Riuh Pengguna Stasiun Manggarai di Media Sosial
Stasiun Manggarai menjadi perbincangan warganet di media sosial. Berbagai keluhan muncul menyikapi perubahan operasional, switch over kelima. Perlu sosialisasi lebih intensif guna mengantisipasi berbagai keluhan itu.
Sejak pekan lalu, Stasiun Manggarai di Jakarta menjadi perbincangan warganet akibat perubahan jalur kereta. Berbagai keluhan yang muncul di media sosial dapat menjadi evaluasi saat melakukan perubahan pola operasional kereta hingga pembangunan Stasiun Manggarai selesai.
Pada 27 Mei 2022 Direktorat Jenderal Perkeretapian (DJKA) Kementerian Perhubungan melakukan kegiatan switch over (SO) kelima. Kegiatan SO ke-5 tersebut merupakan bagian dari proses pembangunan Stasiun Manggarai. Dalam kegiatan itu, penataan dan pengondisian jalur kereta api harus dilakukan sehingga pembangunan stasiun bisa dilanjutkan.
Akibat kegiatan SO ke-5 tersebut, sistem persinyalan dan operasional KRL sedikit berubah. Rute Bogor Line yang sebelumnya melayani Bogor-Manggarai dan melintas di jalur Manggarai-Sudirman-Tanah Abang-Duri-Kampung Bandan maupun Bogor-Jakarta Kota berubah menjadi hanya melayani rute Bogor-Jakarta Kota.
Selain itu, rute Bekasi-Cikarang line yang menuju Jakarta Kota ditiadakan. Rute Bekasi-Cikarang hanya menuju Angke atau Kampung Bandan melewati Stasiun Manggarai atau Pasar Senen. Dengan perubahan ini, Stasiun Manggarai menjadi stasiun transit bagi penumpang yang menaiki KRL di kedua rute tersebut.
Akibat perubahan itu, muncul keluh kesah masyarakat tentang kepadatan penumpang di Stasiun Manggarai. Hal tersebut tampak dalam pembicaraan di media sosial sejak 28 Mei 2022. Situasi kacau karena padatnya penumpang di Stasiun Manggarai menjadi topik utama keluhan warganet.
Litbang Kompas mencoba mengamati riuhnya pembicaraan mengenai Stasiun Manggarai melalui aplikasi Talkwalker selama 26 Mei-2 Juni 2022. Topik Stasiun Manggarai menghasilkan total 7.600 perbincangan warganet. Topik tersebut juga meraih 39,3 ribu interaksi pengguna media sosial.
Sepanjang pengamatan selama seminggu penerapan SO ke-5 dan perubahan pola operasional KRL di Stasiun Manggarai, tercatat setidaknya ada tiga puncak perbincangan tentang hal tersebut. Pertama, ramainya perbincangan tentang Stasiun Manggarai terjadi pada 28 Mei 2022 pukul 18.00 sampai pukul 19.00. Isu yang mendominasi percakapan pengguna media sosial saat itu adalah keluhan masyarakat tentang stasiun yang mendadak padat. Kepadatan penumpang disebabkan oleh penumpukan penumpang yang transit di Stasiun Manggarai. Padahal, saat itu adalah akhir minggu yang seharusnya tidak padat penumpang.
Volume penumpang semakin meningkat menjelang sore hari. Berdasarkan video dan foto-foto yang diambil para penumpang KRL saat itu, suasana stasiun tampak kacau. Penumpang terlihat berdesak-desakan dan berteriak untuk berebut keluar stasiun maupun berpindah kereta. Sejumlah penumpang KRL yang transit juga mengaku harus menunggu berjam-jam untuk berpindah kereta. Kepadatan penumpang saat hari pertama penerapan perubahan SO kelima dan perubahan pola operasional KRL di Stasiun Manggarai mengundang perhatian pengguna KRL lainnya.
Pada hari berikutnya, percakapan pengguna media sosial diramaikan dengan pencarian informasi perubahan pola operasional KRL di Stasiun Manggarai. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kepadatan seperti yang ramai di media sosial. Apalagi, keesokan harinya adalah hari kerja yang dapat dipastikan akan lebih banyak komuter memadati stasiun.
Benar saja, kepadatan penumpang di Stasiun Manggarai kembali terjadi. Meskipun sebagian penumpang telah berupaya menghindari kepadatan dengan berangkat lebih awal, tetap saja sesaknya penumpang di Stasiun Manggarai tidak terhindarkan.
Kondisi sesak dan kacaunya Stasiun Manggarai kembali menjadi perbincangan warganet sejak Senin (30/5/2022) pagi. Namun, ramainya percakapan tentang hal itu mencapai puncak menjelang tengah hari, yakni pada pukul 11.00-12.00. Topik yang muncul masih sama, yakni kepadatan penumpang di Stasiun Manggarai. Selain itu, muncul pula pembicaraan tentang kurang memadainya fasilitas di stasiun.
Hal tersebut dirasakan oleh pengguna KRL yang menyebutkan kurangnya tanda penunjuk atau pengarah sehingga menyebabkan mereka bingung. Alhasil, para petugas stasiun diberondong pertanyaan-pertanyaan dari penumpang terkait informasi perpindahan peron, jadwal kereta, arah jalan keluar ataupun arah pintu masuk.
Kebingungan itu tidak semata-mata hanya karena mereka tidak mengetahui informasi perubahan pola operasional KRL karena SO kelima di Stasiun Manggarai, tetapi juga karena penuh sesaknya penumpang yang membuat suasana tidak kondusif dan menambah kebingungan.
