Sempat Episentrum Pandemi, Kini Jakarta Cepat Mengendalikan Covid-19
Indeks Pengendalian Covid-19 oleh ”Kompas” menempatkan DKI Jakarta sebagai provinsi yang sukses dengan pengendalian pandemi. Apa yang bisa dipelajari dari kondisi Jakarta saat ini?
Setelah disebut sebagai episentrum pandemi di Indonesia, kini DKI Jakarta justru bisa menjadi provinsi yang relatif sukses dengan pengendalian Covid-19 di Indonesia. Meski peran pemerintah provinsi penting, dukungan pemerintah pusat memiliki kontribusi yang signifikan.
Berita baik dari DKI Jakarta ini memberi pelajaran bahwa tak akan ada provinsi yang bisa mengendalikan Covid-19 sendiri tanpa bantuan yang memadai dari pusat.
Kesuksesan DKI Jakarta menjadi provinsi dengan pengendalian Covid-19 terbaik ini tecermin dari hasil skor Indeks Pengendalian Covid-19 Kompas. Hasil penghitungan terakhir pada 6 September lalu menunjukkan, provinsi ini mengalami peningkatan 2 poin hingga skornya menjadi 91.
Dengan angka tersebut, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan skor pengendalian Covid-19 terbaik di Indonesia.
Kesuksesan DKI Jakarta ini tidak terjadi secara instan. Dibutuhkan upaya yang luar biasa dari pemerintah pusat dan provinsi untuk bisa mencapai tingkat pengendalian seperti saat ini.
Pada titik terendahnya, situasi Covid-19 di DKI Jakarta pernah mencapai titik kritis. Hal ini bisa dilihat pada awal masa pengukuran Indeks Pengendalian Covid-19 Kompas, yakni di pertengahan Juli lalu.
Sebelumnya, kemampuan pengendalian Covid-19 di DKI Jakarta tak jauh berbeda dengan provinsi lainnya di Indonesia. Bahkan, pada 19 Juli lalu, skor pengendalian Covid-19 di provinsi ini hanya berkisar di 45 poin.
Artinya, kemampuan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengendalikan Covid-19 jauh lebih buruk dari beberapa provinsi, seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, dan Aceh, yang memiliki skor di atas 50 poin.
Namun, DKI Jakarta berhasil membalikkan keadaan dalam waktu dua minggu. Hasil penghitungan di 2 Agustus menunjukkan, provinsi ini mampu mendongkrak skor pengendaliannya sebesar 22 poin hingga ke angka 72 poin.
Dengan skor tersebut, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan pengendalian Covid-19 terbaik di Indonesia. Jauh berselisih dengan Papua Barat di posisi kedua dengan skor 59 poin.
Jika dibandingkan, kemampuan pengendalian Covid-19 Jakarta saat itu sangat superior ketimbang provinsi lain di kawasan Jawa dan Bali. Beberapa provinsi di Jawa, seperti DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali, bahkan masih sangat kewalahan dalam menangani Covid-19 dengan skor pengendalian di kisaran 40 poin. Di kawasan ini, hanya Jawa Barat yang skornya di atas rerata nasional, yakni 52 poin.
Tren positif yang dialami oleh DKI Jakarta ini berlanjut hingga sekarang. Secara konsisten, provinsi ini terus meningkatkan pengendalian hingga mencapai skor 91 poin.
DKI Jakarta menjadi provinsi dengan skor pengendalian Covid-19 terbaik di Indonesia.
Dengan skor sebesar ini, bisa dikatakan situasi Covid-19 di provinsi DKI Jakarta relatif sudah terkendali. Selain dari skor indeks, terkendalinya situasi Covid-19 di DKI Jakarta juga bisa dilihat dari pertumbuhan harian yang berkisar di angka ratusan. Sebagai perbandingan, pada puncak masa kritisnya, kasus di provinsi ini bisa menembus angka belasan ribu dalam sehari.
Baca juga: Di Balik Angka Indeks Pengendalian Covid-19
Vaksinasi
Membaiknya pengendalian Covid-19 berdasarkan indeks dapat dilihat melalui dua aspek, yakni manajemen infeksi dan manajemen pengobatan. Dalam kasus perbaikan pengendalian di DKI Jakarta, baik aspek manajemen infeksi maupun manajemen pengobatan, sama-sama memberi pengaruh yang besar.
Dari aspek manajemen infeksi, vaksinasi menjadi salah satu variabel yang membantu pengendalian Covid-19 di Indonesia. Dibandingkan dengan provinsi lain, DKI Jakarta merupakan provinsi dengan capaian vaksinasi tertinggi.
Jika dilihat per 12 September, telah lebih dari 84 persen dari jumlah populasi sasaran vaksinasi yang sudah mendapatkan dua suntikan. Bahkan, capaian dari suntikan dosis pertama sudah mencapai 100 persen dari target vaksinasi.
