Indeks pengendalian Covid-19 di Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan sinyal membaik. Mampukah provinsi ini bertahan di tengah potensi munculnya gelombang ketiga pandemi ini?
Oleh
Arita Nugraheni
·5 menit baca
Kepulauan Bangka Belitung secara perlahan menunjukkan perkembangan dalam pengendalian Covid-19. Provinsi ini mampu pulih dengan cepat saat dihantam badai peningkatan kasus pada awal Agustus. Meski sering terseok, Bangka Belitung berpotensi besar menjadi provinsi tangguh dalam pengendalian pendemi.
Perjalanan pengendalian Covid-19 di Kepulauan Bangka Belitung tecermin dari skor Indeks Pengendalian Covid-19 (IPC-19) yang disusun Litbang Kompas. Hasil terbaru menunjukkan, provinsi kepulauan ini mendapatkan skor 76 pada pengukuran minggu ke-14 (18 Oktober 2021).
Skor tersebut satu poin lebih rendah dari rerata nasional dan menempatkan Kepulauan Bangka Belitung (Babel) di urutan ke-23 dari 34 provinsi yang dinilai. Sementara di antara provinsi di kawasan Pulau Sumatera, Babel berada di urutan ketujuh. Sedikit unggul dari Sumatera Selatan, Aceh, dan Lampung.
IPC-19 merupakan pengukuran untuk merekam capaian pengendalian Covid-19 di setiap provinsi. Pengukuran menggunakan berbagai macam aspek yang diperbarui tiap minggunya.
Skor mendekati 100 berarti pengendalian Covid-19 semakin baik. Sebaliknya, skor mendekati 0 berarti pengendalian Covid-19 semakin buruk.
Capaian provinsi Serumpun Sebalai di minggu ke-14 ini berkurang satu poin dari minggu sebelumnya. Penurunan ini menebalkan corak raihan skor Babel yang bergelombang sejak pengukuran pertama pada 19 Juli 2021.
Pasang surut pengendalian yang terjadi di Babel menjadi alarm peringatan di tengah potensi peningkatan kasus Covid-19 yang diprediksi terjadi di akhir tahun.
Titik penurunan pertama terjadi pada minggu ke-4 setelah tren positif pengendalian selama tiga minggu. Penurunan kedua terjadi pada minggu ke-7 setelah dua minggu bangkit dengan skor yang tinggi.
Di minggu ke-8, Babel mampu menjaga ritme positif hingga minggu ke-13 hingga akhirnya kembali terseok pada minggu ke-14.
Meski terseok-seok menjaga ritme positif dalam pengendalian Covid-19, Babel mampu membuktikan sebuah kegigihan. Di tengah capaian skor yang masih relatif rendah, perbedaan skor Babel dengan rerata nasional semakin tipis.
Pada pengukuran minggu ke-7 dan ke-9, skor Babel berselisih delapan poin dengan rerata nasional. Namun, pada minggu ke-12 dan ke-13 Babel mampu mengatasi ketertinggalan hingga mengungguli capaian nasional.
Babel juga menjadi satu dari dua provinsi yang mencapai tambahan skor terbanyak saat provinsi lain mengalami stagnasi. Di minggu ke-10, Babel dan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatatkan penambahan lima poin saat skor IPC-19 nasional hanya naik satu poin.
Tak hanya itu, Babel turut menunjukkan potensi unggul saat berhasil dengan cepat keluar dari krisis. Saat terjadi gelombang besar kasus positif pada awal Agustus, Babel mampu segera pulih.
Kala itu, kasus positif harian Covid-19 di Babel mencapai puncak tertinggi sepanjang tanggal 3 Agustus hingga 6 Agustus 2021. Jumlah terkonfirmasi positif harian mencapai lebih dari 800 kasus. Padahal, pada 2 Agustus hanya tercatat 344 kasus.
Tak heran, skor IPC-19 pada 9 Agustus atau minggu ke-4 hanya 42 atau turun 3 poin dari minggu sebelumnya. Namum, dengan cepat Babel berhasil pulih selepas dihantam badai.
Babel mampu menunjukkan kepiawaian pengendalian Covid-19 dengan mencetak skor 47 poin pada 16 Agustus dan terus melesat ke angka 55 pada 23 Agustus.
Prestasi ini secara khusus didukung oleh perbaikan pada manajemen infeksi yang melesat hingga delapan poin sehingga skor manajemen infeksi menjadi 25 pada 23 Agustus.
Manajemen infeksi diukur dari tiga aspek, yakni rata-rata kasus terhadap maksimal kasus, rata-rata perbandingan jumlah kasus dengan tes yang dilakukan, dan persentase pemberian vaksin lengkap terhadap jumlah penduduk.
Dalam periode yang sama, skor manajemen pengobatan juga meningkat lima poin menjadi 30. Manajemen pengobatan dalam IPC-19 diukur dari tiga aspek, yakni total sembuh terhadap total kasus, rata-rata kematian terhadap total kasus, dan tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit khusus Covid-19.
Salah satu keunggulan provinsi ini dalam manajemen infeksi adalah gerak cepat dalam pemberian vaksin Covid-19. Meskipun berada di jajaran bawah dalam peringkat IPC-19, peringkat Babel dalam diseminasi vaksin justru ada di jajaran atas.
Pemeringkatan vaksinasi Covid-19 per 22 Oktober 2021 menunjukkan Babel berada di posisi kelima untuk pemberian vaksin dosis pertama dan kedua.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 23 Oktober 2021 pukul 18.00 WIB, pemberian vaksinasi dosis pertama telah mencapai 60,29 persen dari target 1.137.824 jiwa.
Salah satu yang mencolok dari capaian ini adalah cakupan pemberian vaksin pada kelompok lanjut usia yang telah mencapai 46,26 persen. Di level nasional, cakupan kelompok ini baru tercapai 37,01 persen.
Dibandingkan dengan provinsi di Jawa-Bali, provinsi di Sumatera masih perlu banyak berjuang dalam pengendalian Covid-19. Provinsi yang mencolok di pulau ini hanya Kepulauan Riau dan Bengkulu yang mampu menunjukkan konsistensi dalam penanganan Covid-19 hingga kini.
Kepulauan Bangka Belitung yang terdiri dari dua pulau utama, yaitu Bangka dan Belitung, serta 450 pulau kecil di sekitarnya memiliki karakteristik yang sama sebagai wilayah kepulauan dengan Kepulauan Riau.
Kondisi geografis yang selama ini menjadi aspek penting dalam pembendungan penyebaran Covid-19 membuat keberhasilan Kepulauan Riau layak dicontoh.
Kepulauan Riau secara konsisten terus menambah skor IPC-19 hingga pada minggu ke-14 meraih 87 poin. Angka ini menempatkan Kepulauan Riau di posisi kedua terbaik dalam pengendalian Covid-19.
Dalam hal vaksinasi, Kepulauan Riau telah mencapai 89,1 persen untuk dosis pertama dan 65,66 persen untuk dosis kedua. Sepanjang bulan Oktober, kasus positif harian mencapai tidak lebih dari 20 kasus.
Di tengah potensi gelombang Covid-19 yang akan kembali memuncak, tak berlebihan jika upaya serius untuk membenahi manajemen infeksi dan pengobatan perlu diperkuat di Kepulauan Bangka Belitung.
Kegigihan yang telah ditunjukkan saat krisis di awal Agustus menjadi preseden baik sekaligus pelecut untuk konsisten mengendalikan penularan Covid-19. (LITBANG KOMPAS)