Persaingan Negeri dan Swasta, Sekolah Mana Terunggul?
Sekolah negeri lebih banyak menguasai peringkat papan atas UTBK. Namun, tidak berarti sekolah negeri menjadi paling berkualitas di negeri ini. Nilai rata-ratanya terkalahkan oleh sekolah swasta.
Oleh
Bestian Nainggolan
·5 menit baca
Berdasarkan nilai UTBK, sekolah negeri paling banyak menguasai ranking 1.000 sekolah teratas nasional. Namun, besaran rata-rata nilainya terkalahkan oleh sekolah swasta.
Kesimpulan adanya keunggulan dari setiap jenis sekolah tersebut diperoleh dari hasil kajian terhadap kualitas nilai peserta ujian tulis berbasis komputer (UTBK) 2021 yang diselenggarakan oleh Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT). LTMPT adalah suatu lembaga seleksi masuk perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
Dalam laporan publikasinya, LTMPT menyatakan tahun ini 777.858 peserta ujian dari 23.110 sekolah, baik sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), madrasah aliyah (MA) sederajat di 34 provinsi yang berpartisipasi.
Peserta UTBK diuji dengan materi soal Tes Potensi Skolastik (TPS) dan Tes Kompetensi Akademik (TKA). Hasil dari kedua tes tersebut idealnya dapat dijadikan gambaran seberapa tinggi standar kualitas pendidikan yang dihasilkan di negeri ini.
Akan tetapi, dalam laporannya, tidak semua data dipublikasikan. Sekalipun demikian, dengan berbagai kriteria yang telah ditetapkan, LTMPT menampilkan 1.000 sekolah teratas nilai UTBK dari 4.432 sekolah yang masuk kriteria pengamatan.
Capaian 1.000 sekolah papan atas UTBK ini menarik dicermati. Setidaknya, berdasarkan data tersebut, cukup mampu menggambarkan bagaimana peta persaingan antar jenis sekolah di negeri ini.
Dari seluruh sekolah yang masuk papan atas, tampaknya sekolah menengah atas negeri mendominasi. Berdasarkan hasil kajian pada seluruh peringkat sekolah, tidak kurang dari 64,6 persen terkuasai. Dalam hitungan, setidaknya terdapat 646 SMA negeri dari 1.000 sekolah teratas nilai UTBK.
Dominasi sekolah negeri ini jika ditelusuri terjadi pada hampir di seluruh provinsi. Bahkan, untuk beberapa provinsi, khususnya provinsi-provinsi di Pulau Jawa, dominasi sekolah negeri yang terbukti menjadi sekolah unggulan itu tersebar hingga level kabupaten dan kota.
Penguasaan sekolah negeri secara langsung meninggalkan kompetitornya, sekolah swasta. Pada daftar 1.000 besar nilai UTBK, hanya 225 SMA swasta yang masuk papan atas. Dengan jumlah tersebut, dalam hitungan penguasaan, SMA swasta hanya menguasai 22,5 persen.
Relatif lebih kecilnya penguasaan papan atas sekolah swasta berdasarkan nilai UTBK tersebut berbanding terbalik dengan total jumlah sekolah swasta di negeri ini. Apabila merujuk pada Data Pokok Pendidikan 2021, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, setidaknya terdapat 7.143 SMA swasta di 34 provinsi. Jumlah tersebut lebih besar dari total SMA negeri (6.964 sekolah). Atau, dari sisi proporsi, SMA swasta menguasai 50,6 persen dari total sekolah menengah.
Selain SMA negeri dan swasta, dalam peta persaingan papan atas hasil UTBK juga menampilkan kehadiran madrasah aliyah dan sekolah menengah kejuruan. Hanya saja, proporsi penguasaan kedua jenis sekolah tersebut tergolong kecil, hanya 6 persen.
Jika dielaborasi berdasarkan status sekolahnya, semakin tampak perbedaan kualitas negeri dengan swasta. Sekolah-sekolah MA negeri lebih banyak mendominasi dibandingkan dengan MA swasta. Kondisi yang tidak berbeda terjadi pada SMK, sejalan dengan penguasaan SMK negeri ketimbang swasta.
