Menyandang atribut sebagai pusat baru kegiatan negara, pengendalian Covid-19 di wilayah Kalimantan Timur membutuhkan konsistensi langkah-langkah terukur penanganan wabah dan peningkatan cakupan vaksinasi.
Oleh
Andreas Yoga Prasetyo
·5 menit baca
Setelah sempat mengalami stagnasi dalam tiga pekan, skor Indeks Pengendalian Covid-19 di Kalimantan Timur sedikit melemah. Penurunan angka kematian menjadi titik prioritas untuk mengendalikan pandemi.
Provinsi Kaltim masih menghadapi munculnya kasus harian Covid-19 sepanjang pekan ke-14 sejak diterapkannya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat yang dilanjutkan level 1-4. Pada 10 Oktober 2021, kasus baru yang mucul di Kaltim sebanyak 46 kasus. Dengan penambahan kasus harian tersebut, Kaltim merupakan provinsi terbanyak kelima di Indonesia dengan penambahan kasus baru.
Fenomena itu masih berlanjut hingga 12 Oktober 2021. Terdapat 50 penambahan kasus baru Covid-19 di Kaltim. Secara nasional, penambahan kasus harian tersebut masih termasuk tinggi. Kaltim berada di peringkat ketujuh dari 34 provinsi di Indonesia.
Walau kian menurun, penambahan kasus baru di Kaltim sangat berpengaruh terhadap performa pengendalian indeks. Ini mengingat Kaltim merupakan salah satu wilayah dengan jumlah konfirmasi Covid-19 per 100.000 penduduk yang cukup tinggi di Indonesia.
Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 pada 18 Oktober 2021, jumlah kasus positif korona tersebut mencapai 4.186 kasus per 100.000 penduduk. Jumlah itu membuat Kaltim menduduki peringkat empat besar secara nasional.
Selain penambahan kasus baru, jumlah kematian di Kaltim juga masih menjadi tantangan pengendalian Covid-19. Walau menunjukkan tren menurun, angka kematian di Kaltim pada 11 Oktober 2021 masuk deretan delapan besar terbanyak di Indonesia.
Secara kumulatif, penambahan kasus kematian hingga 18 Oktober 2021 membuat Kaltim berada dalam lima besar provinsi yang paling banyak mengalami tingkat kematian akibat Covid-19. Total jumlah kematian di Kaltim pada 18 Oktober 2021 mencapai 5.432 orang.
Jumlah kumulatif kasus meninggal di Kaltim berada di bawah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Mengingat proporsi yang sudah tinggi ini, artinya penambahan dua atau tiga kasus kematian akan sangat memengaruhi skor kemampuan Kaltim mengendalikan pandemi Covid-19.
Memiliki modal angka kematian yang relatif tinggi menjadi tantangan yang harus dihadapi Pemerintah Provinsi Kaltim. Pengendalian Covid-19 di aspek manajemen pengobatan tersebut menjadi prioritas yang harus dilakukan untuk mencegah bertambahnya jumlah kematian akibat Covid-19.
Layanan perawatan yang prima bagi pasien Covid-19 dan upaya deteksi dini penularan untuk mencegah meluasnya kontak erat pasien Covid-19 harus menjadi perhatian besar Pemprov Kaltim untuk menekan bertambahnya kasus-kasus aktif yang membutuhkan dukungan fasilitas perawatan.
Tanpa fasilitas dan layanan kesehatan yang prima, pasien yang menjalani perawatan atau isolasi mandiri dapat saja tidak segera tertangani dan membahayakan keselamatan jiwa akibat paparan virus korona. Upaya pencegahan tersebut juga penting dilakukan, mengingat rekam jejak munculnya situasi darurat korona serta stagnasi skor indeks pengendalian Covid-19.
Tanda-tanda penurunan skor penanganan wabah korona di Kaltim dalam pekan ke 14 (11-18 Oktober 2021) sebenarnya sudah terekam dari stagnasi pergerakan Indeks Pengendalian Covid-19 Indonesia-Kompas (IPC-19) sepanjang satu bulan terakhir.
Melalui skor indeks pada rentang angka 0 hingga 100, diperoleh gambaran kinerja pemerintah provinsi dalam mengatasi pandemi. Semakin mendekati angka 100 berarti pengendalian Covid-19 semakin baik.
Stagnan
Pengamatan data pengendalian pandemi Covid-19 melalui IPC-19 Indonesia-Kompas ini dipantau mulai saat PPKM darurat sejak 12 Juli 2021. Hingga pekan ke-11 atau periode 20-27 September 2021, skor indeks Kaltim telah menunjukkan perbaikan dari awalnya 35 poin menjadi 77 poin.
Capaian indeks di Kaltim saat itu merupakan yang tertinggi sepanjang 14 pekan pantauan indeks. Bahkan, skor indeks tersebut juga lebih tinggi daripada rata-rata Pulau Kalimantan dan Indonesia.
Namun, memasuki pekan ke-12, pergerakan skor mulai stagnan. Selama tiga pekan, skor indek menunjukkan skor yang sama, yaitu 77. Mencermati kondisi yang terjadi selama tiga pekan tersebut (27 September-11 Oktober 2021) titik celah pengendalian ada di aspek manajemen pengobatan.
