Analisis Litbang "Kompas": Mengenali Pilihan Generasi Milenial dan Centenial di Pemilu
Pemilu 2024 akan diwarnai dukungan suara generasi Milenial dan generasi Z. Litbang “Kompas” mencoba memetakan pilihan mereka terkait parpol dan capres.
Jumlah pemilih dari generasi Z (centenial) dan Y (milenial) diperkirakan bakal mendominasi komposisi pemilih pemilu serentak 2024. Namun, seberapa besar sebenarnya jumlah mereka dan bagaimana mereka akan menjadi kunci dari pilihan politik pada pemilu?
Dukungan suara generasi Z dan generasi Y akan menjadi faktor penting kemenangan pada Pemilu 2024 mengingat besarnya komposisi pemilih dalam kelompok usia ini. Namun, besarnya jumlah pemilih dengan kategori milenial dalam Pemilu 2024 boleh jadi perlu dicermati lebih dekat agar tidak terlalu dibesar-besarkan.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Faktanya, pertumbuhan jumlah pemilih pada Pemilu 2024 diperkirakan tak akan jauh ”melompat” dibandingkan dengan kondisi pada Pemilu 2019. Jumlah pemilih diperkirakan sedikit di atas 200 juta orang atau meningkat normal sekitar 5 persen dari total pemilih 2019 sebanyak 190,770 juta orang.
Data termutakhir dari data potensial penduduk pemilih (DP4) versi Dukcapil Kemendagri menyatakan, total pemilih untuk Pileg 2024 sebanyak 206.689.514 penduduk, sedangkan DP4 sebanyak 210.505.493 orang. Sebagai catatan, data itu baru akan diserahkan ke KPU untuk sinkronisasi pada bulan Oktober 2022 (Kompas, 16 Juni 2022).
Dari data Pemilu 2019 terlihat jumlah pemilih dari generasi Y dan Z berkisar 103 juta orang yang merupakan 54 persen total pemilih. Dalam pemilu 2024 jumlah ini diperkirakan sedikit naik menjadi 58 persen pemilih atau menjadi sekitar 116 juta orang. Angka itu adalah perkiraan tidak resmi karena saat ini KPU masih menjalankan proses pendataan pemilih pemilu 2024 secara berkelanjutan.
Selain soal jumlah, penyebutan istilah milenial itu sendiri acapkali kurang akurat karena definisi bergesernya usia kaum milenial seiring waktu. Saat ini sudah ada semacam kesepakatan di ruang publik bahwa yang dimaksud generasi milenial/gen Y adalah mereka yang lahir pada tahun 1981 hingga 1996. Adapun mereka yang lahir setelah tahun 1996 disebut generasi centenial/gen Z.
Menganalisis perilaku pemilih dengan menyamaratakan generasi milenial dengan centenial tampaknya terlalu berisiko karena lingkup usia yang berbeda. Generasi centenial pada Pemilu 2024 akan berusia 17 hingga 27 tahun, sedangkan generasi milenial di rentang usia 28 sampai 43 tahun. Kaum centenial merupakan pekerja awal dan keluarga muda, sedangkan generasi milenial biasanya sudah lebih mapan dalam pekerjaan ataupun rumah tangga.
Asumsi para pengamat adalah dengan memahami pandangan dan pilihan politik generasi ini, kemenangan dalam pemilu akan diperoleh. Komposisi jumlah suara gabungan gen Y dan Z tersebut lebih besar ketimbang gabungan generasi X dan baby boomer, menjadikan kelompok milenial dan centenial incaran para politikus dan partai politik.
Namun, itu hanya merupakan pendekatan klasifikasi jumlah semata dengan kondisi lainnya ceteris paribus alias hal-hal lainnya tidak berubah, seperti pilihan politik dan narasi isu. Nyatanya, dalam hasil dua survei Litbang Kompas, Januari 2022 dan Juni 2022 terlihat dinamika dalam berbagai pilihan politik mereka.
Dinamika dan kelembaman
Merujuk pada hasil Survei Nasional Kompas, bulan Januari 2022 dan Juni 2022, terlihat dinamika dan sekaligus kelembaman pilihan generasi centenial dan milenial dalam memandang kontestasi capres ataupun parpol. Tampak bahwa generasi muda ini tetap memiliki kesamaan karakteristik pilihan, tetapi sekaligus pergeseran pilihan politik yang layak dicermati.
