Pasang Surut Ekonomi Indonesia di Tahun Kedua Pandemi
Setelah mengalami pasang surut sepanjang tahun ini, Indonesia dapat menutup kinerja perekonomian 2021 dengan lebih optimistis. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 diprediksi sebesar 3,2 persen.

Pekerja mengaitkan kontainer dengan tali baja untuk diangkut ke atas kapal di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (14/7/2021). Indonesia mampu keluar dari krisis pandemi pada triwulan II-2021 dengan pertumbuhan sebesar 7,07 persen.
Pandemi Covid-19 membuat perekonomian masih belum stabil hingga tahun kedua. Meski demikian, tingkat pertumbuhannya sudah lebih baik dan lebih optimistis dibandingkan tahun sebelumnya.
Tahun 2021, perekonomian Indonesia masih dihadapkan dengan tantangan akibat pandemi Covid-19. Memasuki triwulan pertama, pertumbuhan ekonomi secara tahunan masih mengalami kontraksi, yakni minus 0,71 persen. Begitu pula secara triwulanan (quarter to quarter), pertumbuhannya minus 0,92 persen.
Kontraksi itu terjadi lantaran kinerja sektor-sektor pembentuknya juga masih banyak yang tertahan. Dari sisi produksi, dua pertiga sektor pembentuk produk domestik bruto (PDB) masih mengalami pertumbuhan minus.
Transportasi dan pergudangan menjadi sektor dengan kontraksi terdalam secara tahunan, yakni minus 13,12 persen. Kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang berlaku sejak Januari 2021 membuat pergerakan moda transportasi berkurang, baik udara, darat, maupun laut.

Petugas melakukan pengecekan daya internet dengan optical power meter di Perumahan Pondok Karya, Jakarta, Senin (22/2/2021). Informasi dan komunikasi menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi selama pandemi karena hampir seluruh aktivitas masyarakat beralih ke sistem daring.
Menyusul kebijakan PPKM tersebut, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum turut mengalami kontraksi minus 7,26 persen. Merujuk data mobilitas penduduk yang disusun oleh Google, perubahan pergerakan masyarakat Indonesia untuk rekreasi masih minus hingga 16,56 persen pada Maret 2021. Tak heran jika sektor yang banyak berkaitan dengan aktivitas perjalanan dan wisata ini pun turut tertahan.
Sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi terbesar pada PDB dari sisi lapangan usaha juga masih terkontraksi minus 1,38 persen. Sementara informasi dan komunikasi menjadi sektor dengan pertumbuhan positif tertinggi (8,71) lantaran hampir seluruh aktivitas masyarakat beralih ke sistem daring. Sektor pertanian pun tumbuh positif (3,38) bersamaan dengan musim panen raya.
Dari sisi pengeluaran, separuh komponen pembentuknya mengalami kontraksi. Konsumsi rumah tangga sebagai kontributor terbesar pun tumbuh minus 2,23 persen. Hanya pengeluaran konsumsi pemerintah serta ekspor dan impor yang mencatatkan pertumbuhan positif.

Keluar resesi
Meski demikian, kondisi tersebut sudah lebih baik dibandingkan tahun pertama pandemi. Sepanjang triwulan II hingga IV tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi berturut-turut. Karena itu, Indonesia sempat masuk ke dalam jurang resesi.
Pandemi yang makin terkendali membuat aktivitas perekonomian perlahan-lahan mulai dapat dijalankan walau masih terbatas. Denyut perekonomian membuat Indonesia mampu keluar dari bayang-bayang resesi pada triwulan II 2021 dengan pertumbuhan sebesar 7,07 persen.
Baca juga : Anomali Ekonomi Lebaran di Tengah Pandemi
Pertumbuhan positif terjadi di semua wilayah pulau di Indonesia, tertinggi terjadi di Maluku dan Papua dengan laju pertumbuhan 8,75 persen. Menyusul di urutan berikutnya adalah Pulau Sulawesi (8,51) dan Jawa (7,88). Laju pertumbuhan tersebut dapat dikatakan membawa harapan baru bagi Indonesia setelah satu tahun sebelumnya mengalami kontraksi berturut-turut.
Capaian tersebut juga sesuai dengan prediksi pemerintah, yakni pertumbuhan Indonesia mampu menyentuh level 7 persen. Pertumbuhan tinggi itu terjadi seiring dengan perbaikan perekonomian pada April dan Mei 2021 bersamaan dengan perayaan Idul Fitri meski dampaknya tak sebesar tahun-tahun sebelum pandemi.

