Catatan Kritis Pengendalian Covid-19 di Sumatera Utara
Tantangan selanjutnya bagi pemerintah di Sumatera Utara untuk menjaga momentum perbaikan pengendalian pandemi Covid-19 adalah memastikan masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan dan meningkatkan vaksinasi.
Oleh
Yoesep Budianto
·6 menit baca
Sumatera Utara secara pelan dan bertahap berhasil mengendalikan penularan Covid-19 sehingga menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan. Meski demikian, catatan kritis terhadap kinerja pemerintahan di daerah adalah pada perbaikan cakupan vaksinasi dan mengatasi rendahnya kepatuhan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan.
Arah dan kecepatan pengendalian pandemi di Sumatera Utara terekam dalam Indeks Pengendalian Covid-19 Indonesia (IPC) dari Kompas. IPC Kompas secara khusus mengikuti perkembangan pengendalian pandemi di setiap provinsi di Indonesia berdasarkan dua aspek, yaitu manajemen pengobatan dan manajemen infeksi. Dari skala 0-100, semakin tinggi capaian skor indeks suatu wilayah, semakin baik pula pengendalian Covid-19 di wilayah itu.
Pengukuran IPC dimulai sejak minggu kedua Juli 2021 di saat Indonesia berada dalam periode puncak penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 akibat varian Delta. Sejak pengukuran minggu pertama, kondisi Sumut dilihat dari skor yang dihasilkan dari pengukuran enam indikator menunjukkan sempat terjadinya perburukan situasi infeksi dalam waktu yang cukup lama,
Selama lima minggu pertama pengukuran, skor IPC Sumut terus menurun dari angka 47 pada 19 Juli 2021 menjadi skor 34 pada 16 Agustus 2021. Angka-angka skor ini berbeda cukup jauh dengan skor nasional IPC. Namun, sejak pengukuran minggu ke-6 hingga minggu ke-13, kondisi pengendalian pandemi di Sumut perlahan semakin membaik. Perbaikan ini ditunjukkan dari penambahan skor dari 34 pada Agustus 2021 menjadi 79 per 11 Oktober 2021 atau naik sebanyak 45 poin.
Bahkan, selama dua pekan terakhir Sumut berhasil mencapai skor IPC-19 di atas rata-rata nasional. Kondisi yang berbeda dengan sebelumnya di mana sejak awal Agustus 2021 skor yang diraih selalu berada di bawah rata-rata nasional. Baru pada bulan Oktober, yakni pada periode perhitungan 4 dan 11 Oktober 2021, Sumatera Utara mencatatkan skor yang lebih baik, yaitu di angka 75 dan 79, sementara skor nasional adalah 73 dan 75.
Sumut menjadi satu dari tujuh provinsi di Pulau Sumatera yang berhasil mencatatkan kenaikan indeks secara konsisten setiap pekan selama delapan pekan terakhir. Artinya, upaya pengendalian pandemi semakin membuahkan hasil.
Apabila skor IPC dilihat dari aspek manajemen infeksi, dua pekan terakhir Sumut mengalami stagnasi di skor 37. Akan tetapi, skor tersebut masih satu poin di atas rata-rata nasional. Sementara aspek manajemen pengobatan menunjukkan hasil yang jauh lebih progresif, di mana skor selama dua pekan terakhir melebihi rata-rata nasional.
Dalam IPC Kompas, pengukuran aspek manajemen infeksi menitikberatkan pada rata-rata kasus positif 7 hari terakhir, rasio kasus positif (positivity rate) 7 hari terakhir, dan persentase penerima vaksin dosis lengkap terhadap total populasi. Sementara aspek manajemen pengobatan merujuk pada kasus kesembuhan, rata-rata kasus kematian, dan tingkat keterisian RS khusus pasien Covid-19 yang juga dihitung selama 7 hari terakhir.
Di tengah signifikansi perbaikan pengendalian Covid-19 di Sumut, setidaknya ada tiga catatan kritis yang perlu diwaspadai oleh pemerintah daerah dan masyarakat secara umum agar tidak mengalami perburukan pada pekan-pekan mendatang. Poin pertama terkait dengan pemerataan vaksinasi berdasarkan kelompok penerimanya.
Poin kedua adalah kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan yang belum maksimal. Pantauan sepekan terakhir menunjukkan bahwa persentase orang memakai masker dan menghindari kerumunan masih di bawah standar nasional, yaitu 85 persen. Poin terakhir adalah tren peningkatan mobilitas publik.
Tingkatkan vaksinasi
Sumut menghadapi persoalan yang sama dengan kebanyakan provinsi lain di Indonesia dalam pengendalian pandemi, yaitu vaksinasi. Vaksinasi sesungguhnya merupakan aspek prioritas untuk menjamin keberlanjutan kondisi pandemi yang terkendali sehingga sangat penting dilakukan pemerataan vaksinasi secara geografis dan fokus melindungi kelompok rentan.
