banyak daripada jumlah penonton film Hollywood. Hal ini menunjukkan apresiasi tinggi dari masyarakat terhadap film lokal yang kian berkualitas baik.

Poster film Ivanna di bioskop CGV Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (4/8/2022). Film-film horor yang muncul sejak awal tahun ini dianggap sukses secara industrial dengan mencatatkan jumlah penonton yang tinggi.
Untuk pertama kalinya lima film Indonesia terlaris dapat melampaui jumlah penonton dari lima film papan atas besutan Hollywood yang diputar di bioskop-bioskop di Tanah Air. Hal ini menjadi penanda semakin tingginya apresiasi masyarakat terhadap film lokal yang semakin berkualitas baik.
Tahun 2022 menjadi momen kebangkitan sekaligus tahun kejayaan industri film nasional. Capaian ini salah satunya ditandai dengan tingginya antusiasme penikmat film untuk datang ke bioskop. Mereka berbondong-bondong menonton film buatan Indonesia.
Momen kebangkitan itu bersamaan pula dengan semakin kondusifnya pengendalian pandemi Covid-19. Kondisi demikian turut mendorong antusiame masyarakat untuk kembali merasakan keseruan menonton film beramai-ramai. Para pembuat film tentu melihat peluang animo yang tinggi ini. Beberapa film produksi dalam dan luar negeri pun rela menunda penayangan karya mereka supaya penonton dapat melihatnya secara langsung di layar lebar.
Salah satu film karya dalam negeri yang ditunda penayangannya, yaitu KKN di Desa Penari karya sutradara Awi Suryadi. Keputusan untuk menunda perilisan berbuah manis. Film besutan rumah produksi MD Pictures dan Pichouse Films ini menjadi film Indonesia paling laris sepanjang masa dengan perolehan 9,2 juta penonton.
Film selanjutnya yang juga mendulang sukses di tahun ini adalah Pengabdi Setan 2: Communion arahan sutradara Joko Anwar. Pada awal tahun 2020 atau ketika fase awal pandemi, beredar kabar bahwa aktivitas produksi film ini tengah dimulai. Namun, pada akhirnya film ini baru diluncurkan awal Agustus 2022.
Saat ini, Pengabdi Setan 2: Communion duduk di peringkat kedua sebagai film terlaris 2022 dengan membukukan 6,4 juta penonton. Film Indonesia lainnya yang bertengger di urutan ketiga adalah Miracle in Cell No 7 dengan 5,8 juta penonton. Urutan keempat ditempati film Ngeri-ngeri Sedap karya sutradara Bene Dion dengan capaian 2,8 juta penonton. Pada posisi kelima ada film Ivanna yang mengadopsi cerita dari Semesta Danur yang mampu menggaet 2,8 juta pasang mata untuk menyaksikan film ini di layar lebar.
Akumulasi jumlah penonton dari kelima film tersebut mencapai 27,1 juta orang. Angka ini jauh lebih banyak ketika disandingkan dengan raihan jumlah penonton film besutan Hollywood yang tayang tahun ini hingga September 2022. Akumulasi jumlah penonton dari lima film Barat terlaris mencapai 22,1 juta orang. Dengan demikian, untuk pertama kalinya film papan atas buatan dalam negeri mampu menggaet jumlah penonton lebih banyak daripada film-film unggulan Hollywood yang diputar di Indonesia.
Baca juga : Tiga Resep Sukses Film ”KKN di Desa Penari”

Film-film Hollywood terlaris sepanjang 2022 yang diputar di Indonesia antara lain Doctor Strange in the Multiverse of Madness dengan tokoh utama yang diperankan oleh aktor berkebangsaan Inggris, Benedict Cumberbatch. Doctor Strange berhasil menjaring 7,9 juta penikmat film Semesta Marvel.
Pada urutan kedua ada Thor: Love and Thunder yang membukukan 4,7 juta penonton. Selanjutnya secara berurutan di peringkat tiga hingga lima terdapat Jurassic World Dominion (3,9 juta penonton), Minions: The Rise of Gru (3 juta penonton), dan terakhir film bernuasa nostalgia Top Gun: Maverick (2,9 juta penonton).
Dua faktor
Unggulnya capaian jumlah penonton film lokal tersebut setidaknya didukung oleh berbagai faktor. Pertama, kurang semaraknya film-film Semesta Marvel di tahun 2022 ini. Daya tariknya tidak begitu tinggi apabila dibandingkan dengan besutan tahun 2019 dan 2018. Misalnya saja, Avengers: Endgame (2019) dengan perolehan 12,3 juta penonton serta Avengers: Infinity War (2018) yang ditonton oleh 9,7 juta orang Indonesia.
Tidak dapat dimungkiri bahwa untuk sementara ini takhta tertinggi jumlah penonton film Hollywood di Indonesia masih didominasi oleh film dari Semesta Marvel. Namun, di tahun 2022 film Doctor Strange hanya mampu meraup 7,9 juta penonton. Artinya, tingginya capaian industri film nasional dalam mengungguli film Barat saat ini masih bersifat relatif.
Sifat relatif yang dimaksud itu adalah daya tarik film Barat yang sedang rendah sehingga jumlah penonton tidak sebanyak sebelumnya. Bisa juga sebaliknya, karena memang daya tarik film Indonesia sedang kuat-kuatnya. Penilaian yang relatif ini akan tampak lebih stabil dengan melihat faktor yang kedua, yaitu tren daya tarik film nasional dari tahun ke tahun dilihat dari jumlah penontonnya.
Perbandingan dilakukan dengan mengambil data dari jumlah penonton lima film Indonesia terlaris di tahun 2016 hingga 2019 serta 2022. Periode 2020 dan 2021 sengaja dilewatkan karena pandemi Covid-19 membuat kondisi anomali pada tren data penonton.
Hasilnya, didapati bahwa film pada urutan keempat dan kelima di tahun 2018 tidak menembus angka 2 juta penonton. Kedua film itu adalah Si Doel the Movie (2018) dan juga Asih (2018). Perolehan penonton kedua film tersebut masing-masing sebanyak 1,8 juta dan 1,7 juta penonton.
Baca juga : Membangkitkan Kembali Kejayaan Film di Dalam Negeri

