Dampak Pembangunan Tol Trans-Jawa pada Perekonomian
Seberapa besar keberadaan Jalan Tol Trans-Jawa memberikan dampak positif bagi perekonomian antardaerah? Litbang ”Kompas” mencoba menghitung potensi tersebut menggunakan analisis model ”interregional input ouput” (IRIO).
Pembangunan Jalan Tol Trans-Jawa memberikan dampak positif bagi perekonomian antardaerah. Keberadaan jalan tol berdampak terhadap output, pendapatan, dan nilai tambah bruto di semua sektor lapangan usaha di enam provinsi Pulau Jawa.
Pembangunan Jalan Tol Trans-Jawa memberikan harapan baru pada efisiensi mobilitas di Pulau Jawa. Kehadiran Trans-Jawa mengubah pola mobilitas jarak jauh menggunakan jalur darat. Bahkan, perjalanan darat via tol dapat bersaing dengan perjalanan darat menggunakan kereta.
Pembangunan infrastruktur ini berperan penting dalam menghubungkan pusat-pusat ekonomi dengan wilayah sekitarnya. Ini artinya, ketersediaan infrastruktur menjadi salah satu prasyarat utama bagi pertumbuhan dan perkembangan sektor-sektor ekonomi.
Infrastruktur yang lengkap dan terjangkau dapat mendorong masuknya investasi serta meningkatkan lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang disertai pemerataan pembangunan.
Keberadaan Tol Trans-Jawa sepanjang lebih kurang 1.187,6 kilometer ini diyakini dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Pulau Jawa, khususnya dalam memulihkan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Hal tersebut karena efisiensi waktu atau kecepatan waktu tempuhnya dapat menurunkan biaya logistik menjadi lebih kompetitif sehingga akan meningkatkan daya saing investasi.
Kemudahan akses distribusi logistik via Tol Trans-Jawa menjadi pertimbangan investor untuk berinvestasi dan mengembangkan usaha di sejumlah kawasan industri. Selain itu, keberadaan tol juga mendorong tumbuh dan berkembangnya industri di wilayah yang dilalui jalur Tol Trans-Jawa.
Jawa Tengah membangun dan mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Batang dan Kendal Industrial Park. Sementara Jawa Timur mengembangkan KEK Gresik dan Banten mengembangkan Kawasan Industri Balaraja. Sementara itu, Jawa Barat tidak hanya mengembangkan kawasan industri, tetapi juga Bandara Internasional Kertajati.
Namun, dampak pembangunan Tol Trans-Jawa tidak hanya berdampak pada wilayah yang dilalui tol, tetapi juga menimbulkan dampak limpahan pada wilayah lain (spillover effect). Dampak tersebut merupakan dampak yang ditimbulkan karena naiknya permintaan akhir di suatu lapangan usaha daerah. Kondisi ini tidak dapat dimungkiri karena adanya perdagangan dan konektivitas antarwilayah.
Pembangunan ekonomi tidak hanya bertumpu pada kontribusi satu sektor, tetapi juga ada keterkaitan antarsektor lain. Karena itu, keterkaitan dan konektivitas antarwilayah dan antarsektor ekonomi akan berdampak pada wilayah tersebut.
Litbang Kompas menganalisis dampak keterkaitan hubungan antarsektor lapangan usaha di enam Ppovinsi Pulau Jawa karena pembangunan Tol Trans-Jawa. Analisis ini menggunakan model interregional input ouput (IRIO) dengan data transaksi domestik atas dasar harga produsen tahun 2016. Model IRIO ini merupakan pengembangan dari model input output sehingga struktur keterkaitan atau ketergantungan antarsektor di suatu wilayah dengan wilayah lain dapat diketahui.
Hasil analisis menunjukkan penambahan investasi dari 2016 hingga 2026 karena pembangunan Tol Trans-Jawa akan memberikan dampak terhadap output, pendapatan, dan nilai tambah bruto di semua sektor lapangan usaha di enam provinsi Pulau Jawa. Hasil analisis dan proyeksi ini dapat berguna sebagai bahan pendukung dalam menyusun perencanaan dan merumuskan kebijakan ekonomi kewilayahan ke depan.
Potensi ekonomi
Identifikasi potensi ekonomi diperlukan untuk mengetahui sumber pertumbuhan ekonomi yang baru antarwilayah. Selain itu, potensi ekonomi digunakan untuk mengembangkan sektor-sektor ekonomi agar dapat meningkatkan perekonomian. Besaran pengaruh variabel permintaan akhir (konsumsi rumah tangga, pemerintah, investasi, dan ekspor) dapat dilihat dari nilai pengganda.
Hasil analisis angka pengganda output di enam provinsi Pulau Jawa menggunakan tabel IRI menunjukkan bahwa secara rata-rata adanya peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta akan mendorong peningkatan produksi yang menghasilkan pembentukan output baru dalam perekonomian sebesar Rp 1,59 juta.
Nilai pengganda output terbesar berada pada sektor pengadaan listrik dan gas di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan nilai 3,16. Artinya, apabila ada kenaikan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta, hal itu akan berdampak pada pembentukan output sebesar Rp 3,16 juta.
