Setelah kepemimpinan Jokowi, kepada siapa para simpatisannya menjatuhkan pilihan politik? Hasil survei terbaru menunjukkan setidaknya terdapat 15 sosok calon presiden rujukan pendukung Jokowi.
Oleh
Bestian Nainggolan
·4 menit baca
Sekalipun Ganjar Pranowo paling besar mendapatkan limpahan dukungan, konsentrasi dukungan para simpatisan Jokowi masih terbilang cair. Masih cukup besar pula yang belum memiliki sosok calon presiden pilihan.
Sekalipun peluang Presiden Joko Widodo dalam Pemilu 2024 mendatang tertutup, ia masih menjadi determinan politik. Sosok Jokowi dinilai masih sangat berpengaruh bagi para pendukungnya.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Oleh karena faktor kepemimpinan Jokowi, misalnya, sebanyak 42,1 persen responden survei periode April 2021 bersikap setuju jika jabatan presiden lebih dari dua periode. Padahal, amanat Undang-Undang Dasar 1945 membatasinya.
Belakangan, saat Jokowi menyatakan tidak berniat melebihi dua periode kepemimpinannya, sikap para simpatisannya meluruh. Pewacanaan amendemen UUD yang membatasi jabatan dua periode kepresidenan hanya disetujui oleh 21,3 persen responden. Menjadi pertanyaan, pasca-kepemimpinan Jokowi, kepada siapa para simpatisannya menjatuhkan pilihan politik?
Sejauh ini, tampaknya suara para pendukung Jokowi belum sepenuhnya terkonsentrasi pada satu sosok calon presiden. Suara dukungan para simpatisan Jokowi tersebar pada banyak tokoh politik.
Hasil survei memang menunjukkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendapatkan limpahan dukungan yang paling banyak. Survei terbaru, pada bulan Oktober 2021, misalnya, menunjukkan 21,7 persen simpatisan pemilih Jokowi pada Pemilu 2019 kini menjadi pemilih Ganjar.
Survei sebelumnya pada bulan Mei 2021 pun menunjukkan fenomena pilihan yang relatif tertuju pada Ganjar. Akan tetapi, dengan proporsi sebesar itu, dapat dikatakan Ganjar otomatis menjadi ahli waris dukungan Jokowi?
Mengkaji dari sisi latar belakang responden, memang terdapat beberapa kemiripan identitas. Barisan pendukung Jokowi dan Ganjar sama-sama ditopang oleh partai politik yang sama, PDI-P. Selain PDI-P, basis dukungan keduanya juga tersebar pada partai-partai lain dalam proporsi yang lebih kecil.
Sekalipun ada kemiripan, terdapat perbedaan yang juga signifikan. Para pendukung Ganjar hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Karakter demikian jauh berbeda dengan Jokowi yang tersebar imbang antara Jawa dan luar Jawa.
Dari perbedaan ini, dukungan terhadap Ganjar belum menasional. Para simpatisan pemilih Jokowi yang bukan berdomisili di Jawa pun sejauh ini tidak identik dengan pemilih Ganjar.
Selain pada Ganjar, terdapat pula sekelompok simpatisan Jokowi yang mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Proporsinya cukup signifikan, sebesar 9,3 persen.
Jika ditelusuri lebih jauh, simpatisan Jokowi yang menjadi pendukung Ahok ini berkarakteristik khusus, yaitu mereka yang mengidealkan gaya kepemimpinan berbasis kinerja konkret yang selama ini dipraktikkan oleh Jokowi-Ahok saat memimpin DKI Jakarta. Dari segi identitas sosial pun, tampak pula segmentasi khas kalangan pendukung Jokowi yang cenderung memilih Ahok.
Menjadi semakin menarik, hasil survei menunjukkan pula migrasi politik para pendukung Jokowi kepada para tokoh politik yang selama ini dinilai berseberangan langkah.
Prabowo Subianto, misalnya, yang pernah menjadi rival Jokowi dalam pemilu lalu, kali ini justru mendapatkan dukungan dari sekitar 7,5 persen simpatisan. Dengan dukungan sebesar itu, karakteristik pendukung Prabowo menjadi lebih beragam lagi. Ia mulai meninggalkan basis dukungan sebelumnya yang tersegmentasi pada kelompok khusus.
Selain Prabowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun mendapatkan limpahan dukungan dari para simpatisan Jokowi. Proporsinya juga sekitar 7,4 persen. Seperti juga pada Prabowo, kehadiran simpatisan Jokowi mewarnai basis dukungan sebelumnya pada Anies.
Selain pada sosok di atas, limpahan dukungan simpatisan Jokowi juga tertuju pada para menteri yang kini menjadi anggota kabinet pemerintahan Jokowi.
Secara berturut, sosok Menteri Sosial Tri Rismaharini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Menko Polhukam Mahfud MD, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Keuangan Sri Mulyani, hingga eks Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menjadi sosok pilihan presiden dari para pendukung Jokowi.
Jika dihimpun, setidaknya terdapat 15 sosok calon presiden rujukan pendukung Jokowi. Dengan menggunakan model pengukuran rasio konsentrasi (concentration ratio), jelas terlihat sikap politik para simpatisan Jokowi belum terkonsentrasi pada sosok-sosok barisan atas survei.
Sebagai gambaran, gabungan proporsi empat tokoh teratas yang dipilih para simpatisan Jokowi belum lebih dari separuh bagian pendukung Jokowi. Begitu juga jika diperluas hingga delapan tokoh teratas, jumlahnya belum mencapai dua pertiga pemilih Jokowi.
Semua kondisi demikian mengindikasikan peta persaingan dukungan politik yang masih terbuka lebar. Tidak ada satu tokoh atau sekelompok kecil tokoh yang menguasai sepenuhnya barisan pendukung Jokowi.
Masih terbukanya arus dukungan politik juga tampak pada para pemilih Jokowi yang hingga kini masih belum menentukan siapa sosok presiden pilihannya. Hasil survei terbaru menunjukkan, sekitar 29,4 persen pendukung Jokowi masih belum punya preferensi pilihan.
Bagi simpatisan yang belum menyatakan dukungan, kehadiran para tokoh politik yang kini menjadi bagian pemerintahan Jokowi, seperti para menteri kabinet, ataupun para gubernur kepala daerah yang belakangan ini kerap menjadi rujukan calon presiden dirasakan belum memadai sebagai presiden pengganti Jokowi kelak.
Selain kalangan yang menganggap belum memadai, sebagian kalangan juga menganggap masih terlalu dini jika saat ini menentukan sosok pengganti yang sepadan. Sejalan dengan waktu, semakin dekat dengan pemilu, dengan sendirinya pilihan sosok akan dilakukan.
Namun, di antara barisan simpatisan Jokowi, terdapat pula kalangan yang menganggap bahwa Jokowi memang belum tergantikan. Seperti yang disinggung sebelumnya, pendukung yang sedemikian loyal ini masih berharap keberlanjutan kepemimpinan Jokowi pada periode selanjutnya. Apa pun yang dilakukan untuk mewujudkannya, mereka dukung, termasuk amendemen UUD 1945. (LITBANG KOMPAS)