Meskipun mayoritas aktivitas publik di luar ruangan menampakkan kehati-hatian rasional, kewaspadaan tetap perlu terus dijaga. Pandemi belum berakhir dan belum dinyatakan berakhir.
Oleh
Reza Felix Citra, Mahatma Chrysna
·5 menit baca
KOMPAS/KRISTI D UTAMI
Suasana pertunjukan tari Kecak di Kawasan Pura Luhur Uluwatu, Kabupaten Badung, Bali (24/3/2022). Pertunjukan tari Kecak yang sempat disetop karena pandemi kembali digelar dengan protokol kesehatan yang ketat, para penari menggunakan masker.
Pelonggaran kegiatan yang disampaikan pemerintah, terutama dalam dua bulan terakhir, dipersepsi warga sebagai akhir dari pandemi. Meski mayoritas masyarakat sudah beraktivitas di luar rumah, kewaspadaan perlu terus diterapkan mengingat pandemi belum berakhir.
Selama pandemi, pembatasan sosial menjadi strategi utama peredam penularan kasus Covid-19. Seiring keberhasilan Indonesia dalam mengendalikan varian Omicron pada kuartal pertama tahun 2022, pemerintah mulai melonggarkan aturan pembatasan sosial. Hal itu dipersepsi publik sebagai sinyal berakhirnya pandemi dengan meningkatkan aktivitas, terutama kegiatan sosial di luar rumah.
Pemerintah mulai memperlonggar kebijakan kegiatan seturut dengan semakin menurunnya level penilaian krisis Covid-19 di Indonesia. Pelonggaran kebijakan pembatasan sosial paling kentara dalam mudik Lebaran 2022 setelah dua tahun dibatasi.
Pelonggaran pembatasan sosial dalam mudik Lebaran 2022 ternyata tidak diikuti dengan terjadinya gelombang baru penambahan kasus baru Covid-19, seperti dalam tiap liburan panjang pada 2020 dan 2021. Oleh karena itu, kerja dari rumah pun secara bertahap mulai dikurangi sehingga kepadatan lalu lintas kembali terlihat, terutama di Ibu Kota, dua bulan terakhir ini. Aktivitas yang meningkat membuat semua kegiatan berangsur normal kembali.
Peningkatan aktivitas di luar rumah tersebut terpotret dalam jajak pendapat Kompas pada 20-23 Juni 2022. Mayoritas responden (93 persen) sudah melakukan aktivitas di luar rumah dalam satu bulan terakhir.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Warga menuntun sepeda saat Car Free Day (CFD) di Jalan Darmo, Kota Surabaya, Jawa Timur (19/6/2022). CFD yang sempat ditiadakan saat angka kasus Covid-19 meninggi kini kembali dilaksanakan secara normal. Selain berolahraga, warga memanfaatkan untuk berwisata bersama keluarga.
Alasan rasional
Keberanian masyarakat beraktivitas di luar rumah itu terutama didorong alasan yang lebih rasional dibandingkan dengan dorongan emosional. Sudah divaksinasi (37 persen) menjadi alasan utama masyarakat berani berkegiatan di luar rumah meski pandemi belum berakhir. Selanjutnya, sebesar 19,7 persen responden menyatakan bahwa penyebaran Covid-19 di Indonesia sudah terkendali sehingga mereka beraktivitas di luar rumah.
Dua alasan utama tersebut sejalan dengan data capaian vaksinasi dan pengendalian Covid-19 di Indonesia. Data dari Kementerian Kesehatan per 23 Juni 2022 menunjukkan bahwa capaian vaksinasi Covid-19 dosis kedua di Indonesia telah lebih dari 80 persen.
Bahkan, capaian dosis pertama sudah mencapai 96,7 persen. Selain itu, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) periode 7 Juni-4 Juli 2022 di hampir semua kabupaten/kota di Indonesia berada di level 1. Hanya satu kabupaten yang masih berada di level 2, yakni Kabupaten Teluk Bintuni di Provinsi Papua Barat.
Selain dua alasan utama tersebut, keberanian masyarakat berkegiatan di luar rumah didorong alasan yang lebih emosional, yakni sudah bosan di rumah (18,3 persen) dan rindu bertemu keluarga dan teman (11,5 persen).
