Optimisme Ekonomi Indonesia pada 2022
Penguatan ekonomi Indonesia pada 2021 diproyeksi berlanjut di tahun ini. Bahkan, sejumlah lembaga memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2022 akan lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Beragam indikator dan momentum mengiringi optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2022. Meski demikian, sejumlah tantangan harus diwaspadai karena berpotensi menghambat pertumbuhan.
Mengakhiri 2021, narasi perbaikan ekonomi di Indonesia terus menunjukkan tren penguatan. Meski masih dalam situasi sulit akibat pandemi Covid-19, laju pertumbuhan ekonomi, tingkat keyakinan konsumen, hingga ekspansi industri manufaktur menjadi sejumlah indikator yang mendorong perbaikan tersebut.
Penguatan ekonomi pun diproyeksi berlanjut di tahun ini. Bahkan, sejumlah lembaga memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2022 akan lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Bank Indonesia, misalnya, dalam publikasi bulan November 2021 memperkirakan, ekonomi Indonesia akan mampu tumbuh 4,7 hingga 5,5 persen pada 2022.
Satu bulan sebelumnya, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM-UI) memproyeksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5,1 hingga 5,4 persen. Bahkan, Lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) lebih optimis.
Dalam outlook yang dipublikasikan bersamaan dengan proyeksi LPEM-UI tercatat, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu menembus angka 5,9 persen. Angka tersebut melampaui laju pertumbuhan dua negara penguasa ekonomi dunia, China dan Amerika Serikat dengan proyeksi masing-masing 5,6 dan 5,2 persen.
Ekonomi global
Keyakinan tersebut didorong oleh semakin membaiknya perekonomian global, terutama negara-negara mitra dagang Indonesia. Hal tersebut tecermin dari meningkatnya nilai indeks manajer pembelian atau purchasing managers index manufaktur. China, misalnya, memiliki purchasing managers index manufaktur sebesar 50,9 poin pada Desember 2021. Indeks tersebut naik dari 49,9 November 2021.
Peningkatan tersebut membuat China sudah memasuki zona ekspansi. Perbaikan ekonomi di China menjadi penting lantaran China menjadi mitra dagang utama Indonesia. Berdasarkan data BPS pada 2020, China menjadi pangsa pasar seperlima dari total nilai ekspor Indonesia.
Purchasing managers index manufaktur digunakan untuk mengukur arah tren ekonomi yang berlaku di bidang manufaktur. Indeks manajer pembelian manufaktur juga menjadi indikator utama aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Dengan demikian, jika purchasing managers index manufaktur mitra dagang Indonesia semakin baik, maka potensi perdagangan juga akan membaik.
Selain China, harapan perbaikan ekonomi mitra dagang Indonesia juga datang dari AS. Dari 10 negara mitra dagang utama ekspor Indonesia, AS menjadi negara dengan nilai indeks manajer pembelian manufaktur tertinggi yaitu 57,7 poin. Hal itu juga menjadi kabar gembira bagi Indonesia lantaran AS menjadi mitra dagang ekspor Indonesia terbesar kedua setelah China dengan proporsi 11,4 persen dari total ekspor Indonesia.
Jepang, Malaysia, dan Vietnam juga menjadi negara mitra dagang dengan nilai indeks manajer pembelian manufaktur yang ekspansif dan meningkat dari bulan sebelumnya. Tak hanya itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi 2022 pun cukup tinggi.
Pada 2022, pertumbuhan ekonomi Vietnam diproyeksikan 6,6 persen, hampir dua kali lipat tahun sebelumnya. Bahkan, Vietnam menjadi salah satu negara yang mampu menunjukkan laju pertumbuhan positif pada 2020 di saat hampir seluruh negara di dunia mengalami kontraksi. Malaysia juga diprediksi mampu mencapai pertumbuhan 6 persen pada 2022. Sementara Jepang diprediksi mampu tumbuh 3,2 persen, lebih tinggi dari tahun 2021 sebesar 2,4 persen.
Sisi pengeluaran
Optimisme kebangkitan ekonomi global ini dapat memberikan angin segar bagi Indonesia, karena menjadi peluang untuk meningkatkan nilai ekspor. Pasalnya, ekspor menjadi salah satu komponen ekonomi penting bagi Indonesia dari sisi pengeluaran.
Sepanjang 2021, komponen ekspor sering mencatatkan pertumbuhan tertinggi, baik kumulatif, triwulanan, maupun tahunan. Pada triwulan III-2021, komponen ekspor tumbuh 29,16 persen secara tahunan.
Boleh jadi, pertumbuhan tinggi itu terjadi lantaran basis yang rendah di tahun sebelumnya (low base effect), minus 11,66 persen. Namun, secara triwulanan pun ekspor menunjukkan kinerja positif pada periode yang sama yakni 9,28 persen, tertinggi di antara komponen pengeluaran lainnya.
