Analisis Litbang "Kompas" : Program Partai Menjadi Basis Tumpuan PAN
Program partai menjadi alasan terbesar pemilih melirik Partai Amanat Nasional. Siapkah partai berlambang matahari ini menyajikan program yang menarik di Pemilu 2024 nanti?
Oleh
VINCENTIUS GITIYARKO
·6 menit baca
KOMPAS/HERU SRI KUMORO (KUM)
Bendera Partai Amanat Nasional terpasang di jembatang layang Jalan Jatibaru Raya, Jakarta untuk memeriahkan Rapat Kerja Nasional V PAN 2019, Sabtu (7/12/2019).
Dinamika politik menjadi bagian dari perkembangan Partai Amanat Nasional. Elektabilitas yang diukur secara periodik dalam survei turut menunjukkan fluktuasi performa partai yang dinamis. Pemilih yang lebih banyak mendasarkan pada program partai menjadi basis garapan dari partai berlambang matahari ini.
Hasil survei Litbang Kompas pada Juni 2022 merekam, tren tingkat keterpilihan Partai Amanat Nasional (PAN) menunjukkan kecenderungan stagnasi yang menempatkan partai ini berada di kategori yang relatif aman dalam ambang batas parlemen dengan memasukkan unsur tingkat kesalahan sampling dalam survei.
Pada survei Litbang Kompas Juni 2022 lalu tingkat keterpilihannya berada di angka 3,6 persen. Angka ini relatif meningkat jika dibandingkan survei-survei sebelumnya yang berada di kisaran 1,5 – 2,7 persen.
Pemilih yang lebih banyak mendasarkan pada program partai menjadi basis garapan dari partai berlambang matahari ini.
Rekam jejak tingkat keterpilihan PAN dari hasil survei ini, jika memasukkan angka sampling error dalam survei yang mencapai 2,8 persen, peluangnya masuk kelompok partai politik yang lolos ambang batas parlemen masih terbuka lebar.
Apalagi jika merujuk rekam jejak pemilu yang diikuti PAN, potensi partai ini untuk kembali meraih kursi di parlemen nasional juga berpeluang terjadi, meskipun tren hasil pemilu yang diraihnya cenderung melandai. Lihat saja, pada panggung politik pertamanya di Pemilu 1999, PAN mendapat suara 7,11 persen.
Dalam pemilu yang diikuti oleh 48 partai tersebut, PAN berada di urutan kelima, di bawah PDI-P, Golkar, PKB, dan PPP. Perolehan suara PAN turun pada Pemilu 2004 di urutan ketujuh dengan perolehan suara mencapai 6,44 persen.
Di Pemilu 2009 suara PAN kembali menurun di angka 6,03 persen. Angka ini tercatat paling rendah yang pernah diraih partai ini. Sementara pencapaian puncak PAN diraih pada Pemilu 2014 dengan perolehan suara 7,57 persen. Pada Pemilu 2019 PAN memperoleh 6,84 persen suara dan mendapat jatah kursi DPR sebanyak 44.
Tentu saja, dinamika perolehan suara ini tidak bisa dilepaskan dengan apa yang terjadi dalam tubuh partai, terutama yang menyangkut peran elite-elite partai. Pada periode yang kurang lebih sama dengan titik terendah elektabilitasnya pada survei Januari 2021, PAN diterpa gelombang internal partai, bahkan berujung hengkangnya tokoh sentralnya, Amien Rais.
Untungnya, setelah gelombang mulai surut, angin segar nampak berhembus kembali untuk partai ini. Seperti yang sudah dijelaskan di awal, elektabilitas PAN di survei Litbang Kompas Juni 2022 lalu menyentuh angka 3,6 persen. Capaian ini menjadi yang tertinggi dari survei-survei yang digelar setelah Pemilu 2019.
Angka di atas sekaligus meneruskan tren kenaikan elektabilitas yang sudah dimulai sejak survei Oktober 2021 ke Januari 2022. Pada survei Litbang Kompas periode Oktober 2021, PAN meraih elektabilitas 1,6 persen. Sementara pada survei Januari 2022 angka eletabilitas PAN naik menjadi 2,5 persen.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan usai memberikan pidato dalam Silaturahim Nasional Partai Golkar, PAN, PPP yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) di Jakarta, Sabtu (4/6/2022).
Menanjaknya elektabilitas ini berbanding lurus dengan dinamika dalam tubuh internal partai yang cenderung positif. Paling tidak ada dua hal penting memantapkan posisi PAN saat ini.
Pertama, terbentuknya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) pada pertengahan Mei 2022 yang beranggotakan Golkar, PAN, dan PPP. Langkah politik ini paling tidak menunjukkan pada khalayak bahwa PAN memiliki peran penting dalam percaturan politik Indonesia.
Kedua, posisi Ketua Umum Zulkifli Hasan yang saat ini menjabat sebagai Menteri Perdagangan memberikan insentif tersendiri bagi PAN. Meski untuk poin kedua ini, nampaknya Zulkifli perlu berhati-hati.
