Nilai UTBK Sekolah Terbaik Masih Terkonsentrasi di Jawa
Minimnya jumlah sekolah di luar Pulau Jawa yang masuk papan atas nasional menunjukkan realitas ketimpangan kualitas pendidikan di negeri ini.
Oleh
Bestian Nainggolan
·5 menit baca
Kompas/Hendra A Setyawan
Siswa mengikuti kejuaraan atletik antarpelajar se-Tangerang Selatan di lapangan MAN Insan Cendekia, Serpong, Tangerang Selatan, Banten (10/4/2021). MAN Insan Cendekia Serpong menduduki peringkat pertama sekolah menengah atas terbaik nasional 2021.
Potret timpang kualitas lulusan pendidikan menengah di negeri ini masih mencolok. Terbukti, sekitar 80 persen dari 1.000 sekolah peraih ranking atas nilai UTBK berasal dari Pulau Jawa.
Masih sedemikian senjangnya kualitas pendidikan di negeri ini tersirat dari hasil kajian terhadap nilai ujian tulis berbasis komputer (UTBK) 2021 yang baru saja dipublikasikan Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), suatu lembaga seleksi masuk perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
Berdasarkan informasi LTMPT, tahun ini terdapat 777.858 peserta ujian yang berasal dari 23.110 sekolah, baik sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), madrasah aliyah (MA) sederajat di 34 provinsi negeri ini.
Jika dibandingkan dengan penyelenggaraan tahun sebelumnya, terdapat kenaikan yang cukup signifikan. Tahun 2020 lalu, 21.302 sekolah yang berpartisipasi. Dari sisi jumlah peserta, tercatat 662.404. Artinya, terdapat peningkatan hingga 17,4 persen peserta.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS
Foto pemenang Olimpiade Sains tingkat nasional dan internasional dipajang di pelataran SMAN Unggulan MH Thamrin, Jakarta Timur (5/5/2018). SMAN Unggulan MH Thamrin merupakan sekolah menengah peringkat pertama di Indonesia untuk kategori sekolah negeri berdasarkan nilai UTBK 2021.
Peningkatan peserta dan jumlah sekolah tampaknya tidak banyak mengubah konfigurasi kualitas pendidikan di negeri ini. Dengan mengambil acuan 1.000 sekolah papan atas yang dipublikasikan LTMPT, tidak banyak perubahan yang terjadi.
Sekolah-sekolah yang berasal dari kawasan Pulau Jawa masih tampak mendominasi. Sekalipun tampak beberapa sekolah di luar Jawa yang tergolong berprestasi tinggi, dalam hitungan jari. Kondisi inilah yang menjadi potret ketimpangan kualitas pendidikan di negeri ini.
Gambarannya, dari 1.000 sekolah yang dikaji, 806 sekolah berasal dari enam provinsi di Pulau Jawa. Artinya, empat dari lima sekolah yang masuk posisi 1.000 besar peraih nilai tertinggi UTBK berasal dari Jawa. Sebaliknya, hanya satu dari lima sekolah terbaik itu berasal dari luar Pulau Jawa.
Apabila diurutkan, di Pulau Jawa, tampak bahwa Provinsi Jawa Tengah yang paling banyak menempatkan sekolah di papan atas. Saat ini, tercatat 211 sekolah yang masuk 1.000 sekolah nilai rata-rata UTBK teratas. Dibandingkan tahun 2020, capaian saat ini meningkat cukup signifikan. Tahun lalu, 187 sekolah di Jawa Tengah masuk papan atas nasional.
Posisi kedua diduduki Provinsi Jawa Barat. Kali ini, 169 sekolah masuk papan atas. Besaran sekolah dari Jawa Barat yang berkualitas itu hampir terkejar oleh sekolah-sekolah dari Jawa Timur yang menempatkan 162 sekolah terbaiknya.
Setelah Jawa Timur, secara berturut, Provinsi DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Banten juga menempatkan sekolah-sekolah berkualitas di papan atas. Menarik diketahui, seberapa besar capaian nilai rata-rata setiap provinsi yang menempatkan paling banyak sekolah berkualitas itu?
Dengan merata-ratakan semua skor peserta di setiap sekolah, perbedaan nilai setiap provinsi di Jawa memang tidak terpaut jauh. Namun, sekolah-sekolah di DKI Jakarta terbukti relatif paling besar capaiannya. Saat ini, skor rata-rata dari 132 sekolah di DKI Jakarta yang masuk papan atas tercatat sebesar 548,25.
Sekolah dengan capaian tertinggi di DKI Jakarta diduduki SMAN Unggulan MH Thamrin, Jakarta Timur (skor 635,67). Dengan skor tersebut, sekolah ini duduk pada peringkat kedua nasional. Pada tahun sebelumnya, bahkan berhasil duduk dalam peringkat pertama nasional.
