Pergerakan Elektabilitas Prabowo, Ganjar, dan Anies
Enam bulan bukanlah waktu yang terlalu singkat dan di dalamnya dinamika politik dapat terjadi. Dalam periode tersebut, elektabilitas sejumlah tokoh untuk calon presiden RI 2024 mengalami pergerakan penuh kejutan.
Oleh
Bambang Setiawan
·5 menit baca
Elektabilitas sejumlah tokoh untuk calon presiden RI 2024 mengalami pergerakan selama enam bulan terakhir. Prabowo Subianto cenderung turun, Ganjar Pranowo menanjak, dan Anies Baswedan stagnan. Bagaimana pergeseran dukungan pemilih terjadi?
Elektabilitas Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat ini berada di kisaraan 13,9 persen, sama dengan keterpilihan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang juga di angka 13,9 persen. Sementara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dipilih oleh 9,6 persen responden.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Demikian hasil survei yang diselenggarakan Litbang Kompas pada 26 September-9 Oktober 2021 dengan jumlah sampel 1.200 responden. Survei yang diselenggarakan di 34 provinsi itu juga menjaring sejumlah nama lain yang dianggap layak oleh masyarakat untuk menjadi presiden RI.
Di antaranya, terdapat nama Ridwan Kamil, Tri Rismaharini, Sandiaga Uno, Basuki Tjahaja Purnama, Agus Harimurti Yudhoyono, Mahfud MD, Gatot Nurmantyo, dan 20 nama lain.
Prabowo Subianto
Elektabilitas Prabowo pada April 2021 tercatat di angka 16,4 persen. Angka tersebut muncul dalam pilihan tokoh secara bebas, termasuk nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang disebut paling tinggi (24 persen).
Jika nama Jokowi tidak disertakan, keterpilihan Prabowo meningkat drastis menjadi 21,3 persen. Ini menunjukkan limpahan yang cukup besar dari pemilih Jokowi kepada Prabowo saat itu.
Namun, setelah enam bulan berjalan, suara Prabowo menurun 7,4 persen menjadi 13,9 persen. Penurunan yang cukup signifikan ini terjadi seiring dengan perubahan dukungan dari demografis pemilih. Dilihat dari usia pemilih, terjadi penurunan dari semua kelompok usia dan paling drastis adalah pada generasi Z (pemilih pemula) dan generasi X (40-55 tahun).
Penurunan serupa tecermin pada dukungan berdasarkan pendidikan pemilih, terlebih pada kelompok berpendidikan bawah dan menengah yang cukup banyak tersedot ke sosok lain. Prabowo juga cukup banyak kehilangan dukungan dari kalangan dengan status sosial ekonomi atas dan menengah.
Sementara itu, dari sisi geografis, dukungan suara dari Pulau Sulawesi yang sebelumnya terlihat paling solid, kini berkurang drastis. Berkurangnya dukungan juga terasa di wilayah Jawa, Sumatera, dan Maluku-Papua.
Limpahan suara dari Jokowi yang semula dapat mengimbangi arus yang terbagi ke Ganjar Pranowo, kini makin sulit dipertahankan. Meski demikian, Prabowo masih cukup kuat untuk mempertahankan pemilih setianya, yang dalam pemilu lalu telah memilihnya. Selain itu, ia juga masih dapat mengandalkan suara dari Partai Gerindra yang sejauh ini paling solid mendukungnya dibandingkan dengan partai-partai lain.
Ganjar Pranowo
Ganjar Pranowo menjadi sosok yang elektabilitasnya menanjak dalam enam bulan terakhir. Pada April lalu, elektabilitasnya baru berada di kisaran 7,3 persen. Dan, tanpa nama Jokowi dalam pilihan sosok, keterpilihannya meningkat menjadi 10,1 persen. Dengan kata lain, ketiadaan Jokowi mendongkak suaranya sebesar 39 persen lebih tinggi.
Dengan kenaikan 3,6 persen selama enam bulan, elektabilitas Ganjar yang sekarang menjadi 13,9 persen menempatkannya sebagai sosok yang paling produktif menggenjot dukungan suara.
