Analisis Litbang “Kompas”: Agus Yudhoyono Berpasangan Anies, Siapa yang Berminat?
Ketertarikan pemilih Demokrat dan PKS terhadap pasangan Agus Yudhoyono (AHY) dan Anies Baswedan lebih besar ketimbang pemilih Nasdem.
Oleh
Bestian Nainggolan
·6 menit baca
DOKUMENTASI DEMOKRAT
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bertemu dengan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, mantan Wapres Jusuf Kalla, Ketua Umum Nasdem Surya Paloh, dan Presiden PKS Ahmad Syaikhu, di acara pernikahan anak dari anggota DPR Fraksi Nasdem, Sugeng Suparwoto, (18/9/2022) di Jakarta.
Selepas putusan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Demokrat, Majelis Tinggi Partai Demokrat yang diketuai Susilo Bambang Yudhoyono akan memutuskan apakah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akan tetap diposisikan sebagai calon presiden ataupun calon wakil presiden dalam Pemilu 2024 mendatang. Tentu saja, semua tergantung dari proses politik yang masih dilalui, khususnya dalam koalisi pencalonan presiden dan calon wakil presiden 2024 mendatang.
Dalam proses politik tersebut, seperti yang tertulis dalam artikel sebelumnya (Baca juga: Agus Yudhoyono, Bersiasat dalam Ceruk Sempit Politik), alternatif pilihan bagi Demokrat bersama Agus Yudhoyono memang tidak leluasa. Pertama, proporsi penguasaan politik Demokrat yang tidak dominan pada Pemilu 2019 lalu, membuat posisi tawar pencalonan sosok presiden dan wakil presiden harus berkoalisi dengan partai politik lain. Kedua, proporsi elektabilitas sosok Agus Yudhoyono yang belum berada pada papan atas pilihan calon presiden membuat daya tawar pencalonan sosok tidak leluasa.
Dalam keterbatasan semacam itu, Demokrat seolah diingatkan kembali pada pengalaman getir proses politik yang dilaluinya dalam Pemilu 2019 lalu. Alotnya pencarian partai koalisi, kegagalan menempatkan Agus Yudhoyono (AHY) dalam pasangan calon presiden-wakil presiden, hingga kegagalan koalisi politik yang terbangun menjadi pemenang Pilpres 2019 lalu, menjadi catatan kelam partai. Itulah mengapa, kali ini kegagalan tidak boleh berulang.
Jika pada Pemilu 2019 lalu, Demokrat berkoalisi dengan Gerindra, PKS, Golkar, PAN dalam pencalonan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, kali ini ruang pilihan lebih condong tersatukan pada tampilnya sosok Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, yang punya daya tarik elektabilitas lumayan tinggi. Sejauh ini, sosok Anies Baswedan, yang bukan kader partai politik, mampu memikat sejumlah partai politik, antara lain PKS dan Nasdem. Dalam Rapimnas Demokrat sendiri, sosok Anies menjadi perhatian utama, yang dipandang cocok disandingkan dengan Agus Yudhoyono.
Menyandingkan Agus Yudhoyono dan Anies Baswedan bisa jadi merupakan pasangan paling ideal. Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas, periode Juni 2022 lalu, ketertarikan pilihan responden selama ini masih berpijak pada sosok yang berlatar belakang militer dan kepala daerah. Agus Yudhoyono yang punya latar belakang militer dan Anies Baswedan sebagai kepala daerah, menjadi pasangan yang potensial paling disukai pemilih.
Representasi Agus Yudhoyono sebagai militer tampak tidak luntur. Sekalipun ia memilih mundur dari dunia kemiliteran dengan pangkat terakhir Mayor, namun simbol kemiliterannya tetap terpatri dalam benak masyarakat. Dari hasil survei yang sama, misalnya, sosok Agus Yudhoyono (AHY) dirujuk publik sebagai sosok berlatar militer yang menjadi pilihan ke-2 terbesar sebagai calon presiden setelah Prabowo Subianto. Ia masih di atas preferensi publik terhadap sosok para Jenderal TNI, seperti Andika Perkasa, Gatot Nurmantyo, Moeldoko, hingga Wiranto.
Hanya saja, menyandingkan pasangan militer-kepala daerah seperti Agus Yudhoyono dan Anies Baswedan, tidak serta-merta menjadi pilihan setiap kalangan. Dalam proses koalisi politik yang berjalan, kehadiran PKS yang sejauh ini juga berkeinginan menampilkan sosok kader partai mereka, dan potensi Nasdem yang membuka opsi sosok selain Anies Baswedan sebagai rujukan, dapat saja mengubah konfigurasi pasangan Anies Baswedan.
Seperti juga pengalaman Pemilu 2019 lalu, potensi problem koalisi politik semacam itu dapat saja terjadi. Sekalipun gambaran tersebut biasa terjadi pada level elite partai, kali ini pada level pemilih pun sudah mulai tampak terpetakan. Apabila merujuk pada level pemilih, misalnya, indikasi tecermin dari seberapa menariknya pasangan Anies Baswedan dan Agus Yudhoyono di mata para pemilih yang mengaku berasal dari simpatisan partai politik.
Hasil survei menunjukkan, pasangan Anies Baswedan dan Agus Yudhoyono menjadi daya tarik bagi sebagian besar pemilih Demokrat dan PKS. Namun sejauh ini tidak menjadi daya tarik terbesar bagi para pemilih Nasdem untuk memilihnya.
