Membaca Menjadi Pilihan Mengakses Berita Digital
Video dan foto boleh merajai konten media digital saat ini. Namun, untuk ceruk berita digital, membaca teks berita masih menjadi pilihan audiens

Audiens dalam menelaah isi berita digital dilakukan dengan cara membaca dan menontonnya. Di tengah dominasi video sebagai format konten digital yang paling populer, ternyata khalayak masih lebih memilih membaca teks berita dari pada menonton video berita
Perilaku bermedia masyarakat digital itu terbentuk oleh kehadiran beragam medium informasi dan komunikasi yang terus berkembang dan dinamis. Penggerak utama perubahan aktivitas bermedia ini salah satunya berasal dari transformasi media sosial (medsos). Berbagai platform medsos memainkan peran sentral dalam memenuhi kebutuhan komunikasi, informasi, hingga hiburan.
We Are Social and Hootsuite pada laporan Digital 2022 menunjukkan bahwa terdapat enam belas aktivitas bermedia digital yang difasilitasi oleh medsos. Setidaknyaknya ada tiga aktivitas yang paling mendominasi. Di antaranya adalah berkomunikasi dan mengetahui kabar dari teman dan keluarga sekitar 48 persen, mengisi waktu luang 37 persen, dan membaca berita dan informasi terkini kisaran 35 persen.
Pada konteks kajian audiens berita digital, data tersebut menunjukkan bahwa medsos menjadi salah satu kanal dalam mencari konten berita sehari-hari. Temuan serupa juga terdapat pada laporan Digital News Report (DNR) 2022 yang menunjukkan sekitar 57 persen audiens di dunia memperoleh berita digital melalui medsos. Bahkan, di beberapa negara Asia Tenggara, seperti Filipina, Malaysia, serta Thailand angkanya melampaui 70 persen. Untuk di Indonesia audiens yang mengandalkan medsos sebagai sumber berita sebanyak 68 persen.
Apabila ditilik dari ranah format konten, medsos dapat memfasilitasi isi konten berupa tulisan, gambar, suara, dan juga video. Hanya, dengan kapasitas ruang dan tata letak teks pada medsos yang sangat terbatas membuat informasi yang tersaji di medsos pun juga terbatas. Oleh sebab itu, untuk memperkaya informasi berita yang dipicu dari medsos perlu dilengkapi dengan membuka portal berita daring.
Portal berita itu bersifat memperkaya karena memuat konten komprehensif dari produk jurnalistik media massa. Berdasarkan laporan DNR 2022 didapati sekitar 25 persen audiens berita digital masih mengandalkan portal berita sebagai sumber informasi.
Deskripsi tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan simbiosis mutualisme antara portal berita digital dengan medsos. Peran medsos dalam rantai distribusi produk jurnalistik digital bertindak sebagai ”pintu samping” untuk mengakses portal berita. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas membaca berita masih relevan di tengah dominasi konten berformat video di medsos dan internet. Membaca menjadi pelengkap yang memperkaya konten-konten medsos yang serba cepat dan ringkas.
Dominan membaca
Dalam mengonsumsi informasi berita digital, setidaknya ada tiga cara yang dilakukan audiens. Terdiri dari dominan membaca, dominan menonton, serta kombinasi keduanya. Hasil laporan DNR 2022 yang menyurvei lebih dari 90.000 responden menunjukkan bahwa saat ini metode membaca adalah yang paling digandrungi audiens saat mencerna isi berita.

