Meski Terkendali, Kewaspadaan Harus Ditingkatkan
Ancaman varian Omicron mulai mengintai, Covid-19 di Indonesia masih cukup terkendali. Percepatan vaksinasi tetap menjadi kunci.
Pandemi Covid-19 di Indonesia masih terkendali. Skor nasional Indeks Pengendalian Covid-19 atau IPC Indonesia oleh Kompas di minggu ke-20 masih bertahan di level atas dengan angka 81.
Hal ini menunjukkan bahwa meski ancaman varian Omicron mulai mengintai, Covid-19 di Indonesia masih cukup terkendali. Performa daerah masih dinamis dengan tren meningkat. Hanya terdapat lima provinsi yang skornya menurun.
Setelah selama tiga minggu sempat tertahan di angka 79, skor nasional IPC berhasil naik dua poin ke angka 81. Namun di minggu berikutnya, yaitu per 29 November 2021 skor nasional IPC tidak berubah alias bertahan di angka 81.
Skor nasional seakan sulit terangkat lebih tinggi karena dinamika pengendalian di sejumlah daerah belum stabil. Setiap minggu beberapa daerah mengalami penurunan skor secara bergantian.
Di pengukuran IPC minggu ke-20 ini terdapat lima provinsi yang skornya menurun, yakni Riau, Sumatera Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Papua. Penurunan skor di Riau bahkan berlangsung selama dua minggu berturut-turut.
Di minggu ke-18 pada 15 November 2021, skor Riau tercatat di angka 80. Seminggu kemudian skornya turun menjadi 79 dan turun lagi di minggu ke-20 menjadi 76.
Riau pada tujuh hari terakhir (23-29 November 2021) mengalami penambahan kasus positif sekitar empat kali lipat. Dari 45 kasus pada minggu ke-19 menjadi 234 kasus pada minggu ke-20. Secara persentase, kenaikan ini adalah yang tertinggi dibandingkan dengan 33 provinsi lainnya.
Secara nasional, jumlah penambahan kasus di minggu ke-20 dibandingkan minggu ke-19 hanya selisih sedikit. Ada penurunan sebesar 0,3 persen. Jumlah penambahan kasus tujuh hari berjalan pada minggu ke-19 sebesar 2.522 kasus. Adapun penambahan kasus tujuh hari berjalan pada minggu ke-20 sebesar 2.514 kasus.
Penurunan skor terbesar dialami Sulawesi Utara, yaitu turun delapan poin menjadi 73 dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Skor Sulawesi Tengah turun lima poin menjadi 77.
Begitu juga dengan Papua yang turun lima poin menjadi 67. Adapun Sumatera Selatan turun tiga poin menjadi 77. Papua mengalami penurunan skor sejak sebulan terakhir. Skor yang diperoleh Papua kali ini bahkan menjadi yang terendah di antara 34 provinsi.
Sebanyak 21 provinsi memiliki skor di atas atau sama dengan skor nasional. Provinsi yang meraih skor tertinggi berturut-turut adalah DKI Jakarta (95), Jawa Barat (87), dan Kepualuan Riau (86).
Raihan skor 95 oleh DKI Jakarta sudah bertahan selama empat minggu terakhir. Sementara Jawa Barat mengalami pergerakan yang fluktuatif dengan skor yang turun-naik secara bergantian. Adapun skor Kepulauan Riau trennya cenderung menurun setelah sempat mencapai angka 89 pada minggu ke-15.
Skor IPC provinsi di Pulau Jawa relatif tinggi, kecuali Jawa Tengah dan Jawa Timur yang berada di bawah skor nasional, masing-masing dengan angka 75 dan 77.
Baca juga: Belum Ada Kematian akibat Omicron
Waspadai kenaikan
Pada minggu ke-20 pengukuran IPC, Gorontalo tercatat sebagai provinsi yang tidak mengalami penambahan kasus positif alias nol kasus selama tujuh hari berjalan (23-29 November 2021). Serupa dengan Bengkulu yang juga mengalami kondisi nol kasus pada minggu ke-19. Namun, pada minggu ke-20 di Bengkulu ketambahan satu kasus positif.
Selain Bengkulu, penambahan satu kasus positif juga terjadi di Sulawesi Barat dan Maluku. Enam provinsi lainnya mengalami penambahan kasus positif masih di bawah 10 kasus per minggu.
