Menakar Konsumsi Masyarakat di Masa PPKM
Relaksasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat oleh pemerintah diharapkan mampu membangkitkan kembali tingkat konsumsi masyarakat sekaligus memutar roda perekonomian lebih kencang.
Mendorong konsumsi rumah tangga dinilai sebagai salah satu faktor kunci pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19. Sebab, kontribusi konsumsi rumah tangga pada produk domestik bruto mencapai 57,7 persen pada 2020.
Namun, harapan itu tampaknya tidak mudah diwujudkan di tengah pembatasan aktivitas warga demi menekan penularan Covid-19. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat sejak awal Juli lalu di sejumlah daerah di Indonesia berimbas pada kelesuan ekonomi masyarakat.
Hal itu tampak dari persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi Indonesia saat ini yang turun dalam dua bulan terakhir. Kegelisahan masyarakat itu tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Agustus 2021. Bank Indonesia menyebutkan, IKK pada Agustus sebesar 77,3 atau lebih rendah dibandingkan dengan Juli 2021 yang sebesar 80,2.
Angka IKK pada Agustus 2021 itu merupakan yang terendah dalam 12 tahun terakhir ini. IKK yang masih berada di bawah 100 itu mengindikasikan bahwa masyarakat masih pesimistis dengan kondisi ekonomi saat ini.
Pesimisme masyarakat juga ditunjukkan oleh indeks kondisi ekonomi (IKE) saat ini yang dihitung dari tiga komponen indeks, yaitu penghasilan saat ini, ketersediaan lapangan kerja, dan pembelian barang tahan lama. BI mencatat, IKE pada Agustus 2021 sebesar 59,4 atau lebih rendah daripada IKE pada Juli 2021 yang sebesar 67,1.
Bank Indonesia menjelaskan, melemahnya IKE saat ini disebabkan berlanjutnya PPKM level 3 dan 4 di berbagai wilayah Indonesia sehingga berdampak terhadap aktivitas dan penghasilan masyarakat. Kendati begitu, masyarakat masih memiliki ekspektasi besar bahwa ekonomi Indonesia bisa pulih secara bertahap. Ini tecermin dari indeks ekspektasi kondisi ekonomi Agustus 2021 yang sebesar 95,3 atau lebih tinggi daripada 93,2 pada Juli 2021.
Konsumen memperkirakan ekspansi perekonomian akan membaik dalam enam bulan ke depan seiring dengan melambatnya laju penularan kasus Covid-19 dan peningkatan vaksinasi. Kendati demikian, IKE Agustus 2021 masih dalam level pesimis karena di bawah 100.
Bank Indonesia juga menjelaskan, menurunnya IKK pada Agustus 2021 terjadi pada mayoritas kelompok pengeluaran, terutama pada responden dengan pengeluaran Rp 3,1 juta sampai Rp 4 juta per bulan. Dari sisi usia, penurunan IKK juga terjadi pada mayoritas kelompok usia responden, terutama pada responden berusia di atas 60 tahun.
Secara spasial, penurunan keyakinan konsumen pada Agustus 2021 terjadi di 12 kota survei, dengan penurunan terdalam terjadi di Surabaya (minus 26,7 poin), diikuti Padang (minus 17,3 poin), dan Makassar (minus 16,1 poin).
Di sisi lain, masih menurut Survei Konsumen BI, perputaran uang tampaknya mulai meningkat seiring masyarakat yang sudah perlahan membelanjakan uangnya. Sebelumnya mayoritas pendapatan masyarakat disimpan di tabungan untuk berjaga-jaga di tengah ketidakpastian Covid-19.
Survei Konsumen BI mencatat rata-rata proporsi pendapatan konsumen yang digunakan untuk konsumsi pada Agustus 2021 naik tipis dari 74,6 persen menjadi 75 persen.
Peningkatan proporsi konsumsi tersebut diikuti dengan meningkatnya rata-rata rasio pembayaran cicilan atau utang pada Agustus 2021 dari 10,39 persen menjadi 10,4 persen. Sementara itu, rata-rata proporsi tabungan terhadap pendapatan konsumen pada Agustus 2021 menurun dari 15,1 persen menjadi 14,6 persen. Penurunan porsi tabungan terhadap pendapatan juga terutama terjadi pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp 3,1 juta-Rp 4 juta per bulan.
Dampak relaksasi PPKM
Seiring dengan pelonggaran PPKM dan peningkatan vaksinasi massal, sebagian kalangan menilai penurunan konsumsi itu hanya bersifat sementara dan minat masyarakat untuk berbelanja akan kembali membaik.
Data Mandiri Spending Index (MSI) yang dikembangkan Mandiri Institute pada Agustus 2021 menunjukka, dinamika belanja masyarakat selama PPKM. Pada periode awal penerapan PPKM, belanja masyarakat tertekan cukup dalam. Indeks nilai belanja masyarakat pada 1 Agustus 2021 tercatat turun tajam hingga ke level 73,3.