Dari 46 negara yang menjadi lokus survei, Finlandia merupakan negara yang masyarakatnya terbanyak dalam mengakses berita dengan cara membaca. Sekitar 85 persen responden di Finlandia menyatakan hal itu. Peringkat berikutnya diduduki Norwegia dengan jumlah masyarakat pembaca sekitar 79 persen dan peringkat ketiga bertengger Ceko dengan jumlah audiens gemar baca sebesar 78 persen. Aktivitas menonton video berita di ketiga negara tersebut relatif minim, yakni hanya dilakukan antara 3 dan 6 persen responden di tiap negara. Sementara itu, audiens yang secara hibrida membaca dan menonton berita digital di masing-masing negara tersebut lebih kurang 10 persen.
Khusus Indonesia, peringkat membaca berita berada diurutan ke-12 dari 46 negara yang diteliti. Hasil survei mengungkap, sebagian besar responden di Indonesia sebanyak 69 persen menggemari mengonsumsi berita dengan cara membaca. Selebihnya, sekitar 12 persen responden mencerna berita secara visual tontonan dan 16 persen audiens lainnya mengonsumsi secara hibrida.
Deskripsi itu menunjukkan bahwa sebagian besar khalayak meyakini mengakses berita dengan cara membaca memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan melalui video berita. Setengah dari responden yang dominan membaca berita menyatakan bahwa membaca merupakan metode yang lebih cepat dan efisien dalam mengakses dan memahami suatu informasi.
Hal lain yang diungkap oleh responden yang gemar membaca itu adalah adanya pengalaman yang tidak nyaman dalam konsumsi berita berupa konten video. Sekitar 40 persen pembaca berita digital merasa terganggu dengan penayangan iklan sebelum video berita diputar. Hal ini membuat mereka enggan menonton kembali video berita.
Alasan terakhir yang membuat aktivitas membaca berita menjadi pilihan terbaik adalah adanya keleluasaan bagi audiens dalam mengonsumsi berita berformat tulisan. Berita yang disajikan dalam wujud tulisan dapat dibaca dengan berbagai metode. Misalnya, dengan cara membaca cepat, menandai bagian yang penting, atau membaca secara keseluruhan. Setidaknya tiga dari tujuh responden pembaca menyatakan hal itu.
Secara keseluruhan, metode dalam mencerna berita setiap audiens berbeda-beda sesuai karakter dan kebiasannya. Namun, khusus pada produk berita digital, membaca tetap menjadi pilihan utama untuk saat ini. Enam dari 10 responden berita digital secara global memilih pilihan membaca ini. Kelompok audiens yang lebih memilih menonton berita cenderung lebih sedikit.
Dominan menonton
Untuk aktivitas menonton berita, setidaknya ada tiga negara yang paling dominan. Filipina sekitar 26 persen, kemudian Meksiko dan Peru masing-masing sebesar 24 persen. Selain menonton, audiens berita digital di ketiga negara tersebut juga banyak yang mengakses berita secara hibrida, yaitu dengan cara membaca dan menonton. Walaupun angka menonton berita terbilang relatif tinggi di antara 46 negara lainnya, preferensi audiens menelaah berita dengan cara membaca masih terbilang cukup kuat.
Secara umum, tingginya animo menonton berita disebabkan oleh sejumlah alasan. Di antaranya karena aspek kemudahan, daya tarik konten, serta kenyamanannya. Dari segi kemudahan, menonton video membutuhkan lebih sedikit usaha dibandingkan membaca sehingga terasa lebih mudah untuk mencerna informasi. Dari sisi daya tarik konten, penyajian berita menjadi lebih atraktif. Dapat dilengkapi dengan tampilan gambar bergerak, foto atau slide show yang dapat dipadu dengan animasi dan suara yang kian menarik daripada sekadar tulisan. Video terlihat lebih dinamis dibanding dengan teks yang tampak statis.

Alasan terakhir terkait kenyamanan berinteraksi dengan konten video karena format ini mendominasi di berbagai platform medsos. Saat ini, penyedia layanan medsos berupaya mengakomodasi video secara lebih masif. Mulai dari TikTok, Instagram Reels, serta Twitter yang secara bertahap memperpanjang durasi video yang dapat ditayangkan. Hal ini membuat orang lebih terbiasa dengan konten berbentuk video. Akibatnya, kebiasaan menonton menjadi lebih sering intensitasnya daripada membaca.
Faktor usia
Hingga saat ini, aktivitas membaca berita masih menjadi pilihan sebagian besar khalayak berita digital. Namun, seiring berjalannya waktu akan terjadi pergeseran cara mengonsumsi berita yang dilatarbelakangi oleh perbedaan usia audiens.
Tujuh dari 10 responden survei DNR 2022 yang berusia lebih dari 55 tahun masih setia membaca berita. Angka ini relatif tidak berubah pada responden dengan usia di atas 35 tahun. Untuk kelompok responden usia 25-34 tahun yang lebih memilih metode membaca sedikit lebih turun menjadi kisaran 60 persen. Pada responden termuda dengan usia 18-24 tahun minat membaca turun lagi sedikit di angka 55 persen.

Warga menggunakan smartphone-nya untuk memantau media sosial di kawasan Menteng, Jakarta, Jumat (10/6/2022). Hari ini, 10 Juni, diperingati sebagai Hari Media Sosial. Hari Media Sosial di Indonesia pertama kali diperingati dan digagas pada 10 Juni 2015.
Mencermati pergeseran angka itu mengindikasikan bahwa semakin tua audiens maka minat membaca cenderung meningkat. Sebaliknya, pada khalayak yang lebih muda minat untuk membaca cenderung menurun, tetapi minat menonton berita mengalami kenaikan. Hal ini menyebabkan usia termuda, yakni pada rentang 18-24 tahun, menjadi audiens konsumen berita hibrida terbesar secara global.
Belum dapat dipastikan segregasi selera antara audiens tua dengan yang muda akan terus berlanjut hingga kapan. Hal yang sudah pasti, yaitu membaca masih menjadi cara yang paling digemari oleh audiens untuk memahami suatu peristiwa melalui konten berita digital yang tayang di medsos maupun portal berita. Dengan demikian, relevansi karya jurnalistik berupa tulisan masih memainkan peran yang vital dalam menyampaikan informasi dan mengedukasi khalayak di era digital. (LITBANG KOMPAS)