Dari minggu ke minggu, kenaikan jumlah kasus positif terbesar selalu terkonsentrasi di Pulau Jawa. Hal ini menandakan Pulau Jawa selalu menjadi episentrum penyebaran Covid-19 di Indonesia. Penambahan kasus positif di Pulau Jawa rata-rata menyumbang 65-68 persen terhadap kasus nasional. Terbesar disumbang oleh DKI Jakarta dan Jabar.
Meski penambahan kasus terbesar di Jawa menunjukkan adanya kelemahan dalam aspek manajemen infeksi, infrastruktur kesehatan yang relatif bagus di Jawa menyumbang skor yang tinggi dalam aspek manajemen pengobatan.
Ditambah pula dengan lebih tingginya persentase penduduk yang sudah divaksin lengkap. Hal ini yang membuat skor IPC provinsi-provinsi di Jawa relatif lebih tinggi.
Meski demikian, kewaspadaan perlu ditingkatkan dalam menghadapi potensi gelombang ketiga yang disebabkan oleh virus korona varian baru, Omicron. Belajar dari lonjakan kasus akibat varian Delta, ada selang waktu yang berbeda antara kejadian lonjakan kasus di belahan Eropa dan yang dialami Indonesia.
Ketika varian Delta yang muncul di India dan ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai variants of concern (VOC) pada 11 Mei 2021, lonjakan kasus yang diakibatkannya di Indonesia baru terjadi dua bulan kemudian, sekitar Juli 2021.
Dengan memakai pola yang sama, potensi gelombang ketiga akibat varian Omicron di Indonesia bisa saja terjadi pada bulan Januari 2022.
WHO menyatakan virus varian Omicron sebagai VOC pada 26 November 2021. Varian Omicron yang langsung ditetapkan oleh WHO sebagai VOC menunjukkan bahwa varian ini sangat berbahaya. Hal itu karena pada umumnya varian yang baru dimasukkan ke dalam kategori variants of interest (VOI) terlebih dahulu.
Kebijakan pemerintah untuk mencegah terjadinya gelombang ketiga di Tanah Air inilah yang perlu kita apresiasi dan jalankan. Pemerintah membatasi mobilitas di dalam negeri sambil menutup atau mengetatkan penjagaan di pintu masuk bagi kedatangan orang dari luar negeri, terutama dari kawasan Afrika yang menjadi asal varian baru Omicron. Jika penanganan cepat dan tepat, Indonesia bisa terhindar dari ancaman gelombang ketiga.
Baca juga : Negara-negara Serentak Menutup Pintu Kedatangan dari Afrika
Vaksinasi ditingkatkan
WHO tetap mengingatkan bahwa cara terbaik untuk memutus penyebaran Covid-19, termasuk akibat varian Omicron sekalipun, adalah dengan patuh menjalankan protokol kesehatan.
Tetap menjaga jarak, memakai masker, rajin mencuci tangan, menjauhi kerumunan, tidak berada di ruangan yang berventilasi buruk, batuk/bersin secara benar dengan mengunakan tisu atau menutup dengan siku, dan disuntik vaksin.
Vaksinasi tetap merupakan benteng untuk mencegah keparahan penyakit atau kematian jika tertular virus korona. Vaksin Covid-19 yang beredar sekarang sudah terbukti efektif mencegah kematian. WHO menekankan lagi pentingnya memperluas cakupan vaksin terutama bagi kelompok lansia.
Laporan WHO Indonesia menyebutkan, per 1 Desember 2021 terdapat 9.982.413 orang lansia (46,3 persen) yang belum divaksin. Sementara itu, baru sekitar 98 juta orang atau 47 persen dari total target yang sudah mendapat vaksin lengkap. Dalam upaya menjaga kekebalan masyarakat, pemberian vaksin yang ke-3 sebagai booster akan dilakukan dalam waktu dekat, tahun 2022.
Kecepatan pemberian vaksin harus ditingkatkan mengingat dalam minggu-minggu terakhir cenderung terjadi perlambatan pelaksanaan program vaksinasi. Pada periode 22-28 November 2021, misalnya, jumlah pemberian vaksin tercatat 7.860.832 dosis atau turun 7 persen dibandingkan minggu sebelumnya.
WHO meminta negara-negara segera mempercepat pemberian vaksin untuk menangkis bermunculannya varian baru virus korona. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga :Mencermati Potensi Capaian Vaksinasi hingga Akhir Tahun