Ambil contoh soal capres favorit pada survei Juni 2022. Generasi Z, milenial tua, dan X menjagokan nama-nama (berdasarkan peringkat), yaitu Prabowo (1), Ganjar Pranowo (2), dan Anies Baswedan (3) sebagai calon presiden.
Namun, generasi milenial muda memilih peringkat berbeda, yakni Ganjar Pranowo (1), Prabowo (2), dan Anies Baswedan (3), di mana komposisi tersebut justru mirip dengan pilihan generasi baby boomer/tua.
Pergerakan kondisi penilaian bulan Juni 2022 itu berbeda dengan Januari 2022, yang menunjukkan komposisi Prabowo (1), Ganjar Pranowo (2), dan Anies Baswedan (3) menjadi pola yang seragam dinyatakan semua kelompok. Pergeseran pilihan tersebut menunjukkan bahwa dari soal urutan pilihan calon presiden saja terlihat dinamisnya perubahan penilaian kelompok milenial di satu sisi sekaligus di sisi lain, kelompok usia tua baby boomer juga tak berarti pilihannya menetap sama.
Demikian juga jika dilacak dari pilihan partai politik, pola pilihan terlihat dinamis dengan pola tertentu. Misalnya terkait partai dengan elektabilitas tertinggi, dalam survei Juni 2022 semua kelompok usia dimenangi oleh PDI-P. Namun, pada survei Januari 2022, justru Gerindra yang meraih elektabilitas tertinggi di mata responden usia tua/gen baby boomer.
Partai peringkat juga terekam bersaing ketat antara PDI-P dan Gerindra bagi pemilih centenial pada Januari 2022, tetapi bergeser menjadi antara Demokrat dan Gerindra bagi pemilih milenial muda pada Juni 2022. Pemilih Golkar cenderung kuat dari kelompok usia senior dalam survei Juni 2022, tetapi tak terlihat demikian dalam survei Januari 2022.
Sebagai catatan, boleh jadi persoalan teknis kurangnya jumlah sampel turut memengaruhi akurasi data tersebut karena total sampel Survei Nasional Kompas hanya 1.200 responden.
Demikian pula perlunya melacak lebih jauh ke belakang untuk melihat tren kelompok-kelompok usia dalam menentukan pilihan. Namun, apa pun hasilnya, yang jelas ada aspek-aspek elektabilitas yang dinamis dan sekaligus juga statis-lembam dalam pilihan politik antargenerasi.
Pengalaman dan narasi
Sulit dimungkiri, pemetaan terhadap apa yang menjadi pandangan dan harapan setiap generasi merupakan unsur penting pengenalan terhadap prospek cara mereka memilih pada pemilu. Berbagai lembaga berupaya memetakan karakteristik generasi dan pandangan mereka dalam politik.
Presiden Pew Research Michael Dimock dalam artikel di laman pewresearch.org (17/1/2012) menyatakan upaya pengenalan perbedaan setiap generasi terutama melalui respons mereka terhadap sebuah peristiwa penting yang terjadi dalam masa hidupnya, terutama saat muda.
Perubahan akibat kemajuan teknologi juga menjadi penanda lain dari faktor yang membentuk karakteristik sebuah generasi. Jika generasi baby boomer dipengaruhi oleh keajaiban televisi, generasi X dipengaruhi oleh revolusi komputer, dan generasi milenial oleh ledakan penggunaan internet, maka generasi Z mengalami itu semua sejak mereka lahir.
Baca juga: Survei Litbang ”Kompas”: Menakar Capres Idola Pemilih Muda
Meski demikian, belum ada studi yang menghasilkan angka pasti seberapa besar sebuah generasi memiliki sebuah respons atas isu berdasarkan pengalaman hidupnya pada masa sebelumnya dibandingkan kondisi existing yang dihadapi. Hal ini terkait dengan kemampuan setiap komunitas masyarakat untuk memelihara ingatan sejarah dan sistem nilai.
Dalam hal generasi milenial dan centenial di Indonesia, penting untuk mengenali narasi apa yang menerpa hidup mereka selama perjalanan masa muda, dan kondisi eksisting yang dihadapi. Demikian juga apakah sistem nilai dalam masyarakat masih mampu memelihara ingatan sejarah dan sosok-sosok yang berjuang demi bangsa ini baik pada masa lalu maupun saat ini. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Langkah Parpol di Tengah Pergeseran Politik