Pemulihan Pandemi di NTB dan Lompatan Besar Ekonomi Pariwisata
Pengendalian Covid-19 di NTB menunjukkan hasil membaik. Sektor pariwisata di kawasan Lombok dan Mandalika diharapkan kembali pulih.
Hasil pengukuran Indeks Pengendalian Covid-19 (IPC) Indonesia yang dilakukan Kompas menunjukkan hasil semakin membaik untuk wilayah Nusa Tenggara Barat atau NTB.
Terkendalinya kondisi pandemi tersebut tentulah menguatkan harapan untuk pemulihan sendi perekonomian daerah, terutama melanjutkan berbagai agenda besar pengembangan sektor pariwisata prioritas di NTB.
Pemerintah kembali memperbarui penetapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) untuk wilayah di luar Jawa-Bali yang diperpanjang hingga 18 Oktober 2021.
Dalam aturan teknis PPKM di luar Jawa-Bali melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 48 tahun 2021 yang ditandatangani pada Senin (4/10/2021) lalu, untuk wilayah Nusa Tenggara Barat secara umum sudah berada pada PPKM level 2.
Ada delapan kabupaten/kota di provinsi ini yang masuk dalam kategori PPKM level 2, yaitu Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu, Bima, Lombok Utara, serta Kota Mataram dan Bima. Bahkan, dua daerah lainnya yaitu Kabupaten Lombok Barat dan Sumbawa Barat telah berstatus PPKM level 1.
Status wilayah yang berada pada level PPKM rendah ini menunjukkan bahwa kondisi pandemi Covid-19 di NTB terus membaik.
Berdasarkan ketentuan yang berlaku pula, aktivitas dan kegiatan perekonomian masyarakat dapat berangsur kembali dibuka, termasuk perkantoran, sekolah, maupun sarana peribadatan. Tentunya dilakukan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dan pertimbangan cakupan vaksinasi.
Terus membaiknya situasi pandemi di NTB juga ditangkap dari hasil pengukuran Indeks Pengendalian Covid-19 (IPC) yang dilakukan Kompas. Dalam periode pengukuran yang dilakukan sejak masa PPKM di bulan Juli lalu hingga pekan terakhir September, skor indeks NTB terus menunjukkan perkembangan yang positif.
Data per tanggal 27 September 2021 lalu menunjukkan skor indeks untuk NTB sebesar 73. Sekalipun terjadi penurunan dua poin dibandingkan dengan dua pekan sebelumnya, kondisi penanganan pandemi Covid-19 di provinsi ini masih dapat dibilang baik dan cukup stabil.
Dengan capaian skor indeks itu juga menempatkan NTB sebagai provinsi yang posisinya setara dengan rata-rata nasional.
Selain itu, raihan tersebut bisa dibilang menjadi lompatan besar NTB dalam upaya penanggulangan Covid-19. Bagaimana tidak, kondisi dan perkembangan yang terus membaik ini begitu signifikan jika dibandingkan dengan dua bulan lalu yang menempatkan provinsi ini sebagai salah satu daerah dengan skor indeks yang tak lebih dari 50.
Baca Juga: Penanganan Covid-19 Membaik, Kewaspadaan Tak Boleh Kendur
Lebih Konsisten
Dari dua komponen besar yang dilihat pada pengukuran skor indeks, yaitu manajemen pengobatan dan manajemen infeksi, secara garis besar NTB mampu menunjukkan perkembangan yang memuaskan.
Dalam hal manajemen pengobatan, yang di dalamnya terdapat beberapa variabel meliputi total angka kesembuhan terhadap total kasus positif Covid-19, rata-rata kematian akibat Covid-19 selama tujuh hari terakhir, serta rata-rata keterpakaian tempat tidur atau bed occupation rate (BOR) rumah sakit selama tujuh hari terakhir, di mana dalam tiga pekan terakhir setidaknya telah menunjukan hasil yang lebih konsisten yaitu dengan capaian nilai 40 hingga 42.