Kali ini, Banten menjadi provinsi dengan nilai rata-rata kedua terbesar. Dari 49 sekolah di Banten yang masuk papan atas, nilai rata-ratanya tercatat 543,76. Jika ditelusuri, mayoritas sekolah yang menduduki papan atas masih terkonsentrasi di seputaran DKI Jakarta, seperti Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang. Bukan sekolah-sekolah yang terkonsentrasi di ibu kota provinsinya.
Posisi Banten tahun ini menjadi semakin prestisius, tatkala ranking pertama nasional berasal dari provinsi ini yang ditempat oleh MAN Insan Cendekia Serpong (skor 637,81).
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Peserta mengerjakan soal saat mengikuti ujian tulis berbasis komputer (UTBK) di antara sekat yang dipasang berjarak di gedung perpustakaan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (13/4/2021).
Dari seluruh provinsi di Jawa, posisi Jawa Tengah tergolong unik. Sekalipun menempatkan paling banyak sekolah pada papan atas, tidak berarti ranking teratas capaian nilai UTBK nasional ditempati sekolah dari Jawa Tengah.
Sebagai gambaran, capaian tertinggi nilai sekolah dari Jawa Tengah diduduki oleh SMA Kolose Loyola, dengan skor 598,01. Dalam skala nasional, skor tersebut hanya mampu menempatkan sekolah ini pada ranking ke-23.
Begitu pula, jika dirata-ratakan, 211 sekolah Jawa Tengah yang masuk 1.000 besar mencapai sebesar skor 535,66. Dibandingkan dengan skor rata-rata provinsi lainnya di Jawa, Jawa Tengah justru menunjukkan posisi terbawah.
Dengan kondisi seperti itu, sekalipun tidak tampak menonjol dan relatif paling rendah skor rata-rata di Jawa, pemerataan kualitas cenderung terindikasi di Jawa Tengah. Perbedaan nilai antara 211 sekolah yang masuk papan atas nasional relatif tidak jauh variasinya.
Gambaran kejayaan sekolah-sekolah di Jawa tampaknya berbanding terbalik dengan sekolah-sekolah di luar Jawa. Hasil kajian menunjukkan hanya sedikit sekolah dari luar Jawa yang mampu merebut perhatian.
Tampilnya SMA Swasta Unggul Del, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, pada peringkat ke-4 (skor 630,18), seolah menjadi perkecualian. Di satu sisi, keberhasilan ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan tidak hanya mutlak ada di Jawa.
Begitu pula, selain SMA Unggul Del, terdapat 17 sekolah lain di Sumatera Utara yang masuk ranking 1.000 sekolah teratas. Secara keseluruhan, skor rata-rata Sumatera Utara tergolong tinggi, mencapai, 546,99.
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Sejumlah siswa dan siswi dari SMA Unggul Del beraktivitas di laboratorium sekolahnya di Laguboti, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara (8/2/2018). Mereka meneliti fermentasi biji kedelai pada gravitasi mendekati nol di Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Akan tetapi, jika dikaji dalam skala provinsi, keberhasilan semua sekolah tersebut tergolong outlier. Pasalnya, prestasi sekolah tersebut terpaut jauh dengan kualitas sekolah lainnya di Sumatera Utara.
Teramat minimnya jumlah sekolah dari setiap provinsi di luar Jawa yang masuk papan atas nasional menunjukkan realitas ketimpangan kualitas pendidikan di negeri ini. Potret sejenis tampaknya sudah menjadi gambaran umum yang juga terjadi pada provinsi-provinsi lainnya.
Sekolah-sekolah di sejumlah provinsi di kawasan Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, hingga kawasan Maluku-Papua yang tergolong paling problematik, berhadapan pada kondisi yang relatif sama.
Di Kalimantan Selatan, misalnya, terdapat SMA Negeri Banua, Kabupaten Banjar, yang berhasil masuk peringkat ke-22 nasional (skor 598,45). Begitu pula, prestasi MAN Insan Cendekia, Gorontalo pada peringkat 25 (skor 597,66). Hanya saja, semua prestasi yang dicapai sekolah tersebut masih terpaut jauh dengan kualitas sebagian besar sekolah di setiap provinsi.
Menjadi semakin ironis jika membandingkan dengan sekolah-sekolah di kawasan timur Indonesia, seperti Provinsi Sulawesi Barat, Maluku Utara, hingga Papua yang tahun ini tidak satu pun menempatkan sekolah pada 1.000 sekolah teratas nasional. Tampaknya, dalam mengurangi jarak kualitas yang senjang ini, perubahan yang tergolong radikal perlu dilakukan. (LITBANG KOMPAS)
Baca besok: Persaingan Negeri dan Swasta, Sekolah Mana Terunggul?