Alasan yang bernuansa lebih emosional tersebut dikonfirmasi dengan ragam kegiatan luar rumah yang dilakukan oleh responden selama satu bulan terakhir. Aktivitas luar rumah yang terkait relasi dengan manusia lain lebih banyak dilakukan dibandingkan aktivitas yang lebih bersifat personal.
Aktivitas mengunjungi keluarga ataupun berkumpul bersama teman telah dilakukan lebih dari 80 persen responden dalam sebulan terakhir. Di posisi berikutnya, kebanyakan responden sudah melakukan aktivitas luar rumah yang bersifat lebih personal, seperti kegiatan religius (73,4 persen), olahraga (69,4 persen), kegiatan hiburan (45,4 persen), dan bekerja di kantor (37,7 persen).
Keberanian beraktivitas di luar rumah tersebut juga dapat dilihat dari peningkatan aktivitas yang direkam oleh Google Community Mobility Reports. Data per 20 Juni 2022 menunjukkan peningkatan mobilitas warga di hampir semua kelompok wilayah, mulai dari taman, toko kulakan dan apotek, perumahan, mal dan tempat rekreasi, serta tempat kerja. Satu-satunya kelompok wilayah yang belum kembali ”normal” adalah terminal dan stasiun.
Belum berakhir
Persepsi bahwa pandemi sudah berakhir juga tampak dari pilihan tempat olahraga bagi responden. Kebanyakan responden yang berolahraga selama satu bulan terakhir memilih berolahraga di luar ruangan, baik di lingkungan sekitar rumah, stadion/lapangan olahraga, maupun di tempat kebugaran. Hanya sekitar 10 persen responden yang masih berolahraga di dalam rumah.
Keberanian berolahraga di luar ruangan tersebut juga disertai dengan kehati-hatian rasional untuk tetap menerapkan protokol kesehatan. Sebanyak 3 dari 4 responden setuju bahwa protokol kesehatan tetap perlu diterapkan di tempat olahraga dengan derajat yang beragam.
Sebesar 46,7 persen responden setuju bahwa protokol kesehatan perlu diterapkan di dalam ataupun luar ruangan. Selanjutnya, sebesar 15,7 persen setuju diterapkan jika pesertanya banyak dan sebesar 11,3 persen setuju diterapkan di dalam ruangan saja. Sisanya, sebesar 24,9 persen, menyatakan bahwa protokol kesehatan tidak perlu diterapkan di tempat olahraga.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Warga berolahraga di seputaran Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat (18/6/2022). Di balik dampak negatif pandemi Covid-19, tetap ada hikmah yang bisa dipetik dari bencana alam global tersebut. Kesadaran masyarakat untuk lebih bugar tumbuh di tengah pandemi.
Meskipun mayoritas aktivitas publik di luar ruangan menampakkan kehati-hatian rasional, kewaspadaan tetap perlu terus dijaga. Pandemi belum berakhir dan belum dinyatakan berakhir. Artinya, virus penyebab Covid-19 masih ada dan siap menginfeksi kembali siapa saja yang kurang waspada.
Dari Indeks Pengendalian Covid-19 (IPC-19) Kompas terlihat kondisi Indonesia sampai akhir minggu ke-3 Juni 2022 ini masih cukup terkendali. Namun, jika dilihat per pulau, terlihat tren IPC-19 Pulau Jawa mulai mengalami penurunan. Ini terjadi karena adanya peningkatan jumlah pasien di Jakarta, Banten, dan beberapa daerah lain di Jawa. Hal ini perlu segera diantisipasi mengingat sifat virus ini yang sangat menular dapat dengan cepat menyebar ke wilayah lain.
Pemerintah harus segera mengambil tindakan pencegahan dan kembali mengingatkan masyarakat tentang pentingnya menerapkan protokol kesehatan. Masyarakat pun perlu tetap menyadari bahwa Covid-19 tidak akan pernah hilang.
Kita harapkan tren peningkatan ini dapat segera diatasi sehingga tidak perlu lagi diterapkan pembatasan ketat. Kuncinya adalah kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan dan kesadaran bahwa Covid-19 akan tetap ada sehingga bersiasat untuk hidup berdampingan dengan Covid-19. (LITBANG KOMPAS)