Namun, seiring dengan relaksasi PPKM, minat masyarakat untuk berbelanja tampaknya mulai menunjukkan tanda pemulihan. Pada tanggal 15 Agustus 2021, indeks frekuensi belanja masyarakat tercatat naik ke level 97,3. Demikian pula halnya dengan indeks nilai belanja yang naik ke level 79,7.
Kenaikan belanja ini terjadi pada setiap lapisan kelompok masyarakat berdasarkan tingkat penghasilannya. Masyarakat dengan penghasilan Rp 8,4 juta per bulan atau kelompok menengah mengalami kenaikan belanja hingga 110,5 persen, jauh di atas kelompok bawah dan atas. Untuk kelompok bawah, dukungan pemerintah dalam bentuk perlindungan sosial berdampak positif bagi kelompok ini.
Secara regional, indeks nilai belanja Pulau Jawa naik ke level 73,4 pada pertengahan Agustus 2021 dari sebelumnya 63,8 pada awal Agustus 2021. Di lain sisi, indeks nilai belanja di luar Pulau Jawa justru menurun tetapi masih berada pada level yang relatif tinggi, yakni di level 86,4.
Kemudian, angka kunjungan ke tempat belanja juga meningkat. Mandiri Institute mencatatkan kenaikannya 3 persen ke level 63 persen dari awal Agustus yang hanya 60 persen. Data tersebut dikumpulkan dari 6.748 tempat belanja yang tersebar di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Medan, Makassar, Surabaya, Bandung, dan Denpasar.
Senada dengan tempat belanja, restoran di delapan kota besar di Indonesia juga turut mengalami lonjakan pengunjung hingga 62 persen. Kenaikan tren positif ini dinilai sebagai tanda bahwa ekonomi mulai pulih di tengah penurunan kasus Covid-19. Pelonggaran mobilitas, pelaksanaan perlindungan sosial, dan menurunnya kasus positif covid-19 dinilai menjadi faktor pendorongnya.
Di sisi lain, hasil Survei Bank Indonesia terkait Indeks Penjualan Riil (IPR) menunjukkan, kinerja penjualan eceran diperkirakan membaik pada Agustus 2021. Indeks Penjualan Riil (IPR) Agustus 2021 diperkirakan tumbuh 4,3 persen (month-to- month) ke 196,5 setelah sebelumnya terkontraksi 5 persen.
Perbaikan tersebut ditopang oleh hampir semua kelompok, terutama kelompok suku cadang dan aksesori, perlengkapan rumah tangga lainnya, dan bahan bakar kendaraan bermotor. Secara tahunan, penjualan eceran pada Agustus 2021 diperkirakan membaik meski masih dalam fase kontraksi sebesar 0,1 persen.
Dari sisi harga, tekanan inflasi diprediksi meningkat pada Oktober 2021 dan Januari 2022. Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Oktober 2021 pada Oktober 2021 sebesar 123,0, lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Sementara itu, IEH Januari 2022 sebesar 134,2, lebih tinggi dari IEH pada bulan sebelumnya sebesar 129,3.
Langkah pemulihan konsumsi
Dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR, Senin (30/8/2021), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahun 2021 secara akumulatif berada di kisaran 2,2-2,8 persen.
Sri Mulyani berharap kebijakan PPKM, terutama di Jawa dan Bali, yang mulai diturunkan dari level 4 ke level 3 dapat secara perlahan menormalkan aktivitas ekonomi warga. Pada triwulan IV-2021, momen Natal dan Tahun Baru juga diharapkan bisa menggerakkan roda konsumsi rumah tangga.
Untuk mendukung daya beli masyarakat, pemerintah telah mengambil beragam kebijakan. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga akan didorong melalui program perlindungan sosial. Konsumsi pemerintah juga akan turut membantu sektor usaha.
Kebijakan tersebut antara lain meliputi program bantuan sosial, diskon tarif listrik, insentif PPnBM kendaraan bermotor, insentif PPN untuk perumahan, hingga mengendalikan inflasi.
Selain mengoptimalkan bansos untuk menopang pemulihan konsumsi jangka pendek, pemerintah perlu memulihkan kembali industri untuk mempercepat pengurangan pengangguran. Selain itu, untuk mengakselerasi ekonomi, peningkatan ekspor dan investasi perlu lebih dioptimalkan.
Di samping itu, pengendalian Covid-19 yang agresif serta distribusi vaksin yang cepat tetap menjadi kunci untuk mengembalikan keyakinan masyarakat dan menggerakkan kembali konsumsi masyarakat. Dengan beragam langkah tersebut, diharapkan konsumsi masyarakat dapat tumbuh kembali. (LITBANG KOMPAS)