Pemain-pemain bintang di ajang sepak bola Liga Indonesia yang kini bernama Liga 1 didominasi oleh pemain asing. Lantas siapa saja pemain-pemain bintang dalam sejarah kompetisi sepak bola teratas negeri ini?
Oleh
Dwi Erianto
·7 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Bek Persipura Jayapura, Doni Harold Monim (kanan), duel berebut bola dengan striker Persita Tangerang, Altalariq Erfa Aqsal Ballah (kiri), dalam laga Liga 1 2021 di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (28/8/2021). Persita Tangerang mengalahkan Persipura Jayapura dengan skor 2-1. Musim kompertisi sepak bola Indonesia Liga 1 kembali digelar setelah tidak terselenggarakan dalam satu tahun terakhir akibat situasi pandemi Covid-19.
Kemenangan suatu tim sepak bola tidak ditentukan oleh seorang pemain, tapi hasil permainan kolektif para pemain di tim tersebut. Meski demikian, pencetak gol biasanya menjadi pemain bintang karena ia yang menentukan kemenangan tim. Alhasil, pencetak gol biasanya menjadi bintang lapangan dan idola bagi suporternya.
Hingga pekan ke-10 kompetisi Liga 1 musim 2021-2022, lima besar pencetak gol terbanyak didominasi pemain asing atau naturalisasi. Striker naturalisasi asal Montenegro Ilija Spasojevic yang bermain di Bali United, striker Ezechiel Ndoussel dari negara Chad (Bhayangkara FC), dan Youssef Ezzejari dari Spanyol (Persik Kediri) masih memimpin daftar top skor sementara masing-masing dengan dengan tujuh gol. Dua striker asing lain yang menguntit di bawahnya yakni Paulo Henrique Santos dari Brasil (Persiraja Banda Aceh) dan Marco Simic dari Kroasia (Persija) dengan torehan enam gol.
Dominasi pemain asing yang mencetak gol terbanyak tak hanya kali ini saja, tetapi sudah berlangsung sejak Liga Indonesia digelar tahun 1994 atau 27 tahun lalu. Tercatat ada 12 nama pemain asing yang mencatatkan namanya dalam daftar pencetak gol terbanyak di musim kompetisi yang diikutinya.
Pemain asing tersubur sepanjang sejarah Liga Indonesia yakni Cristian Gonzales yang menyandang predikat empat musim sebagai pencetak gol terbanyak di Liga Indonesia. Pertama kalinya Cristian Gonzales menjadi top skor Liga Indonesia yakni pada musim pertamanya bersama Persik Kediri, yaitu pada Liga Indonesia 2005. Torehan 25 gol mengantarkannya sebagai yang paling subur di musim itu.
Gonzales kemudian tampil mendominasi top scorer bersama Persik Kediri dalam tiga musim berikutnya, yakni musim 2006, musim 2007, dan musim 2008/2009. Gonzales mencetak 29 gol di musim 2006, dan 32 gol di musim 2007. Pada musim 2008/2009, ia berbagi tempat di puncak daftar pencetak gol terbanyak dengan Boaz Solossa yang sama-sama mengoleksi 28 gol. Meski demikian, Gonzales belum pernah sekalipun menyandang predikat pemain terbaik di liga.
Pemain naturalisasi asal Uruguay yang kini berusia 45 tahun ini masih berkiprah sebagai pemain di RANS Cilegon FC yang berlaga di Liga 2 pada musim 2021. Sebelumnya, ia menjadi pemain PSIM Yogyakarta dan berkiprah di Liga 2 musim 2019-2020. Selain top skor sepanjang masa Liga Indonesia, Gonzales tercatat sebagai salah satu pemain terlama yang beredar di Liga Indonesia, yakni 18 tahun.
Pemain asing lainnya yang mengisi daftar pencetak gol terbanyak Liga Indonesia dan lantas berganti nama Liga Super Indonesia yakni Dejan Gluscevic (musim 1995/1996), Jacksen F Tiago (1996/1997), Alain Mabenda (1998/1999), Sadissou Bako (2001), Oscar Aravena (2003), Aldo Barreto (2008/2009), Beto Goncalves (2011/2012), dan Emmanuel Kenmogne (2014).
Kemudian di era Liga 1, pencetak gol terbanyak juga didominasi pemain asing yakni Sylvano Comvalius dari Belanda dengan 37 gol, di musim 2017, kemudian Aleksandar Rakic dari Serbia (21 gol, 2018), dan Marko Simic dari Kroasia (28 gol, 2019).
