Angka Pengendalian Covid-19 Mulai Stagnan
Pengukuran Indeks Pengendalian Covid-19 oleh Kompas yang memasuki minggu ke-10 pada 20 September 2021 menunjukkan dinamika pergerakan output dari upaya pengendalian Covid-19 di seluruh provinsi.
Pengukuran Indeks Pengendalian Covid-19 oleh Kompas yang memasuki minggu ke-10 pada 20 September 2021 menunjukkan dinamika pergerakan output dari upaya pengendalian Covid-19 di seluruh provinsi.
Pergerakan skor secara nasional mulai stagnan, hanya naik 1 poin dibandingkan minggu sebelumnya, menjadi 74. Sedangkan skor indeks per provinsi juga turun-naik rata-rata 1-2 poin.
Secara umum, kasus terkonfirmasi harian Covid-19 di Indonesia dalam seminggu terakhir mengalami penurunan yang cukup drastis. Dalam sepekan terakhir, tambahan kasus harian Covid-19 turun 53 persen.
Angka kematian pun turun 33,6 persen. Meski perlahan, jumlah penduduk yang sudah mendapat vaksin lengkap menjadi 46,5 juta orang atau 22,33 persen dari target.
Atas dasar kondisi yang kian membaik, pemerintah dalam evaluasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada 20 September 2021 menyatakan saat ini sudah tidak ada kabupaten/kota di Pulau Jawa dan Bali yang berada di PPKM level 4.
Selain itu, pemerintah mulai melonggarkan sejumlah area publik, salah satunya dengan uji coba pembukaan pusat belanja bagi anak usia di bawah 12 tahun. Pembelajaran tatap muka pun kini sudah mulai dilakukan seiring sekolah-sekolah di wilayah PPKM level 1-3 diizinkan dibuka.
Semakin membaiknya penanganan pandemi Covid-19 selama hampir tiga bulan pelaksanaan PPKM darurat yang dimulai di Jawa-Bali ini juga terpotret dari pengukuran Indeks Pengendalian Covid-19 (IPC-19) Indoenesia oleh Kompas. Namun, memasuki minggu ke-10 pengukuran, skor indeks mulai melandai.
Skor IPC-19 di minggu ke-10 hanya naik satu poin dibandingkan minggu sebelumnya, dari skor 73 menjadi skor 74. Sebanyak tujuh provinsi skornya tetap. Sedangkan enam provinsi skornya turun sebanyak 1-2 poin.
Skor indeks DKI Jakarta, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo turun masing-masing satu poin. Sedangkan Sumatera Barat, Banten, dan Kalimantan Tengah turun masing-masing dua poin. Provinsi-provinsi lainnya mengalami kenaikan skor kisaran 1-5 poin. Kecuali Papua yang skornya melejit 14 poin dari minggu lalu menjadi 72.
Jumlah provinsi yang skornya di atas rata-rata nasional sebanyak 21 provinsi, berkurang satu provinsi dibandingkan minggu sebelumnya. Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Aceh dan Sumatera Utara minggu lalu belum signifikan menaikkan skor indeks di kedua daerah tersebut.
Skor Sumatera Utara hanya naik satu poin menjadi 65. Sedangkan skor Aceh bertambah empat poin menjadi 42. Aceh masih menjadi provinsi dengan skor IPC-19 terendah.
Baca juga : Di Balik Angka Indeks Pengendalian Covid-19
Antisipasi perburukan
Jika dibandingkan dengan pengukuran pekan sebelumnya, untuk pertama kalinya dalam lima pekan terakhir terdapat enam provinsi sekaligus yang mengalami penurunan skor IPC-19. Pada empat pekan sebelumnya, perburukan skor hanya terjadi pada satu atau dua provinsi.
Kondisi ini menyiratkan perlunya kewaspadaan di tengah pelonggaran aktivitas masyarakat. Apalagi, sebagian besar kabupaten/kota di enam provinsi yang mengalami penurunan skor indeks adalah daerah-daerah yang masuk kategori PPKM di bawah level 4.
Dari keenam provinsi tersebut, hanya Sumatera Barat yang masih memiliki wilayah dengan penerapan PPKM level 4, yakni Kota Padang. Artinya, perburukan skor dalam indeks pengendalian Covid-19 sejalan dengan pelonggaran aktivitas sosial-masyarakat di keenam provinsi tersebut.
Menilik berdasarkan aspek, semua daerah yang mengalami penurunan skor indeks adalah daerah yang mengalami penurunan pada aspek manajemen pengobatan.