Kaltim masih menghadapi perjuangan menaikkan angka kesembuhan dan menurunkan tingkat kematian akibat Covid-19. Hingga 2 Oktober 2021, jumlah pasien yang menjalani perawatan masih di atas angka 1.000 kasus. Demikian pula dengan tingkat kematian. Dalam tiga pekan tersebut rata-rata ada tiga pasien Covid-19 yang meninggal.
Jumlah kasus aktif terbanyak di periode tiga pekan tersebut terjadi pada 27 September 2021, yaitu 1.337 kasus. Empat daerah yang menyumbang kasus aktif terbanyak adalah Bontang, Kutai Kartanegara, Berau, dan Balikpapan.
Kondisi ”stagnasi” tersebut masih terjadi hingga 11 Oktober 2021. Empat daerah itu masih tetap mengalami problem perawatan dan isolasi pasien korona di Kaltim.
Stagnasi pengendalian Covid-19 menjadi faktor yang harus diwaspadai, mengingat Kaltim memiliki rekam jejak kondisi darurat korona pada Juli-Agustus 2021. Pada 11 Juli 2021, seluruh wilayah di Kaltim berada di zona merah Covid-19.
Tiga daerah, yaitu Balikpapan, Bontang, dan Berau, bahkan harus menerapkan PPKM darurat sebagaimana yang dilakukan di wilayah Jawa-Bali. Sementara tujuh daerah lain menerapkan PPKM mikro yang diperketat.
Kondisi ini menggambarkan Kaltim pernah mengalami situasi darurat penanganan Covid-19. Dalam skala nasional, saat itu Kaltim bersama Sumut, Papua, Sumbar, dan Riau menjadi lima provinsi yang harus diwaspadai karena mengalami lonjakan kasus aktif.
Darurat kasus aktif di lima wilayah tersebut secara khusus menjadi sorotan Presiden Jokowi untuk segera ditangani. Pada Agustus 2021, jumlah kasus aktif di Kaltim mencapai 22.529 kasus dan menjadi kasus aktif tertinggi di luar wilayah Jawa-Bali.
Tetap waspada
Hingga 6 September 2021, Kaltim masih menghadapi situasi darurat Covid-19. Ini ditunjukkan dengan masih adanya lima daerah yang menerapkan PPKM level 4. Kelima daerah itu adalah Kota Balikpapan, Kota Samarinda, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, dan Kabupaten Paser.
Perlahan-lahan upaya pengendalian Covid-19 saat ini mulai menunjukkan capaian yang baik. Sudah relatif tertanganinya wabah virus korona di wilayah yang akan menjadi ibu kota baru Indonesia ini terlihat dari penurunan jumlah kasus harian. Turunnya jumlah kasus harian membuat Kaltim dapat memberikan perhatian bagi perawatan pasien Covid-19.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim menunjukkan, dalam tiga pekan terakhir jumlah pasien yang dirawat atau menjalani isolasi mandiri terus menurun, dari 4.797 kasus pada 6 September 2021 menjadi 367 kasus pada 18 Oktober 2021.
Indikator lain adalah bebasnya seluruh wilayah di Kaltim dari PPKM level 4 sejak 5 Oktober 2021. Merujuk data Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 48 Tahun 2021, lima kabupaten/kota masuk ke kategori level 3 dan lima daerah lainnya di level 2.
Demikian pula dengan capaian vaksinasi Covid-19 yang menjadi salah satu penopang pengendalian dari aspek manajemen infeksi. Capaian vaksinasi dosis pertama di Kaltim pada pekan ke-14 mencapai 53 persen. Vaksinasi dosis kedua sudah dilakukan 32 persen. Baik vaksinasi dosis pertama maupun kedua di Kaltim capaiannya berada di atas rata-rata nasional.
Sekalipun sudah menujukkan perbaikan, pengendalian Covid-19 di Kaltim masih terus menghadapi tantangan dari sisi manajemen pengobatan. Skor indeks manajemen pengobatan yang menurun membutuhkan konsistensi penanganan perawatan pasien dan pencegahan munculnya lonjakan kasus aktif Covid-19.
Mengingat Kaltim juga sudah memiliki tingkat kematian yang tinggi akibat virus korona, penyediaan fasilitas perawatan dan pengobatan menjadi faktor utama yang harus diperhatikan agar tidak semakin banyak kasus kematian yang terjadi dan membuat capaian skor indeks pengendalian semakin menurun.
Langkah ini harus terus diimbangi dengan peningkatan vaksinasi Covid-19 dan disiplin masyarakat menerapkan protokol kesehatan yang dapat membantu mencegah kembali terulangnya darurat pandemi di Kaltim. Sebagai wilayah yang sarat kegiatan pertambangan dan pengolahan, Kaltim banyak menjadi titik pertemuan para investor dan pekerja asing.
Ditambah menyandang atribut sebagai daerah ibu kota baru, wilayah Kaltim mulai banyak dilirik penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing. Karena itu, pengendalian Covid-19 di Kaltim baik dari lonjakan kasus harian, bertambahnya kasus aktif, maupun angka kematian harus terus menjadi prioritas.
Untuk mempersiapkan diri sebagai pusat baru kegiatan negara, cakupan vaksinasi di Kaltim juga harus dapat dijangkau lebih luas, sebagaimana yang berhasil dilakukan di ibu kota saat ini, DKI Jakarta. (LITBANG KOMPAS)