Pasalnya, di awal menjabat ia sudah mendapat peringatan dari Jokowi. Peringatan bernada sindiran ini terkait kabar Ketum PAN ini yang mencoba menarik dukungan untuk putrinya, Futri Zulya Savitri dalam program PAN-sar Murah di Lampung.
Pernyataan Presiden Jokowi memang cenderung memberikan pesan khusus kepada Zulkifli. ”Saya minta semua menteri fokus bekerja. Kalau Menteri Perdagangan, yang paling penting urus seperti yang saya tugaskan kemarin, bagaimana menurunkan harga minyak goreng di Rp 14.000 atau di bawah Rp 14.000 per liter,” kata Presiden Jokowi (Kompas, 13/7/2022).
Buntut dari peristiwa ini adalah dilaporkannya Zulkifli ke Bawaslu atas dugaan pelanggaran kampanye. Walaupun pada akhirnya laporan ini digugurkan oleh Bawaslu sebab tidak memenuhi syarat materiil. Salah satu alasannya, KPU belum memutuskan peserta Pemilu 2024.
Salah satu keunggulan PAN adalah karakter pilihnya yang cenderung rasional. Hal ini terlihat dari hasil survei yang menangkap adanya gejala pemilih partai ini lebih banyak dipengaruhi oleh program partai sebagai alasan memilih PAN.
Sebanyak 22,8 persen responden mengaku memilih PAN karena program kerja partai, sementara 18,2 persen menyatakan dukungannya dengan alasan tokoh berpengaruh dalam partai. Dua alasan teratas ini disusul popularitas partai sebanyak 13,6 persen.
Data survei ini paling tidak mengindikasikan bahwa pemilih PAN tidak hanya mementingkan sosok dan popularitas partai, namun juga bagaimana program kerja partai dapat dirasakan secara nyata sampai ke akar rumput.
Berlanjut pada kelompok usia, dilihat dari seluruh responden yang menyatakan memilih PAN, komposisi terbesar berasal dari kategori usia 41-60 tahun dengan angka 37,8 persen. Sementara 33,3 persen pendukung PAN berasal dari usia 24-40 tahun.
Menariknya , komposisi pemilih mula, responden usia kurang dari 23 tahun, dalam pemilih PAN berada di angkat 24,4 persen. Sekilas nampak distribusi pendukung PAN relatif merata dilihat dari segi usia, bahkan hingga pemilih mula sekalipun.
Hal yang nampaknya sejalan dengan usaha yang dilakukan PAN untuk mendekati generasi muda. Salah satu cara yang dilakukan partai ini adalah dengan membentuk Kaukus Milenial. Isinya anggota DPR RI milenial, anggota DPRD provinsi/kabupaten kota milenial hingga pengurus DPW serta DPD milenial.
Kabar dari situs resmi PAN menyebutkan, ruang ini menjadi sarana PAN untuk menampung aspirasi anak muda dan memperjuangkan kebijakan yang pro anak muda. Selain itu, partai ini juga jauh-jauh hari menggalang anak-anak muda untuk menjadi barisan juru bicara partai guna kepentingan Pemilu 2024.
Data survei yang menunjukkan elektabilitas dan situasi partai cenderung ke arah kondusif ditambah posisi ketua partai yang menjabat sebagai menteri, menjadi angin segar sekaligus modal penting bagi PAN saat ini.
Apalagi Koalisi Indonesia Bersatu punya peluang untuk mengusung calon presiden di Pemilu 2024. Artinya, manuver-manuver politik yang dilakukan PAN punya porsi yang layak diperhitungkan dalam percaturan politik di Indonesia.
Momentum-momentum politik akan semakin intensif terjadi pada pertengahan tahun 2022 ini hingga tahun 2024. Saat-saat yang tentunya menantang bagi PAN untuk bisa mengambil langkah-langkah strategis mendulang suara untuk tetap diperhitungkan posisinya.
KOMPAS/IQBAL BASYARI
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum PPP datang ke KPU di Jakarta, Rabu (10/8/2022) untuk mendaftar sebagai partai politik calon peserta pemilu.
Tak hanya itu, Zulkifli Hasan, dalam perannya sebagai jajaran kabinet, tentunya akan lebih disorot dinamika pergerakannya. Sejauh mana posisi tawar PAN dalam Koalisi Indonesia Bersatu secara khusus, dan sebagai partai parlemen secara umum dalam pemilu mendatang, patut untuk dinantikan.
Namun, terlepas dari itu semua, dengan karakter pemilih yang cenderung rasional, lebih banyak mempertimbangkan program partai, tingkat elektoral PAN tentu akan bertumpu pada inisiatif dan inovasi partai dalam membangun program.
Sudah saatnya kampanye Pemilu 2024 diramaikan oleh perdebatan program, tidak lagi sentimen emosional belaka. Jika PAN mampu mengawali diskursus ini, bukan tidak mungkin akan memperkuat basis sumbangan elektoralnya di pemilu nanti. (LITBANG KOMPAS)