Tak hanya pencetak gol terbanyak, pemain asing juga kemudian bisa terpilih sebagai pemain terbaik sejak Liga 1 bergulir tahun 2017. Tercatat tiga nama yang menjadi pemain terbaik Liga 1, yakni Paulo Sergio dari Portugal yang bermain untuk Bhayangkara FC di musim 2017, kemudian Rohit Chand dari Nepal di tim Persija Jakarta di musim 2018, dan Renan Silva dari Brasil di tim Borneo FC di musim 2019. Sementara di musim 2021-2022 yang masih bergulir, pemain terbaik di bulan September 2021 jatuh pada Ilija Spasojevic dari Bali United.
Mereka terpilih sebagai pemain terbaik karena memenuhi kriteria sebagai pemain terbaik Liga Indonesia, yakni kemampuan individu di atas rata-rata, memiliki pengaruh besar dalam tim, aspek fair play, menit bermain, dan kontribusi besar terhadap tim hingga bisa melaju ke papan atas.
Dominasi pemain bintang dari pemain asing itu tak bisa lepas dari aturan yang membolehkan klub peserta Liga 1 merekrut pemain asing. Dalam aturan itu disebutkan, setiap klub Liga 1 bisa mendaftarkan minimal 30 pemain dan maksimal 35 pemain. Empat di antaranya untuk pemain asing dengan komposisi 3 plus 1 atau tiga pemain non-Asia dan satu pemain Asia.
PERSEBAYA SURABAYA
Sayap serang Manuchehr Jalilov disiapkan untuk membela Persebaya Surabaya saat menjamu Persib Bandung dalam laga lanjutan kompetisi Liga 1, Jumat (5/7/2019), di Stadion Geloa Bung Tomo. Jalilov sempat absen karena cedera di pelipis saat menghadapi Madura United di Piala Indonesia.
Pemain lokal
Jika dirunut lebih jauh, aturan penggunaan pemain asing sudah ada sejak Liga Indonesia pertama kali digelar tahun 1994. Saat itu, PSSI menyiapkan puluhan pemain asing untuk ditawarkan di tim-tim peserta Liga Indonesia edisi perdana. Tiap klub diizinkan menggunakan tiga pemain asing. Di awal liga, muncul nama-nama pemain bintang kelas dunia, yakni Roger Milla dari Kamerun dan Mario Kempes dari Argentina.
Pemain asing memiliki teknik dan ilmu yang bagus dari liga besar sehingga dapat diserap oleh klub dan para pemain lokal. Masuknya pemain asing di Liga Indonesia itu diharapkan bisa menggairahkan persepakbolaan nasional serta pemain asing diharapkan dapat mentransfer ilmunya ke pemain lokal. Selain itu, kehadiran pemain asing itu bakal meningkatkan persaingan karena para pemain lokal akan berusaha meningkatkan kemampuan mereka agar dapat bersaing dengan pemain asing.
Dalam perkembangannya, PSSI di musim kompetisi 2003 mengeluarkan peraturan baru yang membolehkan setiap klub peserta Liga Indonesia memiliki lima pemain asing. Kuota pemain itu berlaku hingga musim 2014 atau sebelum PSSI dibekukan dan mendapat sanksi dari FIFA.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Striker Persija Jakarta, Bambang Pamungkas, saat berlaga bersama timnya menjamu Persebaya dalam laga Shopee Liga 1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (17/12/2019). Laga ini merupakan laga terakhir Bambang Pamungkas di dunia sepak bola dan memutuskan pensiun. Bambang Pamungkas berkiprah di sepak bola selama 20 tahun.
Sejak liga pertama kali digelar tahun 1994, tercatat hanya ada empat pemain lokal yang berhasil menjadi pencetak gol terbanyak liga, yakni Peri Sandria di musim 1994-1995 dengan 34 gol, Kurniawan Dwi Yulianto (1997-1998 dengan 20 gol), Bambang Pamungkas (1999/2000 dengan 24 gol), Ilham Jayakesuma (2002 dan 2004), dan Boaz Solossa (2008/2009, 2010/2011, dan 2013).
Striker Bandung Raya, Peri Sandria, mencetak gol terbanyak di musim 1994/1995 dengan torehan 34 gol dalam satu musim dan bertahan selama 22 tahun. Torehan gol Peri Sandria itu baru bisa dipatah pada musim 2017 oleh Sylvano Comvalius yang bermain untuk Bali United dengan 37 gol dalam satu musim.