Capaian tertinggi dari segi jumlah penonton film nasional di tahun tersebut diduduki oleh Dilan 1990 (6,3 juta penonton). Sementara itu, jika dibandingkan dengan film di urutan kedua, yaitu Suzzanna: Bernapas dalam Kubur, terdapat selisih jumlah penonton hampir dua kali lipat.
Dari data tahun 2018 dapat diambil kesimpulan bahwa daya tarik film buatan lokal terpusat pada film-film tertentu saja. Hal ini menyebabkan distribusi penontonnya relatif tidak merata. Artinya, performa film Indonesia secara keseluruhan di mata masyarakat belum cukup kuat daya tariknya.
Kondisi tersebut mulai membaik di tahun 2019 dengan indikasinya terlihat dari raihan jumlah penonton film di peringkat keempat dan kelima sudah melampaui 2 juta orang. Namun, capaian industri film lokal pada 2019 itu masih didominasi oleh sekuel sejoli Dilan dan Milea yang menembus 5,3 juta penonton. Lagi-lagi terdapat kesenjangan jumlah penonton antara film peringkat pertama dan peringkat kedua yang mencapai hampir dua kali lipat.
Kualitas film
Perkembangan industri perfilman nasional yang semakin membaik dapat terwujud dengan peningkatan kualitas yang diupayakan oleh para pihak pegiat perfilman. Capaian para sineas nasional di tahun 2022 bisa diamati dan dijadikan pelajaran untuk produksi film-film selanjutnya.
Memang, larisnya sebuah film tentu disebabkan oleh banyak hal. Namun, perlu diperhatikan bahwa film yang laris belum tentu berkualitas dari aspek intrinsik film. Bisa jadi justru lebih menonjol pada aspek pendukung lainnya, seperti promosi serta kondisi kultural masyarakat sebagai target audiens.
Mengomentari sebuah film tentu perlu diletakkan pada konteks yang sesuai, misalnya tentang film KKN di Desa Penari. Kesuksesannya yang fenomenal tampaknya lebih banyak disumbang dari segi kondisi kultural audiens yang memiliki kedekatan dengan materi naskah yang dibawakan pada film tersebut. Selain itu, juga pada kondisi budaya masyarakat Indonesia yang menggandrungi cerita misteri, mistik, serta horor.

Film KKN di Desa Penari
Baca juga: ”Pengabdi Setan” dan Tingginya Peminat Film Horor di Indonesia
Kegemaran masyarakat terhadap film horor juga menjadi salah satu pendorong Pengabdi Setan 2: Communion menduduki posisi film terlaris kedua di tahun 2022. Kesuksesan Pengabdi Setan 2 juga didukung dari aspek kematangan cerita bersekuel yang sudah dibangun sejak film Pengabdi Setan yang pertama. Dengan menciptakan suatu semesta cerita, penonton akan lebih antusias untuk menantikan penayangan film lanjutannya.
Melihat tren film Indonesia tahun ini, film bergenre horor memang berada di puncak capaiannya. Namun, ada juga film bergenre drama yang menyentuh emosi penonton. Dua film yang cukup sukses bergenre ini adalah Miracle in Cell No 7 garapan sutradara Hanung Bramantyo serta Ngeri-ngeri Sedap.
Film horor dan drama memang menjadi dua genre favorit audiens film di Indonesia. Barangkali dengan penggarapan film yang makin serius dari segi teknis atau sinematografinya, serta aspek promosi dan riset pasar, niscaya orang akan makin tertarik menonton film buatan dalam negeri.
Peluang menarik animo penonton film Indonesia masih terbuka lebar. Pada tahun 2019 silam, baru ada lima film yang masing-masing bisa menembus angka 2 juta penonton. Namun, kini pada tahun 2022, setidaknya sudah ada delapan film yang bisa menembus angka tersebut.
Dengan demikian, sangat terbuka kemungkinan bahwa di tahun-tahun mendatang capaian minimal 2 juta penonton menjadi upaya relatif mudah bagi setiap film nasional yang dirilis di dalam negeri. Tentu saja hal ini akan terus memacu munculnya produksi-produksi film yang bermutu dan berkualitas tinggi. (LITBANG KOMPAS)