Secara umum, target sasaran vaksinasi di Sumut sebanyak 11,4 juta jiwa. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, cakupan vaksinasi dosis pertama di Sumut baru mencapai 40,35 persen, sedangkan dosis kedua hanya 23,13 persen per 15 Oktober 2021. Persentase tersebut baru dihitung dari target yang ditetapkan.
Sayangnya, saat dibandingkan dengan total populasi 14,8 juta jiwa, capaian vaksinasi untuk dosis pertama baru 31,1 persen, sementara dosis kedua hanya 17,6 persen. Pemerintah provinsi, termasuk di level kota dan kabupaten, perlu melakukan percepatan vaksinasi agar makin banyak warga memiliki sistem imun terhadap Covid-19.
Saat seseorang memiliki sistem imun Covid-19, peluang untuk mengalami perburukan gejala dapat ditekan serendah mungkin. Implikasinya, peluang pasien sembuh meningkat dan tingkat kematian dapat turun dengan signifikan.
Selain cakupan vaksinasi yang terbilang rendah, dari sisi sebaran kelompok prioritas pun ternyata belum merata. Artinya, ada kelompok yang belum mendapat vaksin secara optimal di Sumut. Setidaknya ada lima kelompok prioritas untuk program vaksinasi Covid-19, yaitu tenaga kesehatan, petugas publik, lansia, masyarakat umum dan rentan, serta usia 12-17 tahun.
Dari lima kelompok tersebut, hingga 15 Oktober 2021, kelompok tenaga kesehatan dan petugas publik memiliki capaian lebih dari 100 persen. Sementara lansia baru 21,96 persen, masyarakat umum dan rentan 14,08 persen, dan usia 12-17 tahun hanya 1,21 persen. Dari ketiga kelompok dengan cakupan rendah, lansia seharusnya lebih diutamakan.
Sebenarnya, program vaksinasi lansia telah dimulai sejak bulan Februari 2021. Sayangnya, hingga pertengahan Oktober 2021, baru sekitar 20 persen yang telah menerima vaksin dari total target 1,09 juta jiwa. Vaksin untuk warga lansia sangat penting mengingat mortalitas lansia sangat tinggi sehingga dibutuhkan perlindungan dari virus korona melalui pembentukan imun dari vaksin.
Kepatuhan publik
Tantangan selanjutnya bagi pemerintah di Sumut untuk menjaga momentum perbaikan pengendalian pandemi Covid-19 adalah memastikan masyarakat mematuhi protokol kesehatan dan menahan diri untuk beraktivitas di luar ruangan yang menimbulkan kerumunan.
Berdasarkan pantauan Satgas Penanganan Covid-19 Nasional per 10 Oktober 2021, kepatuhan masyarakat Sumut untuk memakai masker dan menghindari kerumunan masih di bawah 85 persen. Tingkat kepatuhan memakai masker baru 78,7 persen, sedangkan untuk menjaga jarak sekitar 81,8 persen.
Tingkat kepatuhan masyarakat di Sumut masih jauh di bawah rata-rata nasional, di mana untuk persentase memakai masker mencapai 93,29 persen dan menghindari kerumunan sebesar 91,36 persen. Kesadaran terhadap protokol kesehatan perlu ditingkatkan terus.
Serupa dengan vaksinasi, peran protokol kesehatan untuk menjaga momentum perbaikan saat ini juga dibutuhkan. Transmisi virus dapat dikendalikan apabila semua orang memakai masker saat beraktivitas dan menjaga jarak minimal 2 meter, serta menghindari kerumunan.
Selain kepatuhan protokol kesehatan yang perlu ditingkatkan, pemerintahan di Sumut perlu mewaspadai lonjakan mobilitas masyarakat, khususnya di pusat-pusat kegiatan publik, seperti taman, supermarket, pasar, dan transportasi umum.
Sumut menghadapi persoalan yang sama dengan kebanyakan provinsi lain di Indonesia dalam pengendalian pandemi, yaitu vaksinasi.
Berdasarkan Laporan Mobilitas Masyarakat Selama Pandemi Covid-19 oleh Google per 10 Oktober 2021, tren pergerakan masyarakat cenderung positif menuju ke pusat-pusat keramaian. Meskipun secara umum grafik mobilitas masih di bawah rata-rata kondisi normal, trennya terus meningkat.
Ada dua lokasi yang menunjukkan penambahan mobilitas masyarakat cukup masif, yaitu lokasi retail dan rekreasi serta taman. Saat ini banyak lokasi yang makin ramai seiring pelonggaran PPKM di sejumlah wilayah Sumut.
Aktivitas di luar ruangan yang makin masif perlu mendapatkan pengawasan dari pemerintah di Sumut. Ancaman terbesar dari mobilitas tak terkontrol disertai tingkat kepatuhan protokol kesehatan yang rendah, serta cakupan vaksinasi yang belum optimal, adalah perburukan kondisi pandemi.
Upaya menjaga kondisi pengendalian Covid-19 yang telah menunjukkan tren perbaikan menjadi tantangan semua pihak, mulai dari pemerintah provinsi hingga level individu. Harapannya, kondisi pandemi di Sumatera Utara semakin membaik ke depan karena kesadaran bersama. (LITBANG KOMPAS)