Penekanan angka kesembuhan perlu menjadi perhatian khusus pada daerah Sumatera Barat, Banten, Jakarta, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah. Selain itu, meskipun telah berada dalam situasi yang membaik, upaya penekanan angka kematian juga perlu menjadi prioritas bagi Gorontalo dan Kalimantan Tengah.
Di sisi lain, pada aspek manajemen infeksi, tidak terjadi perbaikan pada empat dari enam provinsi yang mengalami penurunan skor indeks. Sumatera Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Kalimantan Tengah mencatatkan skor yang stagnan dalam aspek manajemen infeksi.
Artinya, selain manajemen pengobatan, keempat daerah ini perlu meningkatkan upaya pencegahan dalam menekan laju penambahan kasus hingga mempercepat laju penambahan vaksinasi.
Penurunan skor indeks secara mingguan memang tidak separah seperti pada pekan ketiga Juli 2021 saat hampir separuh wilayah di Indonesia mengalami perburukan skor pengendalian Covid-19.
Namun, penurunan skor indeks pada keenam provinsi ini menjadi lampu kuning bagi daerah-daerah lainnya. Di tengah pelonggaran aktivitas yang dilakukan, kewaspadaan tetap perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia.
Baca juga : Pengendalian, Kunci Hidup Bersama Covid-19
Membaca Papua
Papua menjadi daerah di wilayah timur yang menyita perhatian khusus. Di samping provinsi ini akan menggelar hajatan Pekan Olahraga Nasional XX pada 2-15 Oktober 2021 mendatang, pergerakan skor indeks di Papua juga menarik perhatian.
Di pengukuran lima minggu pertama, kondisi di Papua terlihat masih cukup terkendali dengan skor di atas rata-rata nasional. Papua seakan belum tersapu gelombang virus varian Delta. Baru pada minggu ke-6, pengendalian pandemi di wilayah ini tertinggal dari kebanyakan provinsi lain.
Skor IPC-19 Papua sejak pengukuran minggu ke-6 hingga minggu ke-9 menjadi selalu di bawah rata-rata nasional. Bahkan, di minggu ke-9 skornya turun cukup rendah ke angka 58, jauh di bawah skor nasional yang di angka 73 pada minggu tersebut.
Namun, dalam waktu satu minggu, pada pengukuran di minggu ke-10, skor indeks Papua meningkat tajam sebanyak 14 poin, dari angka 58 ke 72. Meskipun skor masih di bawah rata-rata nasional, penambahan ini berbeda dengan tren skor indeks nasional yang stagnan dan sejumlah provinsi lain yang justru menurun. Kalaupun terjadi kenaikan angkanya tidak signifikan.
Hanya Provinsi DI Yogyakarta dan Kepulauan Bangka Belitung yang pada minggu yang sama mencatat penambahan skor cukup tinggi, yaitu masing-masing lima poin. Provinsi lainnya yang indeksnya membaik, penambahan skor di bawah lima poin.
Kondisi indeks pengendalian di Papua ini bisa dilihat dari dua sudut pandang. Sudut pandang pertama, yang optimistis, memang terjadi pengendalian pandemi yang signifikan di lapangan yang membuat angka kasus konfirmasi dan rasio kasus positif (positivity rate) menjadi rendah, sesuai dengan acuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Namun, yang menjadi catatan, tinggi-rendahnya angka konfirmasi dan rasio kasus positif sangat ditentukan oleh jumlah penelusuran dan pengetesan yang dilakukan.
Sudut pandang kedua, terjadi ketidakstabilan pencatatan dan pelaporan data ke pusat (Kementerian Kesehatan) sehingga menyebabkan skor pengukuran berfluktuasi secara drastis. Jika hal ini yang terjadi, tentunya skor akan tidak sesuai dengan fakta sebenarnya di lapangan.
Pengukuran IPC-19 oleh Kompas ini sangat ditentukan oleh kualitas data yang dilaporkan dari pemerintah daerah ke pusat. Hal itu menjadi penting karena skor indeks bisa dipakai sebagai barometer bagi pembuat kebijakan untuk fokus pada aspek yang masih menjadi kelemahan.
Apakah kelemahan ada di manajemen infeksi atau di manajemen pengobatan.Bagaimana pun, data yang akurat akan menentukan strategi pengendalian yang tepat. (DEDY AFRIANTO/REZA FELIX CITRA/RANGGA EKA SAKTI/LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Indeks Pengendalian Covid Menunjukkan Kesenjangan Kemampuan Daerah