Pengendalian Covid-19 di Sulbar, Unggul tetapi Mudah Limbung
Pengendalian Covid-19 di Sulawesi Barat menunjukkan tren perbaikan. Potensi gelombang ketiga tetap diwaspadai agar Sulbar tidak berpotensi limbung jika kasus Covid-19 kembali melonjak.
Oleh
Arita Nugraheni
ยท5 menit baca
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Seorang penyintas gempa Sulawesi Barat menjalani tes PCR di posko pengungsian Panti Inang Matutu, di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (20/1/2021).
Unggul tak berarti mujur. Kalimat tersebut agaknya sesuai dengan kondisi provinsi dengan pengendalian Covid-19 terbaik ini. Keunggulan Sulawesi Barat di awal pengukuran Indeks Pengendalian Covid-19 (IPC-19) justru terus menurun di tengah ancaman lonjakan kasus.
Perjalanan pengendalian Covid-19 di Sulawesi Barat tecermin dari skor IPC-19 yang disusun Litbang Kompas. Hasil terbaru menunjukkan, wilayah Mandar ini mendapatkan skor 75 pada pengukuran minggu ke-16 (1 November 2021).
Skor tersebut empat poin lebih rendah dari rerata nasional dan menempatkan Sulawesi Barat (Sulbar) di urutan ke-26 dari 34 provinsi yang dinilai. Di antara provinsi di Pulau Sulawesi, Sulbar berada di urutan dua terakhir, tiga poin lebih tinggi dari Sulawesi Tengah.
IPC-19 sendiri merupakan pengukuran untuk merekam capaian pengendalian Covid-19 di setiap provinsi. Pengukuran menggunakan berbagai macam aspek yang diperbarui tiap minggunya. Skor mendekati 100 berarti pengendalian Covid-19 semakin baik. Sebaliknya, skor mendekati 0 berarti pengendalian Covid-19 semakin buruk.
Skor yang dicapai Sulbar saat ini merupakan cermin dari melonggarnya pengendalian Covid-19 di provinsi Allamungan Batu ini. Tren IPC-19 sejak pengukuran pertama pada 19 Juli 2021 menunjukkan kecenderungan inkonsistensi penanganan Covid-19 oleh pemerintah setempat.
Sulbar menjadi provinsi dengan pengendalian Covid-19 terbaik se-Indonesia. Pada pengukuran minggu pertama, Sulbar menjadi provinsi dengan capaian tertinggi se-Indonesia dengan 60 poin.
Angka tersebut disokong oleh 35 poin manajemen pengobatan dan 25 poin manajemen infeksi. Capaian ini pun unggul telak dibandingkan deengan rerata IPC-19 nasional yang baru mencapai 44 poin.
Sayangnya, pengendalian justru melonggar yang terlihat dengan penurunan skor berturut hingga menyentuh angka 43 di minggu ke-5. Hasil pengukuran per 16 Agustus 2021 tersebut menempatkan Sulbar ke zona merah di antara 10 provinsi dengan pengendalian terburuk.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Pembeli dan penjual beraktivitas tanpa memakai masker, seperti terlihat di Pasar Mandonga, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (26/10/2021). Penanganan pemerintah juga semakin kendur seiring penurunan kasus. Gelombang ketiga Covid-19 dikhawatirkan terjadi jika tanpa penanganan dini.
Salah satu faktor yang menyebabkan Sulbar hilang kendali adalah gelombang penularan Covid-19 yang memuncak pada pertengahan awal Agustus. Pada 10 Agustus 2021, tercatat kasus positif harian mencapai 224. Jumlah ini tertinggi sejak gelombang pertama yang memuncak pada 21 Januari 2021 dengan kasus positif di hari tersebut sebanyak 241.
Titik rendah ini memukul Sulbar. Meski begitu, Sulbar menunjukkan perbaikan pengendalian walaupun masih tertinggal dengan akselerasi provinsi lain di Sulawesi.
Di minggu ke-6, provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara menujukkan pengendalian yang lebih baik setelah hantaman gelombang kedua. Begitu pula Gorontalo yang mampu mengambil kendali penularan di minggu ke-7.
Akhirnya, pada pengukuran minggu ke-12, Sulbar terbukti melambat dan menjadi provinsi dengan skor IPC-19 terendah di antara provinsi di Pulau Celebes. Dengan perolehan skor 73, Sulbar merosot hingga peringkat ke-28 nasional.
Hal ini menjadi salah satu preseden di tengah kemampuan Sulbar di empat minggu pertama pengukuran. Pasalnya, Sulbar cenderung tidak mampu mengendalikan ketika gelombang kasus benar-benar tinggi.