Sementara itu, hasil analisis pengganda pendapatan di enam provinsi Pulau Jawa menunjukkan secara rata-rata adanya peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta akan akan menyebabkan pembentukan pendapatan masyarakat secara sektoral sebesar Rp 350.000.
Sektor jasa pendidikan di DIY merupakan sektor yang paling berpotensi mendorong peningkatan pendapatan masyarakat. Nilai pengganda pendapatan pada sektor tersebut sebesar 0,78. Artinya, kenaikan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 780.000.
Nilai pengganda nilai tambah bruto (NTB) di enam provinsi Pulau Jawa secara rata-rata sebesar 0,89. Artinya, secara rata-rata adanya peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta akan akan menciptakan NTB sebesar Rp 890.000. NTB merupakan balas jasa terhadap faktor produksi karena adanya kegiatan produksi.
Sektor dengan nilai pengganda NTB terbesar diraih oleh sektor penyediaan akomodasi dan makan minum di DIY dengan nilai 1,30. Nilai tersebut menunjukkan bahwa apabila ada kenaikan permintaan akhir sebesar Rp 1 juta, akan tercipta NTB sebesar Rp 1,3 juta.
Analisis mengenai angka pengganda ini menggambarkan kondisi perekonomian di setiap wilayah. Nilai-nilainya mengukur respons terhadap rangsangan perubahan suatu perekonomian yang dinyatakan dalam hubungan sebab akibat. Sektor dengan nilai pengganda terbesar memainkan peran penting dalam suatu perekonomian.
Dampak Trans-Jawa
Analisis juga dilakukan untuk melihat dampak penambahan investasi, konstruksi, dan pembebasan lahan selama 2016 hingga 2026 pada pembangunan Tol Trans-Jawa. Dalam model IRIO, penambahan tersebut dapat dikatakan shock. Pengalokasian pembangunan Trans-Jawa dari dana investasi dimasukkan pada sektor konstruksi.
Variabel permintaan akhir merupakan variabel eksogen (shock variable) sehingga penambahan permintaan akhir dikatakan sebagai kejutan. Seperti pada nilai angka pengganda, dampak ekonomi yang akan dihitung adalah dampak terhadap output perekonomian, PDRB atau nilai tambah bruto, dan pendapatan yang diterima oleh pekerja.
Setelah pemberian shock, komponen permintaan akhir membentuk nilai tambah pada output, pendapatan, dan NTB. Jumlah tambahan output pada 17 sektor di Pulau Jawa yang terbentuk sebagai dampak investasi adalah sebesar Rp 232,32 triliun. Sementara jumlah tambahan pendapatan sebesar Rp 50,69 triliun dan tambahan NTB sebesar Rp 118,28 triliun.
Dampak pembangunan ini akan diterima selama proses pembangunan, yakni dalam kurun waktu 10 tahun karena investasi dihitung sejak tahun 2016. Dengan demikian, pembangunan Trans-Jawa memiliki dampak terhadap output perekonomian Jawa sebesar 23,23 triliun per tahun.
Selama kurun waktu tersebut, sektor penerima dampak penambahan terbesar berasal dari sektor konstruksi di Jatim atau sektor asal dana investasi. Tambahan pada output, pendapatan, dan NTB di sektor tersebut masing-masing sebesar Rp 87,37 triliun, Rp 21,04 triliun, dan Rp 43,29 triliun.
Apabila kenaikan tersebut dihitung per tahun, jumlah tambahan pada output, pendapatan, dan NTB di sektor tersebut masing-masing sebesar Rp 8,74 triliun, Rp 2,1 triliun, dan Rp 4,33 triliun. Besaran dampak ini berarti bahwa pembangunan Trans-Jawa telah memberi kontribusi positif bagi perekonomian Pulau Jawa.
Menurut data Badan Pusat Statistik, struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan III tahun 2021 masih didominasi kelompok provinsi Pulau Jawa. Kontribusinya terhadap PDB sebesar 57,54 persen. Namun, pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa masih di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa triwulan III tahun 2021 terbesar 3,03 persen secara tahunan (yoy).
Baca juga : Tiga Tahun Meniti Asa di Tol Trans-Jawa
Hasil proyeksi ini memberi gambaran bahwa pembangunan Trans-Jawa dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian antardaerah, tidak hanya pada daerah yang dilalui tol. Pertumbuhan ekonomi di semua provinsi Pulau Jawa dapat dimaksimalkan sehingga dapat berkontribusi dalam mempercepat pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Tentunya, diperlukan komitmen yang kuat dari berbagai pihak untuk mengoptimalkan dampak positif dari pengembangan Tol Trans-Jawa ini. Komitmen yang menjadi pekerjaan rumah bersama ini sangat menentukan keberhasilan tingkat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan infrastruktur jalan diharapkan dapat meminimalkan hambatan konektivitas dan keterkaitan antardaerah. Dengan demikian, pemerataan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Perjalanan Lebih Bermakna Melewati Tol Trans-Jawa