Menariknya, keunggulan sekolah negeri, yang ditandai oleh banyaknya SMA negeri menguasai papan atas UTBK, tidak berarti sekolah negeri tersebut menjadi paling berkualitas di negeri ini. Ukuran kualitas dapat dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata keseluruhan sekolah dan membandingkannya dengan rata-rata nilai sekolah jenis lain.
Berdasarkan ukuran semacam itu, tampak bahwa hasil kajian menunjukkan nilai rata-rata SMA swasta yang masuk papan atas UTBK relatif lebih besar ketimbang nilai rata-rata SMA negeri.
Nilai rata-rata SMA swasta papan atas tercatat 543,52. Besaran skor UTBK tersebut relatif lebih besar dibandingkan dengan SMA negeri (538,80). Begitu pula, masih lebih besar ketimbang nilai rata-rata MA (536,09) dan SMK (522,18).
Keunggulan SMA swasta papan atas dibandingkan dengan jenis sekolah menengah lainnya mengindikasikan pula keseragaman kualitas yang dihasilkan. Kondisi demikian, salah satunya terlihat dari perbedaan besaran nilai tertinggi yang dicapai dibandingkan dengan nilai terendah pada setiap sekolah.
Memang, berdasarkan hasil UTBK 2021, capaian nilai tertinggi SMA swasta masih terkalahkan oleh SMA negeri dan MA. Secara nasional, ranking tertinggi saat ini justru diduduki oleh MA Negeri Insan Cendekia Serpong (637,81).
Selanjutnya, pada posisi ke-2 diduduki oleh SMAN Unggulan MH Thamrin, Jakarta (635,68). Posisi teratas SMA swasta, SMAS Unggul DEL, Sumatera Utara, hanya mampu bertengger pada urutan ke-4 nasional (630,18).
Namun, jika dikaji dari range perbedaan nilai tertinggi dan terendah pada setiap sekolah yang masuk papan atas UTBK, tampak bahwa perbedaan nilai SMA swasta relatif lebih kecil dibandingkan dengan sekolah lainnya. Itulah mengapa, jika capaian semacam ini menunjukkan variasi nilai yang lebih kecil, sekaligus menunjukkan adanya keseragaman kualitas sekolah.
Cerminan terhadap kecilnya perbedaan variasi nilai pada sekolah-sekolah swasta tampak pada 10 besar SMA swasta yang saat ini menguasai papan atas. Secara berturut, setelah SMAS Unggul DEL, BPK 1 Penabur Bandung, BPK 1 Penabur Jakarta, menjadi tiga teratas. Ketiga sekolah itu juga sudah bertengger pada posisi atas pada tahun lalu.
Tahun ini, kemunculan SMA Labschool Kebayoran Jakarta, SMA Santa Ursula BSD Tangerang, dan SMA Pahoa Tangerang ikut mewarnai persaingan papan atas. Tahun sebelumnya, ketiga sekolah tersebut masih berada dalam 30 besar. Posisi ketiganya tidak berbeda jauh dengan pemain lama, SMA Kanisius, Jakarta, St Louis Surabaya, serta Penabur 3 dan 5 Jakarta.
Sebaliknya, pada deretan 10 besar SMA negeri, terlihat tidak banyak perubahan dibandingkan tahun sebelumnya. Posisi teratas tetap dikuasai SMAN Unggulan MH Thamrin, yang tetap bersanding dengan pesaing dekatnya, SMAN 8 Jakarta. Selanjutnya, diduduki sekolah-sekolah favorit di kota-kota besar, seperti SMAN 3 Yogyakarta, SMAN 5 Surabaya, SMAN 28 Jakarta, SMAN 1 Yogyakarta, hingga SMAN 68 Jakarta.
Jika dicermati, perbedaan rata-rata nilai dari sekolah negeri teratas dan posisi ke-10 relatif lebih lebar dari 10 besar sekolah swasta. Kondisi demikian juga tergambarkan pada ranking 10 besar sekolah MA, yang umumnya diduduki oleh MA negeri di sejumlah wilayah, seperti Tangerang, Gorontalo, Pekalongan, Batam, Sumatera Selatan, hingga Lombok Timur, NTB.
Seperti pada pemaparan di atas, cukup lebarnya jarak keterpilahan SMA negeri dan MA negeri yang terbangun menjadi indikator kualitas sekolah yang bervariasi. (LITBANG KOMPAS)