Tak hanya soal vaksin, pengendalian Covid-19 di DKI Jakarta juga membaik terlihat dari turunnya jumlah positif dan tingkat positif mingguan. Sebelumnya, tingkat positif di provinsi ini angkanya selalu di atas 10 persen.
Saat ini tingkat positif mingguan bisa ditekan hingga di angka 0,82 persen. Artinya, dari 100 orang dites, kemungkinan hanya satu orang saja yang positif.
Hal ini mengindikasikan bahwa langkah pemerintah pusat dan daerah untuk menekan laju pandemi di provinsi, seperti pembatasan sosial yang ketat selama masa PPKM darurat dan level 4, telah berhasil.
Tak hanya itu, keberhasilan ini juga tak terlepas dari kemampuan 3T yang terus bergerak ke arah yang ideal. Hal ini dapat dilihat dari turunnya kasus seiring dengan semakin meningkatnya kapasitas pelacakan atau tracing hingga di kisaran angka 9 kontak erat per kasus.
Dalam aspek manajemen pengobatan, kesuksesan pengendalian didorong oleh membaiknya akses ke rumah sakit. Sebelumnya, masih lekat di ingatan bagaimana fasilitas kesehatan di Jakarta nyaris kolaps.
Bahkan, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) untuk Covid-19 di DKI Jakarta saat itu menembus angka 90 persen. Ujungnya, ribuan pasien meninggal setiap hari akibat tak ditangani dengan baik. Kini, BOR RS di provinsi ini bisa ditekan hingga di angka 11 persen.
Membaiknya BOR ini berujung pada tingkat kematian yang lebih rendah. Data per 12 September 2021 menunjukkan, kematian harian di DKI Jakarta tercatat enam kematian dalam sehari. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan sebulan lalu, di mana angka kematian harian di provinsi ini bisa mencapai ratusan.
Namun, bukan berarti pengendalian Covid-19 di DKI Jakarta sudah sempurna. Meski sudah baik, ada beberapa hal yang bisa ditingkatkan di provinsi ini. Salah satunya ialah memperlebar dan menyetarakan akses vaksinasi.
Data per 12 September menunjukkan, warga lansia yang sudah mengikuti vaksinasi di provinsi ini baru 78 persen dari total target. Padahal, kelompok usia ini sangat rentan mengalami fatalitas apabila terpapar Covid-19.
Selain warga lansia, golongan lain yang bisa digenjot vaksinasinya adalah di usia 12-17 tahun. Hal ini menjadi penting mengingat Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim kukuh melaksanakan kebijakan pembelajaran tatap muka di sekolah. Tentunya, seiring dengan semakin tingginya mobilitas anak, perlindungan bagi mereka pun harus terus ditingkatkan.
Baca juga : Pengendalian, Kunci Hidup Bersama Covid-19
Pelajaran
Pengendalian Covid-19 yang membaik secara signifikan di DKI Jakarta ini bisa menjadi pelajaran bagi provinsi lain dan pemerintah pusat. Meski upaya pengendalian banyak dilakukan oleh pemerintah provinsi, dapat dilihat bahwa pemerintah pusat juga memiliki peranan yang krusial.
Berbagai kebijakan seperti vaksinasi, kontrol utamanya tetap ada di pemerintah pusat. Pemerintah daerah memiliki wewenang dan tugas untuk mengimplementasikan kebijakan ini.
Namun, besar kecilnya capaian variabel ini juga sangat bergantung pada ketersediaan dosis vaksin yang disuplai oleh pemerintah pusat.
Tak hanya itu, tidak semua provinsi memiliki sumber daya yang sama. Di kasus provinsi ini, tertekannya BOR salah satunya adalah akibat semakin ditambahnya kapasitas faskes, seperti tempat tidur pasien, rumah sakit rujukan, tempat isolasi mandiri baru, dan oksigen.
Tentu, semua ini bisa dicapai dengan dukungan penuh dari pemerintah pusat. Apabila DKI Jakarta yang memiliki sumber daya relatif lebih besar dibandingkan provinsi lain saja baru bisa berhasil dengan bantuan pusat, tentu provinsi lain dengan sumber daya lebih kecil sangat membutuhkan dorongan yang sama.
Selain itu, tren positif ini juga perlu disikapi dengan penuh kehati-hatian. Sebab, terkendalinya situasi Covid-19 di DKI Jakarta ini bukanlah suatu garis finis, melainkan suatu keadaan dinamis yang bisa sewaktu-waktu berubah.
Karena itu, apabila lengah sedikit saja, bukan tidak mungkin DKI Jakarta nantinya akan kembali jatuh ke jurang krisis pandemi. Apalagi, masih ada ancaman nyata dari varian-varian baru virus SARS-CoV-2, seperti varian Mu yang mulai meluluhlantakkan beberapa negara. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Jawa-Bali Tetap Harus Waspada