Dari empat nama itu, tiga nama juga menyandang pemain terbaik Liga Indonesia, yakni Boaz Salossa dari Persipura di musim 2008-2009, 2010-2011, dan 2013. Kemudian Bambang Pamungkas di musim 2001 dan Ilham Jayakesuma di musim 2002.
Dari empat nama pemain lokal yang pernah menjadi top scorer, terdapat satu nama yang paling sering menyandang gelar pemain terbaik, yakni Boaz Solossa dari Persipura yang tiga kali menjadi pemain terbaik Liga Indonesia.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Pemain Persipura Jayapura, Boaz Salossa (kiri), tersungkur saat berebut bola dengan pemain Persib Bandung, Firman Utina, dalam laga final Liga Super Indonesia di Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (7/11/2014).
Pencapaian Boaz itu sekaligus menghantarkan Persipura Jayapura menjadi juara terbanyak di era Liga Indonesia hingga saat ini, yakni empat kali menjadi juara liga. Keberhasilan Persipura meraih tiga gelar juara di antaranya tidak lepas dari kontribusi besar Boaz Solossa yang berhasil menjadi pemain terbaik setiap kali ”Mutiara Hitam” menjadi juara di Liga.
Berikutnya Bambang Pamungkas atau biasa dipanggil Bepe. Penyerang kelahiran Semarang, 10 Juni 1980, ini memiliki nama besar bersama Persija Jakarta dan timnas Indonesia. Ia pernah dua kali mempersembahkan gelar juara Liga Indonesia untuk ”Macan Kemayoran”, yaitu 2001 dan 2018.
Adapun Ilham Jayakesuma menjadi bintang Persita Tangerang dan menghabiskan kariernya bersama tim tersebut. Pencapaian terbesar Ilham adalah membawa Persita melaju ke final Liga Indonesia 2002. Sayangnya, Persita kalah dari Petrokimia Putra Gresik di final dan menjadi runner-up. Meski demikian, Ilham Jayakesuma dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak dan pemain terbaik di tahun tersebut.
Nama-nama lainnya yang pernah terpilih sebagai pemain terbaik sepanjang penyelenggaraan liga adalah Widodo C Putro (Petrokimia), Ronny Wabia (Persipura), Nuralim (Bandung Raya), Ali Sunan (PSIS), Bima Sakti (PSM), Musikan (Persik), Ponaryo Astaman (PSM), Christian Warobay (Persipura), Maman Abdurrahman (PSIS), dan Zah Rahan (Sriwijaya FC).
ISTIMEWA/BALI UNITED
Laga antara Bali United dan PSIS Semarang di Stadion Maguwoharjo, Sleman, DIY, Minggu (31/10/2021) malam, berakhir imbang dengan skor akhir 0-0. Dokumentasi Bali United menyajikan duel antara pemain Bali United dan pemain PSIS Semarang dalam memperebutkan bola ketika kedua tim, Bali United dan PSIS Semarang, bertemu di pertandingan ke-10 BRI Liga 1 2021/2022.
Mengurangi kesempatan
Kemudian di ajang Liga Super Indonesia sebagai pengganti nama Liga Indonesia yang mulai dihelat musim 2008/2009 tercatat pemain terbaik yakni Kurnia Meiga (Arema) dan Ferdinand Sinaga (Persib). Jika dicermati, nama-nama pemain terbaik di Liga Indonesia didominasi oleh pemain lokal yang sebagian besar di posisi striker atau pemain tengah.
Semaraknya Liga Indonesia dengan bintang lapangan dari pemain asing tak serta-merta mengangkat prestasi timnas sepakbola nasional. Dominasi pemain asing justru berdampak pada kurangnya kesempatan bertanding bagi pemain lokal.
Idealnya pemain lokal di Liga 1 seharusnya juga mendapat kesempatan bermain lebih banyak di liga. Bila pemain-pemain lokal lebih sering tampil, pelatih timnas bakal lebih mudah memilih pemain yang berkualitas dan berpengalaman. Selain itu, tampil secara reguler di liga juga akan menempa mental pemain lokal yang bakal bermanfaat saat memperkuat timnas dalam laga internasional.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya PSSI dan operator kompetisi PT Liga Indonesia Baru (LIB) menjadikan hal itu sebagai introspeksi untuk mengatasi ketertinggalan kualitas pemain dari negara-negara tetangga. Pencinta sepak bola Tanah Air sudah bosan menyaksikan penampilan timnas yang semakin sulit bersaing di level Asia Tenggara. (LITBANG KOMPAS)