Sebagai pembanding, Sulawesi Tengah dengan kasus positif enam kali lipat dari Sulbar mampu melakukan akselerasi pengendalian. Pada puncak gelombang di tanggal 6 Agustus 2021, jumlah kasus harian tercatat 1.566 di Sulawesi Tengah.
Skor IPC-19 Sulawesi Barat terus merangkak naik hingga kembali mampu mengungguli rerata nasional di angka 80 pada 18 Oktober 2021. Sayangnya, tren turun kembali terjadi hingga pada pengukuran minggu ke-15 dan ke-16.
Berbeda dengan penurunan sebelumnya yang terjadi karena hantaman gelombang kedua, penurunan kali ini justru terjadi di tengah jumlah kasus positif Covid-19 yang melandai.
Kasus harian yang muncul sejak pengukuran minggu ke-14 tidak lebih dari lima kasus positif Covid-19 per hari. Artinya, demotivasi penanganan terjadi karena terlena dengan situasi penularan yang saat ini rendah.
Aspek yang dapat disorot adalah terkait pemberian vaksinasi. Pemberian vaksinasi Covid-19 menjadi salah satu dari aspek manajemen infeksi (MI). MI diukur dari tiga aspek, yakni rata-rata kasus terhadap maksimal kasus, rata-rata perbandingan jumlah kasus dengan tes yang dilakukan, dan persentase pemberian vaksin lengkap terhadap jumlah penduduk.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Seorang penyintas gempa Sulbar menjalani tes PCR di posko pengungsian Panti Inang Matutu, di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (20/1/2021).
Data Kementerian Kesehatan per 7 November 2021 mencatat capaian vaksinasi Covid-19 dosis pertama di Sulbar baru mencapai 38,58 persen. Padahal, saat ini cakupan vaksinasi dosis pertama nasional sudah mencapai 60,15 persen. Hampir dua kali lipat dari capaian Sulbar. Begitu pula cakupan pemberian vaksin lengap, cakupan Sulbar baru mencapai 20,78 persen.
Tantangan terbesar dalam pemberian vaksin Covid-19 di Sulbar adalah pada kelompok lansia. Data per 8 November 2021 menujukkan baru 17,16 persen dari 89.146 masyarakat lanjut usia yang mendapatkan vaksin dosis pertama.
Cakupan yang rendah juga dilaporkan dari kelompok masyarakat usia 12-17 tahun. Pemberian dosis pertama baru mencakup 24,95 persen dari 163.725 masyarakat remaja.
Secara umum, skor MI Sulbar tercatat 35 poin pada pengukuran minggu ke-16. Perolehan ini memantapkan asumsi adanya stagnasi dalam pengendalian infeksi di Sulbar karena perolehan skor yang belum beranjak sejak mingu ke-14. Tak pelak, Sulbar masih berada dalam zona merah pengendalian infeksi dengan posisi empat terbawah bersama Maluku, Maluku Utara, dan Papua.
Keadaan yang lebih mengkhawatirkan juga terlihat dari indikator manajemen pengobatan. Pada minggu ke-16, skor yang diperoleh adalah 40 poin. Turun dua poin dari minggu ke-15 atau 5 poin dari minggu ke-14.
Manajemen pengobatan sendiri adalah indikator dalam IPC-19 yang diukur dari tiga aspek, yakni total sembuh terhadap total kasus, rata-rata kematian terhadap total kasus, dan tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit khusus Covid-19.
Dengan kondisi ini, Sulbar berpotensi limbung jika kasus Covid-19 kembali melonjak. Potensi gelombang ketiga tetap perlu diwaspadai meskipun kasus di Indonesia saat ini sangat rendah.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Mobil angkot, atau disebut pete-pete, mengangkut pelajar dari sejumlah sekolah untuk mengikuti vaksinasi massal, di SMAN 2 Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (18/10/2021). Ratusan siswa mengikuti vaksinasi seiring kegiatan pembelajaran tatap muka yang berlangsung.
Data Worldometer per 8 November 2021 melaporkan kasus terkonfirmasi positif di Indonesia sebanyak 3.807 selama seminggu terakhir dan menempati peringkat ke-70 di dunia.
Meski begitu, kesalahan di masa lampau tidak boleh terulang. Bersiap untuk kemungkinan terburuk tetap perlu diprioritaskan. Apalagi, melihat kencenderungan Sulbar yang mudah terseok saat diterjang gelombang, perlu perhatian untuk menguatkan langkah preventif. (LITBANG KOMPAS)