Momentum itu kemudian mendorong peningkatan kinerja industri pengolahan, tecermin dari prompt manufacturing index Bank Indonesia (PMI-BI) sebesar 51,45 persen. Nilai tersebut menunjukkan adanya ekspansi dan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (50,01).
Peningkatan PMI-BI terjadi pada hampir semua komponen, terutama volume produksi dan dan volume total pesanan yang juga mengalami fase ekspansi. Sektor industri pengolahan pun kembali menguat dengan pertumbuhan sebesar 6,58 persen secara tahunan.
Dari sisi permintaan, perbaikan tergambar dari nilai indeks keyakinan konsumen (IKK) yang optimistis sepanjang triwulan II-2021. Merujuk data yang dihimpun Bank Indonesia, nilai IKK pada April 2021 sudah menembus angka 101,5 atau memasuki area optimistis.
Bulan sebelumnya, nilai IKK hanya sebesar 93,4. Bahkan, memasuki awal tahun 2021, nilainya lebih rendah, yakni sebesar 84,9. Optimisme pada April tersebut berlanjut hingga dua bulan berikutnya, yakni 104,4 pada Mei dan 107,4 pada Juli.

Salah satu kios pedagang di Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jakarta, yang ramai pembeli menjelang Lebaran, Minggu (2/5/2021). Konsumsi masyarakat yang meningkat saat Lebaran turut mendorong kinerja positif perekonomian pada Mei 2021.
Pergerakan masyarakat pun lebih tinggi daripada periode sebelumnya. Pada bulan Mei, perubahan aktivitas masyarakat di rumah sudah berada pada angka 6,13 persen. Berbeda dengan bulan Januari dengan perubahan pergerakan masyarakat di rumah sebesar 10,81 persen. Hal itu menunjukkan masih tingginya aktivitas masyarakat di rumah.
Pada triwulan II, kasus baru Covid-19 juga dapat dikatakan melandai dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan data series Covid-19 yang disusun Badan Nasional Penanggulangan Bencana, rata-rata kasus baru Covid-19 pada triwulan I-2021 sebanyak 8.539,04 kasus per hari. Sementara pada triwulan kedua, jumlahnya sudah turun menjadi 7.324,83 kasus baru harian.
Saat itu, masyarakat juga optimistis melihat masa yang akan datang, tecermin dari nilai indeks ekspektasi kondisi ekonomi (IEK) di atas angka 120 sepanjang April-Juni 2021. Semua indikator tersebut menunjukkan adanya perbaikan meski ekonomi secara keseluruhan tumbuh tinggi karena dasar pertumbuhan yang rendah pada tahun sebelumnya (low base effect).

Pasang surut
Basis pertumbuhan yang rendah juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang positifpada triwulan III-2021 sebesar 3,51 persen. Meski demikian, pertumbuhan yang positif itu melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Situasi pandemi yang kembali mencekam membuat penurunan aktivitas ekonomi kembali terjadi.
Memasuki pertengahan Juni, kasus baru Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Pada 17 Juni, jumlah kasus baru mencapai 12.624 setelah empat bulan sebelumnya tidak pernah menembus angka 10.000 kasus baru dalam satu hari. Peningkatan tersebut tak lepas dari bertambahnya aktivitas masyarakat dalam rangkaian kegiatan Ramadhan dan Idul Fitri 2021.
Saat itu, aktivitas ziarah dan silaturahmi sudah kembali dilakukan meski belum seramai ketika sebelum pandemi. Vaksinasi yang sudah menyasar masyarakat umum juga membuat masyarakat lebih percaya diri untuk beraktivitas. Kasus tersebut kian bertambah pada bulan Juli dan mencapai puncaknya pada 15 Juli 2021 dengan 56.757 kasus baru dalam satu hari. Pada periode tersebut, jumlah kematian pun tinggi, lebih dari 1.000 pasien Covid-19 meninggal dalam satu hari.
Karena situasi tersebut, pemerintah kembali mengeluarkan kebijakan pembatasan yang lebih ketat, yakni PPKM darurat. Kebijakan tersebut mulai berlaku pada 3 Juli 2021di sejumlah kabupaten/kota di Pulau Jawa dan Bali.

