Hujan Duka hingga Buzzer Polisi dalam Tragedi Kanjuruhan
Lini masa dipenuhi ungkapan duka atas Tragedi Kanjuruhan. Tim-tim sepakbola dalam dan luar negeri menyampaikan ungkapan duka. Namun ada pula akun-akun yang memperkeruh suasana yang dinilai mencuit tanpa empati.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·5 menit baca
Kabar duka mengentak Indonesia, Minggu (2/10/2022) dini hari. Akhir pekan yang semula diharapkan banyak orang diisi sukacita justru dipenuhi kabar duka cita. Percakapan Tragedi Kanjuruhan tak hanya ramai di kanal-kanal berita namun juga di lini masa media sosial.
Ratusan nyawa melayang akibat kerusuhan pasca pertandingan Arema FC vs Persebaya. Kerusuhan yang terjadi bukanlah bentrok antar suporter. Pasalnya, pendukung tim tamu, Persebaya, sejak awal dilarang untuk datang ke Stadion Kanjuruhan. Kerusuhan tersebut bahkan terjadi usai pertandingan usai.
Kemenangan 3-2 Persebaya atas tuan rumah Arema FC, tidak dapat diterima pendukung Arema. Upaya menghalau aksi suporter menggunakan gas air mata membuat kepanikan penonton.
Setelah penembakan gas air mata, suporter yang berada di tribune berusaha keluar melalui pintu secara bersamaan sehingga berdesakan-desakan, banyak yang tergencet dan terjatuh serta mengalami sesak napas. Diduga kondisi tersebut menyebabkan banyak korban tewas.
Peristiwa tersebut langsung mencuri perhatian warganet. Aplikasi pemantauan percakapan Talkwalker merekam, percakapan terkait kata kunci Kanjuruhan, Arema, Aremania, dan Malang mulai riuh pada Sabtu (1/10/2022) pukul 22.00. Pertandingan Arema vs Persebaya yang dimulai pukul 20.00 rampung sekitar pukul 22.00.
Semenjak itu percakapan terkait kata kunci Kanjuruhan, Arema, Aremania dan Malang semakin riuh. Hingga Minggu dini hari pukul 03.00 tampak eskalasi percakapan. Melewati pukul 03.00, percakapan mulai mereda.
Baru pada pukul 06.00 percakapan kembali riuh dan semakin ramai. Eskalasi percakapan terus meningkat pada 12 jam terakhir hingga tercatat ada 536.000 percakapan untuk kata kunci Kanjuruhan, 321.000 untuk Malang, 283.000 untuk Arema, dan 54.000 untuk Aremania.
Warganet banyak menyematkan tagar #PrayForKanjuruhan dan #TragediKanjuruhan dalam cuitan-cuitan mereka. Ungkapan duka hingga rasa tidak percaya terhadap tragedi tersebut memenuhi linimasa.
Dalam periode waktu yang hampir bersamaan, banyak akun media sosial resmi tim-tim sepak bola Indonesia mengganti gambar profil mereka. Logo tim yang biasanya dipenuhi dengan latar belakang warna tim, kini berubah menjadi warna hitam. Beberapa tim yang mengganti warna latar belakang logo mereka antara lain, Persebaya Surabaya, Persib Bandung dan Persija.
Persebaya Surabaya melalui akun resmi mereka di twitter juga menulis ucapan duka cita. “Keluarga besar Persebaya turut berdukacita sedalam-dalamnya atas jatuhnya korban jiwa setelah laga Arema FC vs Persebaya. Tidak ada satupun nyawa yang sepadan dengan sepak bola. Alfatihah untuk para korban dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan,” tulis akun @persebayaupdate.
Ungkapan duka juga ditulis akun resmi Persib dan Persija yang pertandingannya harus ditunda pasca Tragedi Kanjuruhan tersebut. “Segenap keluarga besar PERSIB menyampaikan turut berduka cita atas kejadian yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang,” tulis akun @persib.
Sedangkan akun @Persija_Jkt mengganti warna latar belakang logo mereka sembari memberikan keterangan bahwa tim mereka yang berangkat ke Bandung telah kembali ke Jakarta. “Seluruh Pemain dan official Persija Jakarta yang berangkat ke Bandung telah sampai di Jakarta dengan aman dan selamat. Informasi terkait kegiatan tim selanjutnya akan segera kami beritakan di seluruh kanal media sosial Persija Jakarta,” tulis akun @Persija_Jkt.
Ungkapan duka tak hanya disampaikan warganet Indonesia dan tim-tim sepak bola Indonesia. Sejumlah pesepakbola internasional dan tim-tim sepak bola luar negeri juga turut bersimpati atas jatuhnya korban dalam Tragedi Kanjuruhan. Beberapa diantaranya ialah Tim Liga Inggris Liverpool, Tim Liga Spanyol Barcelona, hingga Tim Liga Prancis Paris Saint-Germain.
Perhatian dunia sepak bola internasional tampaknya kini memang sedang tertuju ke Indonesia. Sayangnya, bukan prestasi yang membuat mereka menoleh, melainkan karena tragedi kemanusiaan.
Akun resmi federasi sepak bola internasional FIFA @FIFA.com me-retweet postingan @fifamedia yang memposting statement Presiden FIFA Gianni Infantino. Dalam pernyataan resminya Giani Infantino menyebut, dunia sepak bola terkejut atas insiden tragis yang terjadi di Indonesia pada akhir pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan.
“Ini adalah hari yang kelam bagi semua yang terlibat dalam sepak bola dan menjadi tragedi yang sulit dipahami. Saya menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada keluarga dan teman-teman para korban yang kehilangan nyawa karena insiden tragis ini,” ujarnya.
Sayangnya, di tengah suasana duka, ada beberapa pihak yang menjadikan tragedi ini sebagai sarana untuk membenarkan aksi kepolisian yang menggunakan gas air mata dalam penanganan kerusuhan dalam pertandingan sepakbola. Salah satunya akun @qislin3 yang memiliki 28 pengikut dan baru bergabung di twitter pada September 2021.
Dalam salah satu unggahannya ia menulis, “kalau Polisi di salahkan karena menebak gas air mata, lantas apa untuk memukul mundur suporter yang haus tawuran. Semar mesem, brojo musti. Polisi juga manusia.”
Cuitan tersebut banyak mendapat tanggapan negatif dari warganet lainnya. Akun @priatulenn menanggapi cuitan tersebut dengan komentar, “akun buzzer polisi.” Tudingan tersebut tidak sepenuhnya salah dan wajar. Pasalnya akun yang baru berumur 1 tahun tersebut sudah mencuitkan 2.799 cuitan yang sebagian besar berisi kegiatan kepolisian atau berkaitan dengan citra positif polisi.
Bagaimanapun juga, saat ini suasana duka sedang menggelayut di dunia sepak bola nasional maupun dunia. Korban yang berjatuhan bukan sekedar angka. Tragedi Kanjuruhan tak bisa dikenang sebagai peristiwa duka tanpa ada pelajaran berharga yang berguna untuk sepak bola Indonesia kedepannya.
Warganet menuntut pihak yang bertanggung jawab sehingga menyebabkan ratusan nyawa melayang sia-sia. “Ratusan Suporter Arema Di Kanjuruhan Malang Meregang Nyawa. Ini tidak logis, sebab Bonek tidak ada. Kalau baku hantam Kok ratusan. Banyak spekulasi akibat gas air mata dari Polisi. Apabila benar!! Ini fatal, Polisi wajib tanggung jawab. Bisa jadi ini pelanggaran HAM,” cuit @_hamhom