Transisi Kendaraan Listrik di Indonesia
Animo masyarakat terhadap EV di Indonesia kian meningkat. Pada tahun ini, jumlah penjualan pada semester awal mencapai 623 unit atau hanya terpaut sedikit dari penjualan tahun 2021.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F08%2F13%2F12a90b5a-3ac9-4782-9f59-605dbaadac73_jpg.jpg)
Wuling Air EV dipamerkan dalam GIIAS 2022 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Kamis (11/8/2022).
Transisi menggunakan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai merupakan keniscyaan yang akan dilakukan oleh sebagian besar masyarakat dunia. Tanpa terkecuali masyarakat Indonesia. Selain minim buangan emisi karbon, kendaraan listrik juga mereduksi penggunaan energi fosil terutama jenis bahan bakar minyak.
Berdasarkan peta jalan dari International Renewable Energy Agency (IRENA) dalam menuju emisi nol global 2050 setidaknya ada lima sektor utama yang menjadi fokus pencapaian. Terdiri dari pengembangan sumber energi baru terbarukan (EBT), efisiensi energi, elektrifikasi, pemanfaatan hidrogen, serta penggunaan teknologi carbon capture storage (CCS), serta bioenergy with CCS (BECCS). Aplikasi CCS dan BECCS digunakan untuk mereduksi emisi karbon pada proses produksi yang menghasilkan polutan yang masif.
Di antara kelima sektor target reduksi emisi itu, elektrifikasi menjadi poin penting yang akan ditingkatkan secara signifikan ke sejumlah sektor kegiatan. Konsumsi energi final akan didorong sebesar-besarnya berupa asupan listrik. Saat ini, konsumsi energi final berwujud listrik masih sekitar 21 persen. Tertinggal jauh dengan konsumsi energi final lainnya yang bersumber dari fosil yang sekitar 68 persen.
Pada tahun 2050 nanti diproyeksikan konsumsi energi final berupa elektrifikasi meningkat signifikan menjadi kisaran 50 persen. Tentu saja, sumber elektrifikasi itu pun juga dihasilkan oleh pembangkit-pembangkit yang bersumber dari EBT. Diperkirakan proporsinya mencapai 90 persen dari seluruh pembangkit yang ada. Penambahan terbesar berasal dari pembangkitan energi surya (PLTS) hingga sekitar 444 gigawatt (GW) per tahun dan energi angin atau bayu (PLTB) hingga sebesar 248 GW per tahun. Kedua jenis pembangkit ini menjadi andalan utama dalam upaya meningkatkan sumber pembangkitan EBT yang diperkirakan mencapai kisaran 836 GW per tahun.
Dengan tingginya dominasi sumber pembangkitan listrik yang ramah lingkungan itu, diharapkan target reduksi emisi karbon dapat segera terealisasi. Aktivitas manusia seoptimal mungkin bertumpu pada energi listrik. Pengunaan energi fosil ditekan seminimal mungkin. Bahkan, sektor transportasi yang sangat mengandalkan energi fosil pun diupayakan untuk transisi ke sumber energi yang ramah lingkungan. Kendaraan listrik akan menjadi tumpuan utama manusia dalam bermobilisasi sehari-hari.

Berdasarkan data World Energy Transition Outlook 2022, IRENA, jumlah penambahan mobil listrik atau electric vehicle (EV) pada saat ini masih sekitar 7 juta unit setahun. Kelak, pada tahun 2050 diproyeksikan penambahan EV secara global meningkat pesat menjadi 147 juta unit per tahun. Penambahan unit kendaraan listrik itu disertai penambahan infrastruktur penambahan daya atau charger listrik untuk EV. Investasi yang dibutuhkan untuk infrastruktur pendukung pada kurun 2031-2050 nanti diperkirakan mencapai 131 miliar dollar AS per tahun.
Deskripsi rencana global dalam menciptakan ekosistem transportasi bersih tersebut menjadi peluang yang sangat besar bagi pengembangan inovasi teknologi. Industri kendaraan listrik berikut baterainya akan menjadi sektor usaha yang sangat menguntungkan bagi para produsen yang mampu menciptakan karya teknologi yang andal.
EV Indonesia
Untuk turut serta mendukung rencana global menuju emisi nol 2050 serta menangkap peluang pengembangan inovasi teknologi itu, Pemerintah Indonesia mempersiapkan sejumlah skenario. Salah satunya terkait sektor transportasi yang memanfaatkan sumber energi dari EBT. Pemerintah telah mempersiapkan roadmap rencana industrialisasi baterai kendaraan listrik dan pengembangan produksi kendaraan listrik di dalam negeri.
Rencana tersebut sudah memiliki dasar hukum dengan disahkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) Untuk Transportasi Jalan. Dengan terbitnya kebijakan ini, pemerintah berupaya secepat mungkin agar mampu memproduksi baterai kendaraan listrik dan juga merakit unit Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) di Indonesia.
Berdasarkan data dari International Energy Agency (IEA), ada sejumlah target besar yang ingin dicapai Indonesia dengan pengesahan regulasi itu. Di antaranya, pada tahun 2030 Indonesia mampu memproduksi 600.000 unit EV dan 2,45 juta unit kendaraan roda dua listrik. Dalam satu dekade ke depan, Indonesia memiliki sekitar 30.000 stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dan 67.000 stasiun pertukaran baterai (battery swap station). Dengan tersedianya infrastruktur pendukung dan industri perakitan EV dalam negeri itu, diharapkan transisi menggunakan kendaraan ramah lingkungan kian terakselerasi.

