logo Kompas.id
RisetMedia Sosial: Membawa...
Iklan

Media Sosial: Membawa Keuntungan dan Mendorong Konflik

Media sosial tidak hanya mengubah cara berinteraksi satu sama lain, tetapi juga membawa inovasi dalam dunia bisnis. Namun, di sisi lain, banyak mendorong terjadi konflik di tengah masyarakat dan bangsa.

Oleh
Susanti Agustina S
· 5 menit baca

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Polisi Budi Gunawan dan Wakil Gubernur Sekolah Tinggi Intelijen Negara Komisaris Besar Barito mengurai posisi media sosial, khususnya di Indonesia. Buku berjudul Media Sosial di Antara Dua Kutub: Sisi Baiknya Luar Biasa, Sisi Buruknya Membuat Binasa (2021, Rayyana Komunikasindo) mengurai kedua sisi media sosial yang berdampak terhadap individu, masyarakat, dunia bisnis, dan juga bangsa.

JudulMedsos di Antara Dua Kutub: Sisi Baiknya Luar Biasa, Sisi Buruknya Bisa Membuat Binasa
PenulisBudi Gunawan & Barito Mulyo Ratmono
PenerbitRayyana Komunikasindo
Tahun terbit2021
Jumlah halamanxi+242 halaman
ISBN978-602-5834-74-5

https://cdn-assetd.kompas.id/xvjr1rFpiKO68DecAUAz3c3JJGw=/1024x1479/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2FBuku-Media-Sosial-di-antara-dua-kutub_1634222071.jpeg
Kompas

Halaman muka buku berjudul Medsos di Antara Dua Kutub: Sisi Baiknya Luar Biasa, Sisi Buruknya Bisa Membuat Binasa.

Salah satu dampak pemanfaatan teknologi internet dalam aktivitas komunikasi manusia adalah munculnya berbagai macam platform media sosial. We Are Social mencatat jumlah pengguna media sosial secara global terus meningkat setiap tahun. Pada Januari 2021, angkanya mencapai 4,2 miliar atau tumbuh 13,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Data We Are Social 2021 juga menyebutkan, 96 persen pengguna telepon seluler Indonesia adalah pengguna media sosial. Jika dirinci, rata-rata lebih dari 1,3 juta pengguna baru di media sosial setiap hari sejak 2020. Angka tersebut setara dengan 155.000 pengguna baru setiap detik.

Jumlah pengguna media sosial secara global pun terus meningkat setiap tahun. Pada Januari 2021, angkanya mencapai 4,2 miliar atau tumbuh 13,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sebanyak 99,8 persen pemilik akun media sosial Indonesia aktif bermedia sosial. Maka, tidak heran jika pengguna media sosial di Indonesia rata-rata setiap hari menghabiskan 3 jam 14 menit untuk berinteraksi di media sosial. Durasi itu di atas rata-rata dunia yang hanya 2 jam 25 menit.

Media sosial awalnya hanya digunakan untuk memungkinkan pengguna berhubungan dengan orang lain lewat perangkat lunak dalam komunitas virtual terbatas. Namun, media sosial kemudian tidak hanya digunakan sebagai sarana komunitas virtual untuk berinteraksi semata, tetapi sudah digunakan sebagai saluran dalam bekerja. Media sosial,  baik berupa blog, microblogging, jejaring sosial, maupun layanan berbagi media, kemudian digunakan dalam berbagai fungsi yang semakin luas.

Mendatangkan keuntungan

Penggunaan media sosial dalam berbagai fungsi yang kian luas pada waktu bersamaan mendatangkan keuntungan bagi pemilik platform lewat pendapatan iklan, di sisi lain menguntungkan pengguna dalam berbagai peran, pekerjaan, dan bisnis yang dijalankan.