Di pekan awal pengukuran, aspek Manajemen Pengobatan sempat begitu fluktuatif dengan perubahan yang cukup ekstrem. Hal itu menandakan upaya penanggulangan Covid-19 belum dilakukan secara optimal yang tentunya juga dipengaruhi banyak faktor yang kompleks mulai dari kesiapan teknis seperti sumber daya hingga fasilitas kesehatan.
Melansir laman resmi Corona.ntbprov.go.id, tercatat penyebaran Covid-19 di wilayah NTB cukup melandai dengan tingkat kesembuhan yang sangat menggembirakan.
Data per 6 Oktober 2021, pukul 17.00 Wita, menunjukkan jumlah pasien Covid-19 yang dirawat sekitar 318 orang. Sementara jumlah kesembuhan mencapai 26.263 orang, dan kematian berjumlah 898 jiwa.
Sementara dalam hal manajemen infeksi yang meliputi tiga indikator mulai dari rata-rata kasus positif Covid-19 selama tujuh hari terakhir terhadap kasus maksimum yang dialami provinsi, angka rasio positif (positivity rate) tujuh hari terakhir, serta persentase cakupan vaksinasi lengkap terhadap total penduduk provinsi, menunjukkan capaian skor untuk provinsi ini yang terus positif.
Membaiknya situasi itu, tak terlepas dari strategi percepatan pemeriksaan, tracing kasus hingga program vaksinasi yang terus diperbaiki.
Meskipun tren skor untuk aspek manajemen infeksi terus membaik, raihan skor di tiga pekan Bulan September mencatatkan NTB secara konstan mendapatkan nilai 33, di mana masih menempatkannya pada selisih dua angka di bawah rata-rata nasional.
Selain penanganan pasien dan pembenahan fasilitas kesehatan, serta peningkatan testing yang sangat masif, program vaksinasi yang diupayakan di NTB pun dalam beberapa waktu ke belakang juga sangat gencar. Berbagai kendala untuk memuluskan capaian target vaksinasi di wilayah ini memang menjadi tantangan tersendiri.
Sosialisasi dan pendekatan secara preventif kepada masyarakat di daerah-daerah yang minim akses informasi bukanlah sesuatu yang mudah. Kerja sama semua pihak, termasuk dengan menggandeng tokoh-tokoh adat dan agama setempat pun berbuah manis pada penerimaan masyarakat pulau Lombok terhadap vaksinasi.
Data per akhir September, vaksinasi di NTB telah mencapai tak kurang dari 28 persen untuk dosis 1 atau setara dengan 1,1 juta dari target 3,9 juta dosis. Sementara untuk untuk dosis 2 capaiannya telah menyentuh tak kurang dari 12 persen.
Antuasisme masyarakat untuk menerima vaksin pun kini terus tinggi seiring dengan peningkatan kepercayaan terhadap upaya-upaya penanggulangan pandemi yang dilakukan pemerintah.
Warga Lombok Tengah, Hairuman (35), menggambarkan bagaimana kondisi vaksinasi saat ini memang sangat berbeda dengan masa awal program ini diperkenalkan ke warga NTB.
Semula ada banyak penolakan dan ketakutan dari masyarakat akibat informasi bohong atau hoaks yang masif beredar. Terlebih untuk kalangan masyarakat di kawasan desa adat yang lebih tertutup.
”Sekarang kalau ada program vaksinasi, warga berebut untuk mengantre hingga petugas kewalahan. Ada prioritas untuk orang tua (manula). Sekarang mereka sudah mulai percaya untuk divaksin. Petugas biasanya datang ke desa-desa, vaksinasi dilakukan di balai desa atau Puskesmas,” kata Hairuman.
Antusiasme dan kesadaran masyarakat ini tentu menjadi modal sosial yang penting untuk terus dirawat. Pemahaman akan pentingnya vaksin juga harus terus beriringan dengan tindakan sadar mematuhi protokol kesehatan. Apalagi dengan aktivitas di wilayah yang mulai dilonggaran pembatasan kegiatannya.
