Indeks Pengendalian Covid Menunjukkan Kesenjangan Kemampuan Daerah
Selama sembilan minggu pengamatan Indeks Pengendalian Covid-19 oleh ”Kompas”, terlihat upaya pengendalian pandemi di Tanah Air yang kian membaik. Skor indeks nasional bergerak dari angka 44 menuju ke 73.
Oleh
Gianie
·5 menit baca
Selama sembilan minggu pengamatan Indeks Pengendalian Covid-19 oleh Kompas, terlihat upaya pengendalian pandemi di Tanah Air yang kian membaik. Skor indeks nasional bergerak dari angka 44 menuju ke 73.
Namun, pergerakan skor menunjukkan masih ada ketidakstabilan pengendalian dan kesenjangan yang kian lebar. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan kemampuan daerah menangani Covid-19 yang kian kontras.
Skor Indeks Pengendalian Covid-19 Indonesia-Kompas pada minggu ke-9 atau per 13 September 2021 kembali menunjukkan perbaikan. Skor indeks secara nasional naik 4 poin dibandingkan dengan minggu sebelumnya menjadi 73 (skor 0-100).
Sebanyak 22 provinsi kini skornya sama dan bahkan di atas skor nasional. Bertambah 6 provinsi dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Namun, terdapat dua provinsi yang skornya stagnan.
Dua provinsi itu adalah Maluku dan Papua Barat serta dua provinsi lainnya yang skornya menurun, yakni Maluku Utara dan Papua. Skor DKI Jakarta tetap menjadi yang tertinggi (93), sedangkan Aceh tetap dengan skor terendah (38).
Stagnasi dan perburukan situasi di beberapa provinsi ini menunjukkan ketidakstabilan dan kesenjangan yang lebar dalam proses pengendalian. Hal ini perlu menjadi catatan bagi pemerintah, terutama pemerintah pusat, untuk melakukan perbantuan secara khusus terhadap daerah-daerah yang memiliki kesulitan mengendalikan Covid-19.
Kesenjangan kemampuan dalam mengendalikan Covid-19 di daerah bisa disebabkan banyak faktor. Hal itu, antara lain, cakupan wilayah yang luas, jumlah penduduk yang banyak, fasilitas layanan dan tenaga kesehatan yang terbatas, minimnya anggaran, hingga tingkat partisipasi dan kedisiplinan masyarakat itu sendiri.
Selain Aceh dan Papua yang skor indeksnya rendah, provinsi lain yang memiliki skor di bawah rata-rata nasional terpusat di Pulau Sumatera. Provinsi-provinsi tersebut adalah Sumatera Utara (skor 64) serta Lampung dan Kepulauan Bangka Belitung yang masing-masing dengan skor 65.
Di Kalimantan, provinsi yang mendapat skor terendah adalah Kalimantan Utara (65). Di Sulawesi ada Sulawesi Tengah dengan skor terendah (69). Sedangkan di Pulau Jawa yang mendapat skor terendah dan di bawah rata-rata nasional adalah Jawa Tengah (70).
Meningkatnya skor indeks nasional dalam pengendalian Covid-19 ini sejalan dengan jumlah kasus terkonfirmasi harian yang trennya juga menurun. Sejak awal September atau dua minggu yang lalu, kasus harian Covid-19 turun 60 persen.
Jika dibandingkan dengan kondisi puncak lonjakan kasus pada pertengahan Juli lalu, penurunannya mencapai 92 persen. Dilihat dari rasio angka positif pun sejak 9 September 2021 angkanya sudah di bawah 5 persen, sesuai dengan acuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Indeks Pengendalian Covid-19 Kompas mengukur arah dan laju pengendalian Covid-19 dari dua aspek, yaitu manajemen infeksi dan manajemen pengobatan. Aspek manajemen infeksi dihitung dengan melihat tiga indikator.
Selain indikator kasus terkonfimasi dan rasio kasus positif, juga ada indikator capaian vaksinasi dosis lengkap yang menjadi variabel yang berperan dalam mencegah infeksi virus meluas.
Sedangkan pada aspek manajemen pengobatan diukur juga dengan tiga indikator, yaitu angka kesembuhan, tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit untuk pasien Covid-19, dan angka kematian.
Wilayah bagian timur Indonesia menjadi pusat perhatian dalam pengukuran indeks minggu ke-9 ini. Provinsi-provinsi di Pulau Sulawesi mencatat peningkatan skor yang cukup signifikan dibandingkan dengan minggu sebelumnya.
Tiga provinsi, yaitu Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Barat, mengalami peningkatan 10-11 poin indeks dibandingkan dengan minggu lalu. Peningkatan ini lebih dipengaruhi pada perbaikan dalam aspek pengobatan, yaitu keberhasilan dalam menekan jumlah kematian akibat kasus Covid-19.
Lebih ke timur lagi, dua provinsi mengalami stagnasi, yaitu Maluku dan Papua Barat, yang mendapat skor masing-masing 80. Meskipun stagnan, angka skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional menunjukkan pengendalian Covid-19 di kedua daerah ini masih relatif baik.
Sedangkan dua provinsi lainnya mengalami penurunan skor, yaitu Maluku Utara dari skor 82 ke 80 dan Papua dari skor 62 ke skor 58. Skor indeks yang diperoleh Papua sejak akhir Agustus (per 23 Agustus 2021) atau selama satu bulan terakhir pengukuran selalu berada di bawah rata-rata nasional.
Dalam kasus Papua, penurunan indeks pada minggu ke-9 diakibatkan oleh penurunan pada aspek manajemen pengobatan. Kasus sembuh di provinsi ini, walau pada akhir minggu lalu mengalami lonjakan, dibandingkan provinsi lain, persentase kesembuhan di Papua masih rendah.
Hal ini diperburuk dengan terjadinya lonjakan jumlah pasien Covid-19 yang meninggal sehingga secara umum aspek pengobatan Papua mengalami kontraksi, yang mengakibatkan indeks menurun. Papua mencatatkan jumlah kematian 25 kasus pada 13 September, angka kematian tertinggi selama satu setengah bulan terakhir.
Selain itu, tingkat keterisian tempat tidur (BOR) untuk pasien Covid-19 di Papua juga cukup tinggi di kisaran 28 persen. Tingkat BOR ini jauh lebih tinggi daripada semua provinsi di Indonesia bagian timur.
Kondisi Papua di empat minggu terakhir pengukuran bertolak belakang dengan tren pengendalian secara nasional. Padahal, di masa awal pengukuran indeks, Papua mendapat skor yang relatif tinggi di angka 50 poin.
Skor tersebut lebih tinggi daripada rata-rata nasional yang sebesar 44 poin. Bahkan, skor ini juga lebih tinggi daripada DKI Jakarta yang saat itu memperoleh skor 45 poin. Hal ini menunjukkan bahwa tak hanya memiliki skor pengendalian yang sangat rendah, progres perbaikan pengendalian di Papua juga sangat lambat.
Papua perlu menerapkan deteksi dini di level yang lebih kecil untuk mempersempit ruang gerak penyebaran virus dan mengurangi beban pengobatan yang kapasitasnya minim.
Jika ini dilakukan, otomatis akan meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan penyebaran virus di wilayah ujung Indonesia ini. (REZA FELIX CITRA/ RANGGA EKA SAKTI/ DEDY AFRIANTO/ LITBANG KOMPAS)