Pengendara terjebak kemacetan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Sabtu (25/12/2021). Banyaknya warga yang memanfaatkan liburan Natal 2021 dengan mengunjungi pusat perbelanjaan di seputaran Jalan Jenderal Sudirman membuat kawasan tersebut dipadati kendaraan pribadi.
Beberapa sektor pembentuk PDB pun kembali mengalami kontraksi. Sektor transportasi dan pergudangan, misalnya, kembali tumbuh minus 0,72 persen pada triwulan III-2021. Aktivitas masyarakat kembali dibatasi, tergambar dari nilai perubahan pergerakan masyarakat di rumah yang kembali meningkat menjadi 13,03 persen pada Juli 2021. Kegiatan rekreasi kembali berkurang, aktivitas bekerja dan sekolah pun kembali dilakukan dari rumah.
Hal tersebut kemudian berdampak pada kembali turunnya nilai PMI-BI pada angka 49,89 persen di triwulan III-2021. Masyarakat juga kembali pesimistis melihat kondisi ekonomi, baik pada periode tersebut maupun masa yang akan datang.
Setelah berturut-turut mencapai area optimisme pada triwulan II, IKK turun menjadi 80,2 pada bulan Juli. Bahkan, angkanya semakin merosot menjadi 77,3 pada bulan Agustus lantaran pemerintah terus-menerus memperpanjang PPKM darurat, baik di dalam maupun di luar kawasan Jawa-Bali.

Peningkatan aktivitas dan optimisme masyarakat baru kembali terlihat memasuki triwulan IV. Pada bulan Oktober, IKK kembali naik menjadi 113,4 dan ekspektasi masyarakat akan masa mendatang kembali tinggi, mencapai angka 134,9.
Aktivitas rekreasi pun kembali tumbuh (4,32 persen) seiring melandainya kasus Covid-19 di Indonesia. Sejak 15 Oktober, kasus baru Covid-19 tidak pernah menembus angka 1.000 setiap hari. Capaian vaksinasi pun kian tinggi dan meluas sehingga aktivitas masyarakat cenderung lebih bebas meski varian baru virus penyebab Covid-19 sudah masuk di Indonesia. Hingga 30 Desember 2021, sebanyak 160 juta dosis pertama vaksin Covid-19 telah disuntikkan (76,83 persen). Sementara vaksin dosis kedua yang sudah diberikan sebanyak 113 juta dosis (54,26 persen).
Baca juga : Catatan Pertumbuhan Ekonomi di Maluku Utara, Sulteng, dan Papua
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Indonesia dapat menutup tahun 2021 dengan lebih optimistis. Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2021 sebesar 3,2 persen. Sementara pemerintah lebih optimistis dengan prediksi pertumbuhan mencapai 4 persen pada tahun 2021. Apalagi, pemerintah telah membatalkan kebijakan PPKM level 3 serentak selama libur Natal 2021 dan Tahun Baru sehingga aktivitas ekonomi berpotensi lebih tinggi.
Meski demikian, semua pihak harus tetap bergandeng tangan agar kasus Covid-19 dapat semakin ditekan. Sebab, tak dapat dimungkiri bahwa Covid-19 yang kian meluas dapat melumpuhkan semua segi kehidupan, termasuk ekonomi. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Harapan dan Kehati-hatian di Balik Pertumbuhan Ekonomi