Pandemi Melandai, ”New Normal” Dimulai
Pandemi Covid-19 cenderung melandai dan menjadi potret penyebaran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 berhasil dibendung. Situasi ini membuka jalan dimulainya kehidupan normal sebagai ”new normal”.
Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sempat membuat situasi pandemi di Indonesia mengkhawatirkan. Meski demikian, strategi penanganan oleh pemerintah terbukti dapat membendung laju perburukan hingga kini sudah relatif terkendali.
Walau kewaspadaan akan munculnya varian baru tetap harus dipertahankan, situasi saat ini bisa menjadi gambaran kondisi ”new normal” yang cukup ideal.
Sudah mulai terkendalinya situasi Covid-19 di Indonesia tecermin dari hasil Indeks Pengendalian Covid-19 (IPC) Kompas per 22 Agustus 2022. Selama tiga minggu terakhir, rerata skor nasional stabil di angka 81 poin. Hal ini menunjukkan bahwa gelombang yang disebabkan oleh subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 relatif sudah melandai.
Kewaspadaan akan munculnya varian baru tetap harus dipertahankan,
Secara geografis, kawasan Jawa-Bali dapat dikatakan masih cukup mengkhawatirkan dilihat dari skor IPC. Wilayah tersebut menjadi sentra keparahan wabah Covid-19 saat ini.
Selama rentang tiga minggu terakhir, beberapa provinsi, seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Banten, menunjukkan penurunan skor. Artinya, ketiga provinsi ini masih memiliki potensi untuk mengalami perburukan jika tidak ada intervensi dari pemerintah.
Di sisi lain, beberapa provinsi yang sudah mengalami perbaikan pun masih cenderung lebih rendah skornya dibandingkan dengan rerata nasional. Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali, misalnya, meski mulai membaik, skor IPC-nya masih di bawah 80 poin.
Bahkan, Jawa tengah dan Banten tercatat sebagai provinsi dengan skor IPC terendah kedua di Indonesia dengan angka skor 72. Skor tersebut cuma berselisih satu poin dengan Papua yang memiliki skor terendah di angka 71.
Hal ini menunjukkan bahwa pengendalian pandemi di kawasan Jawa-Bali masih menjadi pekerjaan rumah yang mesti cepat diselesaikan.
Wilayah lain di Indonesia relatif sudah lebih terkendali. Di Sumatera, hanya ada empat provinsi yang situasinya lebih buruk dibandingkan rerata nasional, yakni Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, dan Kepulauan Bangka Belitung. Namun, rentang skor keempat provinsi tersebut masih di angka 75 poin ke atas.
Kondisi pandemi di Sulawesi juga bisa disimpulkan sudah membaik. Dari enam provinsi di pulau tersebut, hanya Sulawesi Utara yang masih mendapat skor di bawah rerata nasional. Bahkan, Gorontalo menjadi salah satu provinsi yang merahi nilai tetinggi dengan skor di angka 93.
Namun, kondisi di wilayah Kalimantan perlu mendapat perhatian yang lebih serius. Sebab, tiga dari lima provinsi di wilayah ini masih meraih skor pengendalian Covid-19 di bawah rerata nasional. Provinsi Kalimantan Tengah bahkan mencatatkan skor yang sama buruk dengan Jawa Tengah, yakni di angka 72.
Sampai dengan penghitungan IPC Kompas minggu ke- 58 per 22 Agustus 2022 ini, sebanyak 16 provinsi mendapat skor di bawah rata-rata nasional.
Bisa dikatakan secara umum sudah lebih banyak provinsi (lebih dari separuh) yang telah berhasil menangani pandemi dengan baik. Tiga provinsi bahkan mencatatkan skor 90 ke atas. Ketiga provinsi tersebut adalah Kalimantan Utara, Bengkulu, dan Gorontalo.