Stasiun sentral
Beberapa hari sebelum pelaksanaan SO kelima, pihak KAI telah memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang perubahan pola operasional KRL. Sosialisasi yang dilakukan melalui berbagai media dan media sosial. Pengumuman ini sebenarnya sudah menjadi perhatian publik, khususnya pengguna KRL.
Meskipun demikian, belum semua pengguna KRL yang melewati Stasiun Manggarai mengetahuinya. Sementara itu, mereka yang sudah mengetahui informasi tersebut belum sepenuhnya memahami. Akibatnya, masih terjadi kebingungan di lapangan ketika perubahan pola operasional KRL diterapkan.
Kondisi tersebut mau tidak mau harus dihadapi oleh pengguna KRL yang singgah di Stasiun Manggarai. Pasalnya, pelaksanaan SO 5 harus dilakukan agar pembangunan Stasiun Manggarai segera selesai. Pembangunan itu merupakan bagian dari rencana Kementerian Perhubungan untuk menjadikan Stasiun Manggarai sebagai stasiun sentral. Nantinya Stasiun Manggarai menjadi pusat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api jarak jauh, kereta komuter, dan kereta bandara.
Selama ini Stasiun Manggarai memang strategis sebagai titik pertemuan jalur kereta berbagai arah. Jalur KRL rute Jakarta-Depok/Bogor dan Jakarta-Bekasi, kereta api penumpang jarak jauh, dan kereta api lokal melewati Stasiun Manggarai.
Tidak heran setiap harinya terdapat sekitar 726 perjalanan kereta dan 100.000 penumpang yang melewati Stasiun Manggarai. Nanti, ketika sudah menjadi stasiun sentral, diperkirakan jumlah tersebut meningkat dua hingga tiga kali lipat per hari.
Besarnya proyeksi kepadatan penumpang di masa mendatang itu mendorong munculnya rencana untuk menyediakan area publik. Tujuannya, agar tumpahan penumpang dari stasiun dan penumpang yang hendak melanjutkan perjalanan menggunakan moda transportasi berikutnya dapat terakomodasi. Bentuk area publik yang memungkinkan untuk fungsi ini dapat berupa plaza atau area transit yang terkoneksi stasiun.
Dalam perkembangannya, Stasiun Manggarai sebagai titik pertemuan berbagai jalur turut menjadi bagian dari proyek pengembangan infrastruktur kereta api dalam skala luas. Salah satunya adalah proyek double-double track (DDT) yang dimulai pada 2019. Proyek ini bertujuan untuk memisahkan jalur kereta commuter dengan kereta antarkota. Di Stasiun Manggarai, proyek tersebut berwujud peron layang yang dilalui jalur 10, 11, 12, dan 13. Keempat jalur layang itu digunakan untuk KRL Bogor-Jakarta Kota.
Wajah baru Stasiun Manggarai itu diapresiasi oleh masyarakat. Decak kagum terhadap bangunan stasiun yang baru sempat ramai dibicarakan warganet di media sosial. Banyak di antaranya yang menyandingkan Stasiun Manggarai dengan stasiun di luar negeri.
Sosialisasi
Meskipun relatif banyak yang mengapresiasi, tetap saja ketika dalam proses pembangunan infrastruktur itu muncul keluhan dari pengguna stasiun. Hal tersebut wajar karena pengguna kereta yang berada di Stasiun Manggarai harus beradaptasi kembali dengan perubahan pola operasional.
Sepanjang proses pembangunannya, sudah ada beberapa perubahan pola operasional yang juga mengundang kritik dari pengguna kereta. Misalnya, pada awal 2019 saat proyek jalur dwiganda di Stasiun Manggarai mulai dikerjakan. Saat itu, jalur 10 di stasiun tersebut ditutup selama 45 hari untuk pengerjaan proyek. Kondisi ini menyebabkan perubahan pola operasional sejumlah jalur KRL. Akibatnya, perjalanan KRL terlambat, waktu perjalanan penumpang menjadi lebih lama. Selain itu, penumpang kebingungan mencari kereta sesuai tujuan perjalanannya (Kompas 25/1/2019).
Serupa dengan situasi tersebut, perubahan-perubahan seiring dengan proyek pembangunan Stasiun Manggarai akan tetap ada. Berdasarkan keterangan dari Aditya Astika, Pejabat PPK DDT Manggarai Jatinegara, kegiatan switch over akan dilakukan hinga SO kedelapan atau hingga pembangunan Stasiun Manggarai selesai.
Untuk menghindari kepadatan penumpang seperti pada saat SO ke-5, ada beberapa hal yang perlu dibenahi, di antaranya sosialisasi perubahan pola operasional perlu dilakukan lebih giat dan meluas. Informasi perubahan pola operasional, periode pelaksanaan, hingga antisipasi yang perlu dilakukan oleh penumpang perlu disebarluaskan jauh-jauh hari.
Selain itu, tanda penunjuk arah dan peron perlu diperbanyak dan dibuat jelas. Fasilitas dan area publik juga perlu disiapkan sesuai kapasitas penumpang yang singgah di Stasiun Manggarai. Para pengguna KRL juga diharapkan bersiap untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan lainnya selama proses pembangunan Stasiun Manggarai. Mencermati setiap informasi perkembangan pembangunan Stasiun Manggarai dan perubahan pola operasional KRL dapat membantu mengurangi kepadatan penumpang di stasiun tersebut. (LITBANG KOMPAS)