Masa Depan Internet Terang, tetapi Literasinya Masih Kurang
Melihat perkembangannya, dalam beberapa tahun ke depan kebutuhan akses internet akan meningkat secara signifikan. Hal itu semakin positif apabila disertai peningkatan kualitas literasi digital para penggunanya.
Oleh
Topan Yuniarto
·5 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI)
Pengemudi ojek daring memesan makanan untuk pelanggan melalui aplikasi di gerai makanan di pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta (21/10/2019). Pertumbuhan ekonomi digital dan pengguna internet di Tanah Air turut membantu perkembangan usaha bagi para pelaku UMKM.
Penetrasi internet di Tanah Air terus tumbuh dari tahun ke tahun. Makin luas akses internet membuat konsumsi media digital, terutama oleh generasi muda, juga terus meningkat. Dinamika konsumsi media digital membawa pola perilaku baru kebiasaan bermedia. Peningkatan konsumsi internet juga masih dihadapkan pada minimnya literasi.
Dalam beberapa tahun ke depan, konsumsi masyarakat mengakses media daring diprediksi akan menggeser kebiasaan mengakses media arus utama atau media mainstream. Kondisi ini ditandai dengan tingginya pola akses media digital oleh anak muda.
Hasil survei Litbang Kompas pada Juni 2022 menunjukkan perbedaan signifikan antara pola konsumsi media oleh masyarakat di bawah 35 tahun dan di atas 35 tahun. Pada kelompok usia di bawah 35 tahun, konsumsi media digital sangat dominan. Sementara pada kelompok usia di atas 35 tahun, konsumsi media mainstream, seperti menonton televisi, masih tinggi.
Kelompok usia muda berdasarkan survei Litbang Kompas lebih sering membuka gawai untuk mengakses media sosial dibandingkan dengan kelompok usia menengah dan usia tua. Responden kelompok muda menyatakan mengakses media sosial setiap hari. Platform aplikasi daring, seperti Instagram, Facebook, dan Whatsapp, paling sering diakses, baik sebagai sarana percakapan maupun sebagai konten informasi.
DOKUMEN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TIMOR TENGAH SELATAN.
Siswa SMA dan guru di pedalaman Mutis, Timor Tengah Selatan mencari jaringan internet untuk mengikuti ujian semester (23/11/2020).
Namun, dalam pola kebiasaan konsumsi media ini, bisa dikatakan audiens bersifat pasif. Berdasarkan survei itu, responden pada semua kelompok usia masih sebatas membaca berita yang sudah tersedia atau tersaji secara daring.
Fenomena ini menunjukkan sebagian besar audiens cenderung terpapar informasi yang disajikan oleh belantara konten internet. Bahkan, hasil survei Litbang Kompas ini menunjukkan audiens di semua kelompok usia mayoritas sudah menyatakan puas dengan informasi yang disajikan oleh media sosial, yakni 91,4 persen.
Sikap puas tersebut menegaskan bahwa sebagian besar masyarakat masih berada pada level konsumen informasi dari internet, tetapi kurang kritis terhadap konten yang disajikan oleh internet karena sudah merasa puas dengan informasi yang tersaji. Gambaran ini menunjukkan belum kuatnya literasi digital di kalangan masyarakat.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Sejumlah pelajar tingkat SD dan SMP memanfaatkan warung kopi yang menyediakan jaringan nirkabel koneksi internet gratis untuk belajar di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten (30/7/2020).
Penetrasi internet
Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang diterbitkan pada Juni 2022, tingkat penetrasi internet di Indonesia 77,02 persen. Angka itu diperoleh dari hasil survei wawancara yang dilakukan APJII kepada 7.568 responden di 34 provinsi pada Januari-Februari 2022. Data APJII juga mengungkap jumlah penduduk Indonesia yang terkoneksi internet tahun 2021-2022 sebanyak 210 juta jiwa dari total 272 juta penduduk tahun 2021.
Tingkat penetrasi internet menurut data APJII meningkat signifikan. Pada 2018, angkanya 64,8 persen dan meningkat menjadi 73,7 persen pada tahun 2019-2020. Angka itu naik lagi menjadi 77,02 persen pada awal 2022. Artinya, internet semakin dibutuhkan masyarakat. Fenomena pertumbuhan pengguna internet merupakan hal positif.
Dengan akses internet yang ada saat ini, masyarakat lebih mudah dan cepat dalam melakukan kegiatan di bidang pendidikan, e-dagang, transaksi perbankan, pembayaran pulsa, tagihan listrik, pembelian tiket, serta pemesanan transportasi dan makanan secara daring.