Bagi pemilih Demokrat, tidak kurang sebanyak 57,9 persen yang mengaku “sangat berminat” dan “berminat” memilih pasangan Anies Baswedan dan Agus Yudhoyono (AHY). Tidak berbeda jauh, tercatat sebesar 56,9 persen pada para pemilih PKS. Pada kedua pemilih partai tersebut, hanya sekitar sepertiga pemilihnya yang “sangat tidak berminat” dan “tidak berminat” pada pasangan tersebut.
Relatif samanya preferensi pilihan para pemilih Demokrat dan PKS menjadi modal positif yang meringankan langkah Demokrat dalam membangun koalisi politik bersama PKS. Setidaknya, kesamaan rujukan pemilih kedua partai tersebut terhadap pasangan Anies Baswedan dan Agus Yudhoyono mempersempit ruang perbedaan orientasi kedua partai.
Namun, bagi para pemilih Nasdem, justru terjadi sebaliknya. Pasangan Anies Baswedan dan Agus Yudhoyono hanya diminati 36,6 persen responden, dan sebaliknya sebanyak 41,6 persen menyatakan “sangat tidak berminat” dan “tidak berminat”. Dengan kecenderungan semacam ini, preferensi pemilih Nasdem justru lebih dekat dengan preferensi pemilih partai-partai politik lainnya, selain Demokrat dan PKS.
Dengan konfigurasi di tingkat pemilih semacam ini, dan apabila proses politik koalisi menjadikan survei pemilih sebagai basis pijakan penyusunan pasangan calon presiden dan wakil presiden, maka Demokrat dan Agus Yudhoyono (AHY) dihadapkan pada situasi yang tidak ringan. Secara khusus, bagaimana Demokrat perlu meyakinkan Nasdem akan potensi kekuatan dari kehadiran sosok Agus Yudhoyono sebagai bagian dari pasangan calon presiden dan wakil presiden.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memberikan pidato politiknya saat Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat di Jakarta (16/9/2022). Rapimnas Partai Demokrat merekomendasikan mengusung calon presiden atau calon wakil presiden dari kader utama partai.
Bagi Nasdem sendiri, yang sejak semula tidak memiliki kader partai yang akan ditampilkan dalam Pilpres 2024 mendatang, beban politik yang dipikul relatif ringan. Dalam hal ini, bagi Nasdem, potensi kemenangan menjadi pertimbangan dan orientasi berkoalisi. Pilihan terhadap calon pendamping Anies Baswedan, misalnya, tidak lagi terbeban pada keharusan sosok yang berasal dari kader partainya.
Sederhananya, sepanjang sosok yang diusung mampu meningkatkan potensi kemenangan Anies Baswedan, maka sosok itulah yang paling layak disandingkan. Sebaliknya, jika sosok yang diusulkan cenderung kurang kompetitif dan bahkan justru menjadi batu sandungan bagi kemenangan Anies Baswedan, maka dengan sendirinya penolakan dilakukan.
Apabila basis pilihan preferensi publik yang dijadikan pilihan Nasdem, maka mencermati hasil survei, posisi Agus Yudhoyono (AHY) tidak kurang problematik. Pasalnya, dibandingkan dengan tokoh-tokoh politik lain yang juga layak disandingkan dengan Anies Baswedan, ketertarikan publik pada pasangan Anies Baswedan-Agus Yudhoyono relatif lebih rendah.
Hasil survei menunjukkan, jika Anies Baswedan disandingkan dengan Sandiaga Uno, maka preferensi publik pada kedua tokoh tersebut relatif besar. Sebanyak 49,7 persen responden menyatakan “sangat berminat” dan “berminat” memilih pasangan ini. Sebaliknya, hanya 31,6 persen yang “sangat tidak berminat” dan “tidak berminat”.
Pada sisi lain, ketertarikan publik terhadap kehadiran sosok Ridwan Kamil yang disandingkan dengan Anies Baswedan, pun terbilang besar. Sebanyak 41,4 persen responden menyatakan “sangat berminat” dan “berminat” pada pasangan ini.
Sementara, terhadap pasangan Anies Baswedan-Agus Yudhoyono, hasil survei menunjukkan, sebanyak 36,2 persen saja yang “sangat berminat” dan “berminat” memilih pasangan Anies Baswedan-Agus Yudhoyono.
Dihadapkan pada posisi keterpilihan yang kurang kompetitif semacam ini, tiada pilihan lain bagi Agus Yudhoyono untuk meningkatkan lebih besar posisi tawar politiknya. Bersandar pada kalkulasi survei opini publik, ruang peningkatan preferensi pada sosok Agus Yudhoyono saat disandingkan dengan Anies Baswedan masih terbuka. Setidaknya, masih terdapat sebesar 21,2 persen responden yang belum menyatakan sikap atau belum tahu terhadap pasangan ini.
Dengan memanfaatkan momen yang tersedia dan konsolidasi kekuatan selepas Rapimnas Demokrat kali ini, bukan mustahil perubahan opini dan preferensi publik terjadi. Hanya persoalannya, strategi politik seperti apa yang kali ini patut dipertimbangkan Agus Yudhoyono guna menjaminkan peningkatan dukungan publik? (LITBANG KOMPAS)