Tugas Berat Sulawesi Tengah Tingkatkan Pengendalian
Pengendalian pandemi di Sulawesi Tengah relatif terburuk dan cenderung di bawah rata-rata nasional. Jika tidak segera memperbaiki manajemen penanganan, Sulawesi Tengah berpotensi kewalahan jika terjadi lonjakan kasus.
Selama 16 minggu pengukuran Indeks Pengendalian Covid-19 atau IPC Indonesia-Kompas, skor yang diperoleh Sulawesi Tengah selalu berada di bawah skor rata-rata nasional.
Dibandingkan provinsi lain di Sulawesi, penanganan pandemi di Sulawesi Tengah merupakan yang terburuk. Jika tidak segera memperbaiki manajemen penanganan, Sulawesi Tengah berpotensi kewalahan tatkala terjadi lonjakan kasus kembali.
Skor IPC Sulawesi Tengah per 1 November 2021 berada pada angka 72. Angka ini lebih rendah dibandingkan skor nasional yang di angka 79. Juga lebih rendah dibandingkan skor rata-rata gugus Pulau Sulawesi sebesar 77.
Skor tersebut merupakan yang terendah di antara provinsi-provinsi di Sulawesi. Skor IPC tertinggi di Sulawesi disandang oleh Gorontalo dengan skor 82, di atas skor nasional.
Skor IPC Sulteng yang rendah secara nasional dan terendah di Sulawesi ini berlangsung cukup lama. Pada minggu pertama pengukuran IPC di pertengahan Juli 2021, di saat puncak lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Delta terjadi, kondisi Sulteng sebenarnya tidak terlalu buruk.
Skor IPC Sulteng saat itu per 19 Juli 2021 adalah 43, hanya satu poin di bawah rata-rata nasional (44). Skor terburuk dimiliki oleh provinsi di Pulau Jawa, seperti Jawa Timur (27), Yogyakarta (30), Banten (32), dan Jawa Tengah (33)
Namun, seminggu setelah itu kondisi pandemi di Sulteng terus memburuk. Skor Sulteng pada pengukuran minggu ke-5 atau per 16 Agustus 2021 bahkan mencapai titik terendah, yaitu di angka 33. Padahal, kondisi secara nasional sudah mulai membaik dengan skor 51.
Sulteng mengalami puncak lonjakan kasus tertinggi pada 6 Agustus 2021 dengan jumlah kasus harian tercatat 1.566 kasus terkonfirmasi positif. Periode yang dialami Sulteng waktu ini berbeda dengan nasional yang mencapai puncak kasus tertingginya pada 15 Juli 2021, yaitu sebanyak 56.757 kasus. Pada 6 Agustus 2021 tersebut, Sulteng juga mengalami puncak kematian harian tertinggi, yang mencapai 37 kasus.
Total kasus terkonfirmasi positif di Sulteng hingga saat ini (per 5 November 2021) adalah 47.056 kasus. Jumlah ini menyumbang sekitar 1,1 persen dari total kasus nasional.
Sementara angka total kematian akibat Covid-19 di Sulteng hingga 5 November 2021 tercatat 1.595 kasus meninggal. Kumulatif angka kematian akibat Covid-19 di Sulteng ini merupakan yang tertinggi kedua di Sulawesi setelah Sulawesi Selatan (2.233 kasus).
Titik balik perbaikan pengendalian Covid-19 di Sulteng terjadi pada akhir Agustus 2021 di mana skor IPC terus meningkat hingga awal Oktober yang mencapai angka 75. Selama dua pekan skor IPC Sulteng bertahan di angka 73.
Namun, di minggu ke-14 atau per 18 Oktober 2021 skor IPC Sulteng turun menjadi 73. Penurunan berlanjut di minggu berikutnya hingga di minggu ke-16 bertahan di angka 72.
Tren penurunan skor IPC Sulteng selama tiga pekan terakhir kontradiktif dengan tren nasional yang terus membaik. Sulteng mengalami perburukan pada aspek manajemen pengobatan, terutama di indikator tingkat kesembuhan dan angka kematian.