Bahkan, sepanjang 2021, kontribusi ekspor pada produk domestik bruto sisi pengeluaran selalu meningkat. Triwulan pertama, kontribusinya sebesar 19,24 persen, lebih tinggi dari rerata tahun 2020 (17,17 persen). Sumbangannya semakin besar di triwulan III-2021 yakni 22,71 persen dan tercatat sebagai kontribusi ekspor yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Sepanjang Januari-November 2021 nilai ekspor mencapai 209,16 miliar dollar AS. Empat negara yaitu China, AS, Jepang, dan Malaysia menjadi mitra terbesar. Nilainya mencapai 93,91 miliar dollar AS untuk ekspor non migas atau hampir separuh dari total ekspor.
Selain ekspor, penguatan ekonomi domestik juga turut mendorong optimisme akselerasi ekonomi di 2022. Salah satunya tergambar dari konsumsi rumah tangga yang sudah menunjukkan pertumbuhan positif setelah terkontraksi sejak pandemi.
Data survei konsumen bulan November 2021 oleh Bank Indonesia menunjukkan, indeks ekspektasi kondisi ekonomi (IEK) sebesar 137,8, naik dari 134,9. Artinya, tingkat keyakinan masyarakat semakin tinggi dalam melihat kondisi ekonomi 2022. Keyakinan ini menjadi penting lantaran masyarakat dapat dikatakan sebagai penentu pertumbuhan ekonomi. Lebih dari separuh PDB sisi pengeluaran disumbang oleh konsumsi rumah tangga atau masyarakat.
Optimisme akan tumbuhnya konsumsi masyarakat semakin menguat karena pemerintah kembali mengalokasikan anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN), salah satunya untuk perlindungan sosial masyarakat rentan.
Anggaran perlindungan sosial untuk 2022 sebesar Rp 153,7 triliun rupiah. Di luar itu, pemerintah juga masih menggelontorkan anggaran untuk perlindungan sosial non-PEN sebesar Rp 273,8 triliun. Sehingga total anggaran untuk perlindungan sosial mencapai Rp 427,5 triliun. Dana tersebut akan dibagikan kepada 223,8 juta warga.
Konsumsi domestik sepanjang 2022 juga berpeluang makin meningkat karena momentum penyelenggaraan Presidensi G20 oleh Indonesia. Jika seluruh pertemuan dilakukan secara fisik, berpotensi meningkatkan konsumsi domestik hingga Rp 1,7 triliun. Dengan adanya dampak berganda, maka menambah PDB hingga Rp 7,4 triliun, serta melibatkan UMKM dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 33 ribu orang.
Tantangan
Menguatnya ekonomi domestik dan kinerja ekspor membuka peluang Indonesia untuk menarik minat investor. Untuk 2022, pemerintah menargetkan investasi yang masuk ke Indonesia sebesar Rp 1.200 triliun.
Target tersebut naik 33,3 persen dari 2021 yang mencapai Rp 900 triliun. Pada akhirnya, kinerja positif pada seluruh indikator tersebut dapat membuat perekonomian Indonesia semakin kuat di tahun 2022.
Meski demikian, sejumlah tantangan yang berpotensi menghambat pertumbuhan tersebut perlu diwaspadai. Dalam skala global, dunia juga masih dihadapkan dengan ketidakpastian ekonomi China. Kebijakan pengetatan ekonomi yang diberlakukan Pemerintah China dan pasang-surutnya kinerja sejumlah perusahaan besar di China dapat mempengaruhi ekonomi global, termasuk Indonesia. Untuk mengantisipasi, pemerintah dapat memperluas kerja sama dengan sejumlah negara lain sebagai mitra dagang.
Baca juga: Sinyal Perbaikan Ekonomi Menjelang Akhir Tahun 2021
Dari sisi anggaran Negara, pemerintah juga harus terus mengupayakan efisiensi anggaran dan meningkatkan pendapatan negara, lantaran anggaran untuk penanganan pandemi Covid-19 masih diperlukan dalam jumlah yang besar. Jika penerimaan negara tidak seimbang dengan belanja yang dikeluarkan, justru akan menambah beban utang negara.
Tantantan lain yang juga harus terus diperhatikan adalah pengendalian wabah korona. Meski telah melandai, penyebaran virus Covid-19 masih mungkin terjadi. Ditambah lagi adanya mutasi virus dengan karakter penularan yang makin beragam. Dukungan masyarakat menerapkan protokol kesehatan dan langkah pemerintah memperluas jangkauan vaksinasi menjadi komponen penting untuk menjaga terkendalinya pandemi agar perekonomian nasional dapat makin berdaya di 2022. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Arah Baru Ekonomi Berbasis Industri Hijau