Dukungan terhadap Ganjar yang meningkat berasal dari perubahan pilihan pada berbagai kelompok demografis. Saat ini dapat dikatakan Ganjar mendapat dukungan yang cukup merata dari berbagai strata usia.
Bahkan, dukungan dari generasi milenial (24-39 tahun) meningkat hampir dua kali lipat daripada sebelumnya. Dukungan dari generasi X (40-55 tahun) juga meningkat. Ganjar juga memperoleh peningkatan dukungan dari semua kelompok pendidikan sehingga saat ini proporsi suara yang diperolehnya dari kalangan berpendidikan menengah dan atas sudah dapat menyaingi Prabowo.
Namun, ia masih kalah dukungan dari kalangan berpendidikan rendah, dibandingkan denga Prabowo. Ganjar juga masih kurang dukungan dari strata sosial ekonomi bawah yang sejauh ini masih lebih banyak diraih Prabowo. Meski begitu, terdapat peningkatan suara dari kalangan menengah dan atas yang membuat suara untuk Ganjar pada strata tersebut lebih unggul daripada Prabowo.
Kenaikan keterpilihan juga tergambar pada aspek kewilayahan. Dukungan yang makin kuat terasakan dari wilayah Pulau Jawa, Bali-Nusa Tenggara, dan Kalimantan, tetapi melemah di Maluku-Papua.
Kenaikan dukungan juga diraih dari simpatisan yang pada Pemilu 2019 memilih Joko Widodo-Ma’ruf Amin, dari 15,5 persen menjadi 19,2 persen. Dan, senada dengan itu, suara yang diperoleh dari simpatisan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) juga meningkat, dari 18,5 persen menjadi 26,2 persen.
Melihat perkembangan pergerakan elektabilitas Ganjar, penguatan dukungan yang diraihnya diperoleh dari berbagai lini yang terdispersi ke dalam berbagai kelompok sosial. Namun, kristalisasi sosok Ganjar dengan partai (PDI-P) masih terlihat lemah ketimbang Prabowo dengan Gerindra atau Anies Baswedan dengan PKS.
Ganjar yang sosoknya terlihat aktif di media sosial (medsos) memang menjadi satu fenomena tersendiri yang cukup menonjol dalam peta persaingan politik. Langkah yang dilakukannya cukup adaptif dengan teknologi informasi yang berkembang sehingga pengguna medsos yang aktif memberikan respons yang menguntungkan posisi politiknya. Pengguna medsos yang aktif cenderung lebih banyak yang menjatuhkan pilihan kepada Ganjar daripada kepada sosok lainnya.
Anies Baswedan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sempat berada di urutan kedua dalam popularitas keterpilihan enam bulan lalu dengan dukungan 10 persen suara. Bahkan, terdapat limpahan dari suara pendukung Jokowi yang mengalir ke Anies sehingga menempatkan suaranya pada angka 11,7 persen ketika nama Jokowi tak disertakan dalam pilihan.
Sayangnya, pergerakan elektabilitas Anies terlihat stagnan, bahkan publik menempatkan posisinya sekarang di bawah keterpilihan Prabowo dan Ganjar. Salah satu ganjalan yang membuat popularitasnya sedikit merosot adalah perubahan dukungan dari kalangan generasi Milenial dan Baby Boomers.
Kalangan Milenial yang semula 15,6 persen mendukungnya, kini tinggal 10,5 persen. Kalangan Baby Boomers dari 16,7 persen menjadi 4,7 persen. Pelemahan dukungan juga berasal dari suara kalangan berpendidikan menengah serta dari kelas sosial menengah atas dan atas. Dari sisi kewilayahan, penurunan suara dari Kalimantan tercatat lebih besar daripada kenaikan suara di Sumatera.
Sementara itu, limpahan suara dari simpatisan yang mendukung Prabowo pada pemilu lalu, yang dapat menjadi modal cukup kuat untuk memperkuat posisi politiknya, juga mengalami pelemahan. Saat ini tercatat di angka 16,3 persen, lebih rendah daripada sebelumnya yang 22,6 persen. Meski demikian, dukungan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terhadap sosok Anies yang tetap kuat dapat menjadi pijakan yang menahannya untuk tetap berada di papan atas pertarungan. (LITBANG KOMPAS)