Baca juga: Analisis Litbang "Kompas" : Covid-19 Belum Mereda, Opsi Pengetatan Perlu Dipertimbangkan
Indonesia relatif lebih baik
Walaupun harus tetap menjaga kewaspadaan, Indonesia cukup berhasil menahan gelombang subvarian Omicron tidak menyebar luas. Dibandingkan dengan negara lain, Indonesia sudah cukup bisa menarik napas dan fokus ke agenda-agenda lain yang sempat terganggu akibat pandemi, termasuk soal perbaikan ekonomi. Terlebih lagi, tantangan ini semakin berat seiring ketidakpastian yang dibawa oleh konflik Rusia-Ukraina dan China-Taiwan.
Di tingkat Asia, episentrum Covid-19 memang berada di Asia Timur. Beberapa daerah, seperti Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, dan India, masih harus menghadapi persoalan kasus positif harian yang relatif tinggi di atas 7.000 kasus per hari. Bahkan, Korea Selatan dan Jepang mencatatkan kasus positif harian di kisaran 100.000 orang per hari.
Di tingkat Asia, episentrum Covid-19 memang berada di Asia Timur.
Di kawasan Asia Tenggara, jumlah kasus harian Indonesia memang masih lebih tinggi dibandingkan dengan Filipina, Thailand, dan Vietnam. Ketiga negara tersebut memiliki kasus positif harian di rentang 1.700-2.300 kasus.
Meski demikian, tingkat kematian di Indonesia masih lebih rendah. Walau memiliki kasus positif harian yang lebih rendah, Filipina dan Thailand mencatatkan kematian harian yang lebih tinggi di atas 27 jiwa.
Baca juga: Analisis Litbang ”Kompas”: Penurunan Level PPKM yang Prematur
Vaksinasi lindungi warga
Membaiknya situasi Covid-19 di Indonesia ini didorong oleh aspek manajemen pengobatan (MP) yang baik. Dalam aspek ini, skor rerata nasional berada di angka 46. Bahkan, beberapa provinsi seperti Bengkulu, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Gorontalo memiliki skor sempurna di angka 50 poin.
Skor MP yang relatif tinggi juga dimiliki oleh provinsi yang skor totalnya relatif rendah. Provinsi seperti Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, dan DKI Jakarta yang skor totalnya jauh di bawah rerata nasonal masih mencatatkan skor MP yang relatif baik di angka 40 poin.
Skor aspek MP yang relatif tinggi ini menunjukkan bahwa negara sudah cukup mampu mengobati para pasien Covid-19. Dengan pengobatan yang maksimal, angka kematian akibat penyakit ini pun bisa terus ditekan.
Juga tidak terjadi kedaruratan pelayanan bagi pasien Covid-19. Kesimpulan ini juga diperkuat dengan angka kematian harian akibat Covid-19 di Indonesia yang konsisten di bawah 30 jiwa selama beberapa waktu terakhir.
Membaiknya skor aspek MP ini tidak terlepas dari program vaksinasi pemerintah yang sukses. Hingga 28 Agustus, tingkat vaksinasi dosis kedua di Indonesia sudah mencapai 73 persen. Bahkan, capaian vaksin dosis ketiga (booster pertama) sudah di atas seperempat dari target.
Bukti yang menunjukkan ampuhnya vaksinasi untuk membentengi warga dari fatalitas akibat terjangkit Covid-19 ini perlu dijadikan landasan agar program ini terus dijalankan hingga beberapa saat ke depan. Terlebih lagi, pemerintah nampaknya telah mantap untuk membiarkan kebijakan pembatasan mobilitas sosial di tingkat yang longgar.
Hal ini juga tampak dari aspek manajemen infeksi (MI) di Indonesia yang skornya stagnan di kisaran 35 poin. Masih rendahnya skor MI ini menandakan bahwa pemerintah masih belum mampu mencegah masyarakat untuk terjangkit Covid-19.
Tak ayal, mengingat manajemen infkesi yang masih terkendala, keberlanjutan program vaksinasi menjadi sangat penting dalam pengendalian pandemi ke depan.
Kondisi rendahnya manajemen infeksi, tetapi baik dalam manajemen pengobatan menandakan kita sudah menjalani kehidupan sebagai suatu normal baru. Kita telah berdamai dengan virus, tetapi tetap bersiaga dalam pengobatannya. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Subvarian Baru dan Ujian Transisi Pandemi Covid-19