Baca juga: Tak Ada Lagi Daerah Level 4 di Sulteng, Penerapan Prokes Jangan Kendur
Manajemen pengendalian
Indeks Pengendalian Covid-19 Kompas yang memiliki skor antara 0 hingga 100 ini mengukur arah dan laju pengendalian Covid-19 dari dua aspek, yaitu manajemen infeksi dan manajemen pengobatan. Aspek manajemen infeksi dihitung dengan melihat tiga indikator.
Selain indikator kasus terkonfimasi dan rasio kasus positif, juga ada indikator capaian vaksinasi dosis lengkap yang menjadi variabel yang berperan dalam mencegah infeksi virus meluas.
Sementara aspek manajemen pengobatan diukur juga dengan tiga indikator, yaitu angka kesembuhan, tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit untuk pasien Covid-19, dan angka kematian.
Kedua aspek manajemen ini representasi dari upaya yang dilakukan bersama antara masyarakat dan pemerintah dalam mengendalikan pandemi.
Dari pengukuran IPC yang dilakukan Kompas secara periodik setiap minggu, kondisi pandemi di suatu wilayah dapat diketahui dinamikanya dan menjadi barometer yang memberikan peringatan dini jika terjadi perburukan situasi. Bisa diketahui aspek mana yang membutuhkan perhatian dan perbaikan segera.
Manajemen infeksi bukan hanya wilayah yang menjadi tugas pemerintah semata. Ada tugas dan peran masyarakat juga di situ untuk mencegah dirinya terinfeksi virus, yaitu menerapkan protokol kesehatan dengan 5M.
Ada pula peran masyarakat untuk ikut dalam program vaksinasi. Sementara yang menjadi tugas pemerintah adalah melakukan 3T: telusur-tes-tangani sesuai dengan acuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Jika manjemen infeksi baik, maka kasus terkonfirmasi dan rasio kasus positif akan rendah. Sementara cakupan vaksinasi dosis lengkap diharapkan semakin mendekati target untuk mencapai kekebalan komunitas.
Dengan demikian, masyarakat terlindungi dari bahaya virus. Sementara jika manajemen pengobatan baik, angka kesembuhan bertambah dengan cepat dan angka kematian akan rendah.
Baca juga: Cara Desa Langaleso Melawan Nestapa karena Covid-19
Manajemen infeksi
Sejak awal pengukuran IPC, penanganan Covid-19 di Sulteng selalu lebih buruk dalam aspek manajemen infeksi. Sementara aspek manajemen pengobatan cenderung memiliki angka yang lebih tinggi.
Di awal pengukuran pada Juli 2021, skor aspek manajemen infeksi di Sulteng di angka 15, sedangkan skor manajemen pengobatan mendapat angka 28.
Per 1 November 2021, skor aspek manajemen infeksi Sulteng sudah di angka 35. Namun, angka ini stagnan selama lima minggu terakhir pengukuran. Adapun skor aspek manajemen pengobatan mendapat angka 37.
Angka ini turun dibandingkan sebulan sebelumnya yang sempat mencapai angka 40. Dalam sebulan terakhir, angka kesembuhan bertambah sangat lambat, sedangkan angka kematian bertambah 34 kasus.
Rendahnya skor aspek manajemen infeksi lebih disebabkan masih rendahnya cakupan vaksinasi dosis lengkap yang diterima masyarakat. Sampai dengan 6 November 2021, masyarakat Sulteng yang sudah mendapat vaksin dosis lengkap baru 452.685 orang atau sekitar 21 persen dari target 2.135.907 orang yang diharapkan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunitas.
Angka persentase akan lebih kecil jika dibandingkan dengan total penduduk yang berjumlah 2.985.734 orang (Sensus Penduduk 2020).
Capaian vaksinasi di Sulteng ini di peringkat ketiga dari bawah atau berada di atas Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat. Untuk kelompok lansia yang menjadi prioritas vaksinasi capaiannya baru 11 persen.
Vaksinasi dosis lengkap di Sulteng ini harus dipercepat agar angka penularan bisa ditekan. Jika hal ini tidak dilakukan, infeksi bisa meluas dan akan membutuhkan penanganan yang lebih berat. Angka kematian berpotensi bertambah. Jika hal ini terjadi, maka skor IPC Sulteng akan terus turun. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Setumpuk Persoalan Sulteng di Hulu Pandemi