Media sosial dipandang sebagai sarana publisitas yang harus dipegang oleh setiap merek. Media sosial sebagai media promosi berkontribusi pada hubungan yang sehat dan langsung antara merek dan publiknya dalam lingkungan online. Kedekatan ini menawarkan kemampuan untuk hadir, berkomunikasi, memengaruhi, dan mempertahankan posisi yang lebih kuat terhadap merek. Hal ini mengubah cara organisasi bisnis berkomunikasi. Viral marketing tidak hanya terjadi secara organik, tetapi juga disengaja untuk mendatangkan keuntungan.

Praktik perdagangan melalui sistem elektronik bahkan telah lama diakui lewat adanya Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2019. Perdagangan melalui sistem elektronik dapat dilakukan oleh pelaku usaha, konsumen, pribadi, dan instansi penyelenggara negara sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang-undang.

Platform seperti WhatsApp, Instaram, ataupun Facebook tidak lagi sekadar untuk meluaskan pertemanan, tetapi sudah lazim digunakan untuk pemasaran. Platform-platform tersebut digunakan sebagai content channel yang memuat berbagai bentuk informasi soal merek, mulai dari konten edukasi, penawaran promosi, informasi event, hingga membuka topik diskusi dengan pengguna lainnya. Bahkan, UMKM turut menggunakan platform-platform tersebut.

Layanan berbagi media, seperti YouTube ataupun Soundcloud, Instagram, Flikr, dan TikTok, juga kian berkembang. Media sosial jenis ini memiliki fokus utama untuk berbagi konten media, seperti foto, audio, atau video. Pebisnis banyak menggunakan media sosial jenis ini untuk berbagi konten-konten yang kuat secara visual, seperti foto produk, kegiatan merek, dan konten seperti infografik atau video.

Bersaing dalam pemasaran secara digital, terlebih lewat media sosial, berarti terkoneksi dengan konsumen melalui internet. Di satu sisi, jangkauan pasar semakin terbuka luas. Pemasaran digital lewat media sosial pun tidak terbatasi ruang dan waktu.  Namun, persaingan yang tinggi dan kejenuhan konten online membuat tantangan semakin besar untuk terlihat menonjol dari kerumunan konten yang ada.

Betapapun, peran media sosial dalam dunia bisnis di Indonesia dinilai masih akan bertumbuh dan menjanjikan. Kondisi ini didukung  makin tingginya animo masyarakat menggunakan media sosial.

Mendorong konflik

Kehadiran media sosial ternyata juga berdampak buruk, baik di tingkat individu maupun bangsa. Mulai dari dampak psikologis hingga dampak konflik yang memakan korban. Beragam rayuan gombal, penipuan bisnis, hingga fake news, hoax, dan hate speech yang mampu memecah belah bangsa memenuhi konten di media sosial.

Penulis memberi contoh fenomena angka perceraian di Bengkulu Selatan pada 2018 tembus 447 kasus. Pemicu perceraian sebagian besar karena media sosial. Status dan komentar romantis, komunikasi sembunyi-sembunyi menjadi pemicu kecemburuan, pertengkaran, dan berujung perceraian. Tren serupa terjadi di Bandung, di mana selama tahun 2018 tercatat ada 4.808 perceraian dan 2.048 di antaranya terjadi akibat aktivitas di  media sosial.

Penggunaan Twitter tidak hanya untuk berbagi informasi, tetapi telah lama dipergunakan juga sebagai saluran pengumpulan pendapat massa dengan tagar. Akibatnya, propaganda berupa hoaks, fake news, hate speech berkembang di sejumlah negara dan bisa mengancam kedaulatan negara.

Secara garis besar, hampir semua konflik bisa terjadi karena media sosial, langsung ataupun tidak langsung. Kemampuan manajemen konflik menjadi dasar supaya konflik akibat media sosial dapat diselesaikan. Selain itu, peningkatan literasi digital juga harus diikuti adanya standar moralitas tinggi dari publik. Kondisi tersebut akan mendorong publik berlaku cerdas dan bijak dalam beraktifitas di media sosial. (Litbang Kompas)

Editor:
santisimanjuntak
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000