Pandemi tidak menyurutkan minat investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Realisasi penanaman modal asing memang sempat melambat, tetapi tidak butuh waktu lama untuk kembali menggeliat. Indonesia masih menjadi negara tujuan yang menarik untuk berinvestasi.
Realisasi penanaman modal asing (PMA) di Indonesia pada tahun 2020 hanya tumbuh 1,6 persen, naik dari 28,2 miliar dollar AS pada tahun 2019 menjadi 28,67 pada tahun 2020. Namun, dilihat dari aktivitas proyek, jumlahnya meningkat 87 persen dari 30.354 proyek pada 2019 menjadi 56.726 proyek pada 2020.
Pada tahun 2021 terjadi peningkatan realisasi PMA yang lebih tinggi, yakni 8,5 persen dengan nilai realisasi sebesar 31,09 miliar dollar AS. Akan tetapi, jumlah proyek tercatat hanya 27.271 proyek, turun 52 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan, jumlah ini lebih sedikit dibandingkan jumlah proyek sebelum pandemi (2019). Hal ini berarti nilai proyek yang diterima saat pandemi lebih tinggi.
Berdasarkan laporan World Investment Report (WIR) 2022, aliran PMA atau foreign direct investment (FDI) secara global tahun 2021 memang meningkat, yaitu tercatat 1,58 triliun dollar AS atau naik 64 persen dibandingkan tingkat FDI pada tahun pertama pandemi yang nilainya kurang dari 1 triliun dollar AS.
Peningkatan FDI global tersebut dipicu oleh maraknya (booming) aksi merger and acquisition (M&A) dan pertumbuhan proyek internasional di bidang finansial atau pembiayaan sebagai dampak dari dikeluarkannya paket-paket stimulus infrastruktur.
Kontribusi terbesar peningkatan FDI global tersebut disumbang oleh negara-negara berkembang dengan porsi 53 persen (837 miliar dollar AS).
Indonesia berada pada peringkat ke-20 dalam hal besaran aliran FDI pada tahun 2021. Posisi ini melorot dibandingkan tahun sebelumnya (2020) ketika Indonesia masih berada di peringkat ke-15.
Namun, aliran dana FDI ke Indonesia tahun 2021 sedikit meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Versi WIR 2022, FDI Indonesia tahun 2021 adalah sekitar 20 miliar dollar AS, lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 yang sebesar 19 miliar dollar AS.
Baca juga : Andalkan Hilirisasi, Kinerja Investasi Diyakini Melaju meski Dibayangi Resesi
Per negara
Jika dilihat per negara yang berinvestasi, aliran FDI terbesar ke Indonesia mayoritas berasal dari negara yang sama-sama berada di kawasan Asia. Porsinya mencapai 84 persen dari total FDI tahun 2020 dan 75 persen dari total tahun 2021.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Singapura merupakan investor FDI terbesar bagi Indonesia baik sebelum maupun di saat pandemi. Singapura berada di peringkat pertama pada masa-masa tersebut.
Sebelum pandemi, aliran FDI Singapura ke Indonesia tahun 2019 tercatat 6,5 miliar dollar AS. Setahun kemudian, nilainya bertambah 50 persen menjadi 9,77 miliar dollar AS. Pada tahun 2021, nilainya sedikit berkurang (-4 persen) menjadi 9,39 miliar dollar AS.
China dan Hong Kong menempati peringkat kedua terbesar aliran FDI ke Indonesia secara bergantian. Tahun 2020, China berada di peringkat kedua dengan nilai 4,84 miliar dollar AS dan turun satu peringkat pada tahun 2021 dengan nilai 3,16 miliar dollar AS.
Indonesia masih menjadi negara tujuan yang menarik untuk berinvestasi.
Hong Kong pada tahun 2020 berada di peringkat ketiga dengan nilai FDI 3,53 miliar dollar AS, tetapi tahun berikutnya naik ke peringkat kedua dengan nilai 4,6 miliar dollar AS.