Kemudahan akses
Data APJII periode Juni 2022 menunjukkan masyarakat terkoneksi ke internet melalui beragam cara. Mayoritas menggunakan data seluler (77,64 persen), koneksi Wi-Fi di rumah (20,61 persen), koneksi Wi-Fi di kantor dan sekolah (0,61 persen), Wi-Fi ruang publik (0,96 persen), serta koneksi internet lainnya (0,18 persen).
Dari sisi perangkat yang digunakan untuk mengakses internet, sebanyak 89,03 persen menggunakan smartphone atau gawai, kemudian 0,73 persen menggunakan laptop atau desktop. Sebesar 10,24 persen menggunakan keduanya, baik komputer maupun gawai.
Angka-angka tersebut semakin menegaskan bahwa akses internet semakin terjangkau masyarakat. Koneksi sinyal operator telepon seluler berupa sinyal internet pun menjangkau hingga pelosok perdesaan. Intinya, masyarakat semakin mudah mengakses data dan konten internet. Penjualan paket data atau dikenal kuota internet menjangkau pelosok pedesaan.
Pemerintah melalui BUMN PT Telkom juga berkomitmen meluaskan jaringan internet dan membangun desa digital. Bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat, misalnya, PT Telkom sejak 2020 mengembangkan 5.000 desa digital berupa layanan akses internet berbasis satelit. Desa-desa ini umumnya sulit dijangkau jaringan internet akibat kondisi geografis, seperti tertutup bukit dan pegunungan.
DEONIISA ARLINTA UNTUK KOMPAS
Sejumlah perwakilan dari beberapa kementerian dan lembaga, serta pelaku UMKM dan marketplace mendorong gerakan UMKM Indonesia jualan online, di Jakarta (24/4/2018).
Di kawasan perkotaan, masyarakat pada umumnya berlangganan akses internet dari operator penyedia jasa internet dan televisi berbayar. Menurut data APJII 2022, sebanyak 76 persen pelanggan operator jaringan internet memilih berlangganan internet saja tanpa tambahan televisi berbayar. Sebanyak 17,8 persen berlangganan internet plus televisi berbayar.
Koneksi Wi-Fi di rumah melalui jaringan penyedia jasa internet relatif cepat dan stabil yang ditunjang infrastruktur memadai. Koneksi internet rumah berkecepatan tinggi masuk dalam kategori fixed broadband internet.
Sebagian besar pengguna koneksi mobile internet, menurut data APJII, membeli kuota paket data prabayar, yakni 83,4 persen. Sebanyak 15,7 persen melalui pascabayar. Artinya, masyarakat tak berlebihan dalam menggunakan kuota data internet yang dibeli. Penyebabnya, mereka harus mengalokasikan anggaran tertentu untuk membeli paket data internet.
Alokasi anggaran untuk membeli paket data sangat bervariasi. Data APJII menyebutkan, sebanyak 46,8 persen anggaran koneksi internet per bulan berkisar Rp 50.000-Rp 100.000. Sebanyak 38,3 persen menganggarkan maksimal Rp 50.000 untuk akses internet. Alokasi Rp 100.000-Rp 250.000 untuk akses internet terdapat pada 11,6 persen masyarakat yang memerlukan kualitas internet dengan kuota data dan kecepatan akses lebih tinggi.
Peluang ekonomi
Bagi operator penyedia jasa jaringan internet, tingginya penetrasi internet di Indonesia menjadi peluang bisnis. Bagi masyarakat, kemudahan akses internet semestinya menjadi tantangan agar lebih produktif dan memperkaya khazanah pengetahuan.
Di sektor ekonomi, penggunaan internet oleh usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) cukup tinggi. Data APJII menyebutkan, sebanyak 87,4 persen UMKM telah menggunakan internet untuk mendukung kelangsungan usahanya.
Sebagian besar UMKM (73,4 persen) menyatakan telah lebih dari dua tahun menggunakan internet untuk kepentingan menjalankan usaha. Sebanyak 85 persen di antaranya menyatakan sangat bergantung pada akses internet atau bisa dikatakan internet sangat penting bagi mereka.
Sebagian besar UMKM (73,4 persen) juga memiliki akun penjualan di lokapasar, seperti Tokopedia dan Shopee, guna memasarkan produk. Selain marketplace, UMKM menggunakan media sosial untuk memasarkan produk (84,75 persen).
Tidak dapat dimungkiri, dalam beberapa tahun ke depan kebutuhan akses internet akan meningkat secara signifikan. Penggunaannya tidak hanya untuk bersosialisasi melalui media sosial, mengakses konten video Youtube, dan membaca berita secara daring. Internet juga membuka lapangan pekerjaan dengan semakin banyaknya usaha yang penjualan produknya dilakukan secara daring. Hal itu semakin positif jika disertai dengan peningkatan kualitas literasi digital di antara para penggunanya. (LITBANG KOMPAS)