Baca Juga: Inilah ”Pertamina Mandalika International Street Circuit”, Sirkuit Baru RI
Kebangkitan pariwisata
Berhasil keluar dalam belenggu ketidakpastian pandemi tentu menjadi harapan besar. Terlebih bagi masyarakat NTB, keberhasilan melawan pandemi dan dapat kembali beraktivitas normal merupakan asa terbesar untuk memulihkan kehidupan. Ujian pandemi yang datang setahun setelah tragedi gempa pada Juli 2018, membuat roda ekonomi Lombok yang belum sepenuh pulih harus kembali tiarap.
Seorang warga Kota Mataram bernama Mashudi (55), membagi cerita bagaimana derita akibat gempa disusul bertubi oleh pandemi yang kian menyulitkan usahanya.
Sebelumnya gempa, perantau asal Jawa Timur itu adalah seorang pengusaha di bidang travel perjalanan wisata yang sering mengantar turis. Ia juga memiliki gerai yang menjual oleh-oleh kerajinan tangan khas Lombok.
Namun, semua usahanya gulung tikar akibat terpaan rangkaian gempa yang mengguncang hingga 7,0 SR. Setelahnya, Mashudi dan keluarga mulai bangkit dengan memulai peruntungan menggeluti usaha kuliner.
Namun, tak lama berjalan, pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia dan membuat usahanya sepi pelanggan dan berakhir tutup. Kini ia bertahan hidup dengan menjadi ojek online.
”Seusai gempa memang wisatawan yang datang ke Lombok sepi. Tak lama setelah mulai bangkit, ada Covid-19 yang membuat usaha di Lombok kembali sepi. Sampai Saya ingin kembali ke kampung di Jawa Timur, tetapi keluarga belum ada kemauan,” ujar Mashudi.
Pantauan Kompas di sepanjang kawasan Kota Mataram, aktivitas perekonomian kini sudah mulai ramai kembali. Pusat perbelanjaan dan pasar mulai dipadati gerai pedagang dan pengunjung.
Seperti yang terlihat di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di NTB, Lombok Epicentrum Mall pada Sabtu (25/9), para pedagang hampir semua telah membuka gerainya. Begitu pula dengan restoran maupun kafe juga telah mempersilakan pelanggannya untuk menikmati layanan di tempat.
Bergulirnya roda ekonomi tak hanya di pusat kota, di beberapa kawasan pariwisata unggulan di Lombok aktivitas pedagang dan kunjungan turis pun mulai kembali ramai seperti di Pantai Kuta dan Tanjung Ann Kawasan Mandalika pada Minggu (26/9) .
Meskipun masih didominasi oleh wisatawan lokal, adanya pelonggaran untuk pembatasan kegiatan secara langsung telah memengaruhi keinginan orang untuk berwisata dan mampu menghidupkan kembali ekonomi wisata.
Terus membaiknya situasi Covid-19 di NTB akan menjadi lompatan besar bagi kebangkitan ekonomi wilayah ini lewat sektor pariwisatanya. Terlebih saat ini pemerintah memang tengah gencar mengembangkan kawasan Mandalika yang menjadi salah satu destinasi prioritas pariwisata Indonesia.
Di kawasan selatan Pulau Lombok itu, tak hanya dibangun resor-resor megah kelas internasional, tetapi juga sedang dipersiapan lintasan sirkuit untuk ajang balap kelas dunia. Jika situasi memungkinkan, diagendakan ajang balap bergengsi Moto GP pun akan dihelat di Sirkuit Mandalika pada 2022.
Keberhasilan menaklukkan pandemi di NTB dan dalam skala nasional menjadi kunci untuk dapat menumbuhkan kepercayaan di mata internasional sehingga bangsa ini dapat melanjutkan lompatan besar sektor perekonomian yang telah direncakanan.
Salah satunya yaitu menjadikan kawasan Mandalika di Pulau Lombok sebagai destinasi andalan yang mampu menjadi daya tarik pariwisata dunia. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Keseimbangan Bekerja dan Berwisata Saat Pandemi