Mengapa Ide Kreatif Muncul Saat Mandi?
Momen kreatif bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup setiap orang. Momen kreatif tidak terbatas dan setiap orang punya kesempatan sama menjadi kreatif.
Suatu ketika seorang matematikawan dari Syracusa berendam di bak mandi saat tengah berkonsetrasi memecahkan masalah. Tak lama, Ia melompat dari bak dan berlari keluar sambil berseru ”Eureka!”.
Sketsa di atas merupakan cuplikan cerita legendaris Archimedes menemukan ide saat berada di bak mandi. Momen yang terjadi lebih dari 2.250 tahun silam itu diakui menyumbang narasi penting dalam sejarah ilmu pengetahuan.
Pemikiran sang ilmuan di bak mandi tersebut kini kita kenal sebagai Prinsip Archimedes yang Ia tuangkan dalam buku On Floating Bodies. Laman Komunitas Belajar Eureka, Bellarmine University, turut menyebut kerja Archimedes dikagumi oleh sang genius Galileo Galilei yang pada abad ke-17 memverifikasi temuan Archimedes dengan lebih presisi.
Adapun Eureka berarti seruan kegembiraan atau kepuasan saat menemukan sesuatu. Dalam perkembangannya, momen eureka Archimedes menjadi sumber inspirasi penelitian tentang cara kerja otak, khususnya dalam mendalami kemunculan ide kreatif.
Mendapatkan ide kreatif saat mandi pun menjadi kepercayaan kolektif yang bisa jadi pernah dialami setiap orang. Tak jarang, gagasan baru ataupun solusi dari sebuah masalah tiba-tiba muncul saat berendam atau mandi di bawah pancuran.
Lalu, bagaimana ilmu pengetahuan menjawab mengapa ide kreatif muncul saat mandi?
Baca Juga: Kreatif Hadapi Pandemi
Kerja otak
Eureka disebut juga sebagai momen ”aha”. Dalam The Eureka Factor: Aha Moments, Creative insight, and The Brain (2015) yang diterbitkan Random House, momen aha didefinisikan sebagai realisasi tiba-tiba yang memperluas pemahaman tentang dunia maupun diri sendiri.
Para penulis, Mark Beeman dan John Kounios, menjelaskan bagaimana momen aha memunculkan wawasan atau insight dan faktor apa yang merangsang lebih banyak wawasan.
Mark Beeman sendiri adalah ahli saraf kognitif yang telah mengulik apa yang terjadi dalam otak ketika orang memiliki insight sejak 1990-an.
Dalam The Eureka Hunt: Why Do Good Ideas Come to Us When They Do?” yang terbit di The New Yorker pada 28 Juli 2008, Beeman menyebut proses wawasan adalah tindakan penyeimbangan mental yang rumit.
Pada awalnya, otak mencurahkan perhatian yang langka pada satu masalah. Namun, begitu otak cukup fokus, korteks memerlukan relaksasi untuk mencari asosiasi di belahan otak kanan tempat stimulus wawasan berada.
Dengan memahami cara kerja otak tersebut, fase relaksasi menjadi sangat penting. Tak ayal, momen santai seperti mandi air hangat menjadi jeda yang dibutuhkan otak untuk menembakkan banyak ide kreatif dan insight.
Senada, John Kounios juga menyebut bahwa orang harus didorong untuk menikmati waktu santai untuk mendapatkan momen kreatif. Kounios merupakan profesor psikologi dari Drexel University yang telah meneliti cara kerja otak sejak 2004.
Dalam siniar American Psychological Association yang diunggah pada 18 Agustus 2021, Kounios menjelaskan wawasan kreatif sebagai bentuk pemikiran yang berbeda dan terpisah dari pemikiran analitis. Momen eureka atau aha adalah bentuk kreativitas itu sendiri.
Kounios menyebutkan, tidak ada orang yang tidak pernah mengalami momen aha. Artinya, setiap orang dapat berpikir kreatif atau memiliki kemampuan untuk berpikir secara mandiri atau oleh psikolog kognitif disebut sebagai fluid intelligence.
Menurut dia, kreativitas tidak hanya dalam seni, tetapi juga dalam sains dan merasuk dalam semua aspek kehidupan. Sesuatu yang kreatif melibatkan munculnya ide atau produk yang baru dan berguna.
Kebaruan itu pun tidak harus kebaruan bagi dunia. Kebaruan bagi diri sendiri pun disebut sebagai wawasan kreatif.
Saat rileks, manusia tidak memiliki hal lain untuk dilakukan. Pikiran mengembara dalam situasi kabur atau samar-samar, seperti saat mendengar gemericik air di kamar mandi, di situlah momen aha muncul.
Relaksasi saat wawasan kreatif berbeda dengan saat menikmati kopi sembari mengerjakan sesuatu. Pada saat seperti ini, wawasan yang muncul adalah pemikiran analitis. Artinya, menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih metodis dan disengaja.
Baca Juga: Daya Kreatif Tiada Akhir
Relaksasi mandi
Mandi menjadi salah satu momen relaksasi yang menstimulus wawasan kreatif. Sebuah penelitian di Australia menemukan mandi sebagai salah satu relaksasi di mana orang mengalami momen eureka.
Dalam Who Has Insight? The Who, Where, and When of The Eureka Moment (2016) yang diterbitkan Charles Sturt University, sebanyak 30 persen responden menyebut mandi adalah momen ketika mereka mengalami momen eureka.
Temuan tersebut berdasarkan survei pada 1.114 responden berusia 18 tahun ke atas di Australia yang terdiri dari jenis kelamin dan rentang usia yang proporsional mewakili populasi warga Australia. Riset ini juga menyebut responden yang mengalami momen aha pada saat mandi cenderung merupakan perempuan.
Selain saat mandi, insight juga muncul pada saat berada di moda transportasi, berada di tempat sepi, di alam, maupun saat berolahraga.
Dari jenis momen relaksasi yang muncul tersebut terdapat kecenderungan bahwa momen aha terjadi saat kebisingan terjadi sama-samar sehingga mengurangi jumlah rangsangan yang diperhatikan.
Para penemu dunia pun mengalami momen aha di saat mereka justru mengistirahatkan pikiran. Isaac Newton dan Albert Einstein, misalnya. Keduanya menemukan terobosan dari apa yang mereka kerjakan justru saat sedang tidak memikirkan pekerjaan tersebut.
Ide kreatif menjadi tulang punggung untuk menciptakan gagasan atau produk yang memiliki nilai kebaruan.
Dalam ranah pekerjaan, ide kreatif menjadi tulang punggung untuk menciptakan gagasan atau produk yang memiliki nilai kebaruan. Pemahaman pentingnya ruang untuk relaksasi pun mulai diadopsi banyak perusahaan.
Salah satu pionernya adalah Google. Dalam film The Intership (2013) yang mengambil latar tempat di kantor Google, tempat kerja didesain layaknya tempat bermain. Sejumlah permainan seperti meja pingpong dan ruang untuk tidur siang disedikan untuk para karyawan.
Tak hanya untuk pekerjaan, momen kreatif pun bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup setiap orang. Seperti yang disampaikan Kouinous, momen kreatif tidak terbatas dan setiap orang punya kesempatan sama menjadi kreatif. (LITBANG KOMPAS)
Baca Juga: ”Toxic Relationship” di Lingkungan Kerja