Selain ketiga negara tersebut, negara Asia lainnya yang mengalirkan cukup banyak dana FDI ke Indonesia adalah Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan. Selain negara-negara tersebut, negara Eropa yang mengalirkan FDI ke Indonesia dalam jumlah besar dan masuk dalam daftar sepuluh besar adalah Belanda, Inggris, dan Swiss.
FDI Belanda ke Indonesia pada tahun 2021 tercatat sebesar 1,76 miliar dollar AS, naik 23 persen dibandingkan tahun 2020, dan berada di peringkat keenam terbesar.
FDI Swiss berada di peringkat ke-8 tahun 2021 dengan nilai 599,8 juta dollar AS, naik 358 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun Inggris berada di peringkat ke-9 dengan nilai FDI 322,9 juta dollar AS, juga naik sebesar 322 persen.
Amerika Serikat juga meningkatkan aliran dana FDI ke Indonesia dalam jumlah yang cukup besar seteleh pandemi. Tahun 2021, FDI dari AS mengalir sebesar 2,5 miliar dollar AS dan menempatkannya di peringkat ke-4.
Peringkat dan nilai investasi dari AS ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 ketika AS berada di peringkat ke-7 dengan nilai 749,7 miliar dollar AS. Artinya, ada peningkatan FDI AS ke Indonesia sebesar 238 persen.
Indonesia masih memiliki daya tarik yang besar bagi negara-negara lain untuk menginvestasikan dananya. Selain karena faktor Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak dengan struktur demogafi muda dan berlimpah sumber daya alam, hal itu juga karena faktor pembangunan fisik atau infrastruktur yang masih masif.
Di samping itu, dari perkembangan FDI selama periode 2015-2019, terlihat ada pergeseran minat dalam berinvestasi di Indonesia. Paradigma investasi di Indonesia mulai bergeser dari sektor yang berbasis sumber daya alam (resources base) ke sektor yang memproduksi barang konsumsi (market base), khususnya pada industri yang diwajibkan menggunakan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN).
Ke depan, arah kebijakan investasi tetap akan mendorong berkembangnya industri yang didukung oleh sektor yang mengolah sumber daya alam menjadi bahan baku. Dengan begitu, hilirisasi bisa terjadi dan membangkitkan kembali industri pengolahan domestik.
Baca juga : Analisis Litbang ”Kompas”: Tiga Tahun Anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional
Akan berubah
Realisasi FDI ke Indonesia pada tahun 2022 akan berubah cukup drastis. Berbagai faktor mengindikasikan hal tersebut, baik dilihat dari indikator global maupun domestik.
Secara global, perang di Ukraina memicu terhambatnya aliran FDI ke banyak negara. Pasalnya, di tengah upaya negara-negara bangkit dari dampak pandemi, situasi krisis 3F (food-fuel-financial) juga mesti dihadapi sebagai imbas dari perang Rusia-Ukaina.
Investor menghadapi ketidakpastian dan risiko yang lebih tinggi akibat krisis pangan, bahan bakar, dan finansial tersebut sehingga akan menurunkan nilai investasi secara global pada 2022.
Seberapa besar dana FDI masuk ke suatu negara, terutama negara berkembang seperti Indonesia, akan sangat tergantung pada bagaimana negara tersebut mengelola krisis pangan, bahan bakar, dan finansial di negerinya. Selain itu, ditentukan pula oleh stabilitas politik dan ekonomi di negara tersebut. Kondisi yang sama pastinya juga dihadapi negara-negara maju.
Beberapa faktor domestik juga menjadi tantangan tersendiri dalam meningkatkan investasi asing, terutama jika kita ingin mewujudkan pertumbuhan ekonomi di atas angka 5 persen.
Tantangan tersebut, di antaranya, adalah masih mahalnya biaya logistik di Indonesia dan belum terwujudnya transfer teknologi dan produktivitas sesuai yang diharapkan seiring dengan masuknya FDI.
Faktor domestik dan global ini kini saling berkelindan. Namun, tentunya kita berharap aliran FDI tidak akan tersendat. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Remitansi Terdampak Pandemi