Direncanakan, pada tahun 2030 jumlah EV yang terserap di pasar Indonesia mencapai 2 juta unit kendaraan dan sepeda motor listrik sebanyak 13 juta unit. Apabila skenario tersebut berjalan lancar dan terus berkesinambungan, ditargetkan pada tahun 2050 Indonesia sudah mencapai 100 persen EV. Tidak ada lagi kendaraan berbahan bakar fosil yang berlalu-lalang di Indonesia.
Untuk saat ini, jumlah kendaraan listrik di Indonesia masih tergolong sangat minim, yakni 1.400-an unit. Meskipun demikian, tampaknya animo masyarakat terhadap EV di Indonesia kian meningkat. Pada tahun ini, jumlah penjualan pada semester awal sudah mencapai 623 unit. Angka ini hanya terpaut sekitar 60 unit kendaraan dari penjualan selama tahun 2021. Tidak menutup kemungkinan angka penjualan hingga akhir tahun 2022 ini akan melonjak lagi melampaui penjualan tahun 2021. Hal ini mengindikasikan bahwa sejumlah kebijakan pemerintah untuk mendorong pembelian EV mulai menunjukkan respons positif.
Mulai dari insentif pajak, mendapat diskon saat charging pada jam tertentu, diskon naik daya listrik di rumah konsumen kendaraan listrik, hingga bebas aturan ganjil-genap di sejumlah wilayah Jabodetabek menjadikan EV kian menarik daripada kendaraan berbahan bakar fosil. Apalagi, sejumlah fasilitas pendukung, seperti SPKLU, terus ditingkatkan jumlahnya di sejumlah lokasi di Indonesia. Sejumlah kebijakan dan penyediaan fasilitas ini menunjukkan bahwa pemerintah kian serius dalam mengembangkan ekosistem KBLBB di Indonesia. Transisi menuju kendaraan berbasis listrik tengah dijalankan secara bertahap dan sistematis.
Pengembangan industri
Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia saat ini. Berdasarkan data dari Kementerian ESDM tahun 2019, produksi bijih nikel Indonesia mencapai kisaran 800.000 ton atau menguasi sekitar 33 persen produksi nikel dunia. Hal ini merupakan keunggulan absolut bagi Indonesia untuk menempatkan negeri ini sebagai pemasok utama industri baterai kendaraan listrik global.
Posisi tersebut semakin diperhitungkan bagi dunia setelah pada tahun 2020 Indonesia memberlakukan larangan ekspor bijih nikel. Selanjutnya, diikuti pertimbangan pengenaan pajak atas ekspor produk nikel yang kandungan nikelnya kurang dari 70 persen pada tahun 2021. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan kualitas produk ekspor nikel dan juga nilai tambah bagi negara. Pasalnya, selama ini ekspor nikel umumnya berkadar kurang dari 40 pesen sehingga merugikan bagi kepentingan nasional. Dengan kebijakan pembatasan ekspor nikel tersebut, sejumlah negara di dunia perlu melakukan pendekatan agar suplai ekspor kembali dibuka. Artinya, komoditas nikel memiliki peranan strategis bagi Indonesia dalam percaturan perekonomian global.
Oleh karena itu, hadirnya Indonesia Battery Corporation (IBC) yang dibentuk pada Maret 2021 oleh Kementerian BUMN dan empat badan usaha milik negara lainnya menjadi sangat vital kedudukannya dalam mengoptimalkan sumber daya nikel untuk produksi baterai kendaraan listrik. Korporasi ini menargetkan akan memproduksi sel baterai kendaraan listrik sebanyak 140 gigawatt hour (GWh) hingga tahun 2030. Sebanyak 50 GWh akan diekpor ke luar negeri.

Laporan CEO LG Energy Solution Jonghyun Kim pada ground breaking industri kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat, Rabu (15/9/2021).
Pada Juli 2021, Kementerian Investasi dan Hyundai Motor Company menandatangani nota kesepahaman pembangunan pabrik baterai EV dengan kapasitas 10 GWh senilai 1,1 miliar dollar AS. Pabrik baterai EV ini akan dibangun bersama LG Group Korea yang bertujuan untuk menggabungkan produksi prekursor baterai dengan paket produksi, serta fasilitas pertambangan, peleburan, dan daur ulang. Hal ini merupakan bagian dari nota kesepahaman (MOU) yang lebih besar yang ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia dengan konsorsium yang dipimpin oleh LG Group senilai 9,8 miliar dollar AS untuk mengembangkan rantai pasokan EV terintegrasi.
Selain kesepakatan tersebut, IBC melalui PT Aneka Tambang juga menjalin Kesepakatan potensial lainnya senilai 5 miliar dollar AS dengan China’s Contemporary Amperex Technology (CATL). Kesepakatan itu salah satunya berupa pengembangan pabrik baterai litium yang diproyeksikan berproduksi pada tahun 2024.
Pada awal tahun 2022 ini, Kementerian Investasi juga melakukan penandatanganan MOU dengan Foxconn untuk memproduksi solid-state dan lithium iron phosphate. Selain itu, juga melakukan perjanjian kerja sama dengan produsen skuter listrik China Taipei.
Kerja sama antara Indonesia dan sejumlah investor asing tersebut menujukkan bahwa sumber daya nikel memiliki daya tarik strategis bagi perekonomian global. Selain bertujuan untuk mereduksi emisi karbon, baterai kendaraan listrik yang tercipta dari hilirisasi nikel itu memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi bagi perekonomian nasional. Kerja sama antara konsorsium BUMN dan investor asing tersebut memungkinkan terjadinya proses transfer ilmu dan teknologi yang mendorong kemandirian bangsa di masa depan, terutama dari segi teknologi baterai kendaraan dan juga perakitan ataupun produksi unit kendaraan listrik seperti halnya prinsipal-prinsipal besar dari negara maju. (LITBANG KOMPAS)