Indeks Pengendalian Covid-19 merekam ada perbaikan penanganan pandemi di daerah-daerah luar Jawa-Bali. Namun, perbaikan pengendalian belum terjadi secara merata pada berbagai aspek.
Oleh
Dedy Afrianto
·5 menit baca
Sebagian besar daerah di luar Jawa-Bali menunjukkan perbaikan dalam pengendalian Covid-19, beberapa pekan terakhir. Namun, perbaikan pengendalian belum terjadi secara merata pada berbagai aspek. Evaluasi dan intervensi kebijakan dibutuhkan untuk mencapai perbaikan pada sejumlah indikator.
Perbaikan pengendalian Covid-19 di luar Pulau Jawa dan Bali bergerak linier dengan kondisi di Jawa dan Bali dalam beberapa pekan terakhir. Daerah-daerah di Pulau Sumatera hingga Papua sebagian besar berhasil mencatatkan perbaikan dalam pengendalian Covid-19 dibandingkan dengan kondisi pandemi pada Juli 2021.
Berdasarkan penghitungan indeks per 6 September 2021, sebanyak 12 dari 27 provinsi di luar Jawa-Bali telah berhasil mencatatkan skor pengendalian di atas rata-rata nasional sebesar 69. Artinya daerah-daerah ini telah mencatatkan kondisi pengendalian yang lebih baik dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia.
Provinsi Maluku Utara menjadi daerah dengan skor indeks tertinggi (82) untuk daerah di luar Jawa-Bali. Daerah ini memperoleh skor yang relatif baik pada aspek manajemen infeksi ataupun manajemen pengobatan. Padahal, jika dibandingkan dengan tujuh pekan sebelumnya atau pada saat Indonesia berhadapan dengan tingginya laju penambahan kasus, Maluku Utara adalah 1 dari 11 provinsi di luar Jawa-Bali yang mengalami perburukan dan berada di bawah rata-rata skor nasional.
Tingginya skor yang diraih oleh Maluku Utara tidak terlepas dari perbaikan yang dilakukan pada hampir seluruh indikator. Satu-satunya indikator yang mengalami stagnasi atau bergerak lambat ialah laju vaksinasi. Maluku Utara merupakan daerah kedua di Indonesia yang mencatatkan persentase vaksinasi dosis kedua terendah di Indonesia jika dibandingkan dengan populasi di wilayah itu.
Hingga 6 September 2021, hanya 6,8 persen penduduk di wilayah ini yang telah menerima vaksin dosis kedua. Kondisi ini tentu menjadi alarm dan perlu perhatian khusus agar tidak terjadi ledakan kasus yang menyebabkan tingginya kematian di tengah upaya perbaikan pengendalian yang telah dilakukan.
Secara keseluruhan, pengendalian Covid-19 di luar Jawa-Bali dapat dilihat berdasarkan empat klasifikasi. Pertama, daerah yang konsisten mencatatkan perbaikan pengendalian Covid-19. Selama delapan pekan terakhir, hanya tiga provinsi yang konsisten menunjukkan perbaikan di luar Jawa-Bali, yakni Bengkulu, Kepulauan Riau, dan Papua Barat. Ketiga provinsi ini juga mencatatkan skor di atas rata-rata nasional.
Sama seperti Maluku Utara, ketiga daerah ini juga sempat mengalami perburukan kondisi pengendalian Covid-19 pada Juli lalu. Walakin, secara perlahan daerah-daerah ini berhasil menunjukkan perbaikan dalam berbagai indikator, seperti laju penambahan kasus, angka kematian, dan kesembuhan.
Meskipun konsisten menunjukkan perbaikan, sejumlah aspek masih perlu memperoleh perhatian khusus untuk ketiga daerah ini. Pada daerah Bengkulu dan Papua Barat, rendahnya vaksinasi dosis lengkap perlu menjadi catatan khusus. Baru 1 dari 10 orang di kedua wilayah ini yang menerima vaksin dua dosis.
Sementara bagi Kepulauan Riau, upaya perbaikan perlu difokuskan pada manajemen pengobatan, khususnya pada tingkat keterisian tempat tidur khusus Covid-19 yang masih terisi hampir sepertiga dari total kapasitas hingga 6 September 2021. Kepulauan Riau menjadi daerah keenam dengan tingkat keterisian tempat tidur khusus Covid-19 tertinggi di Indonesia dan ketiga tertinggi di Sumatera setelah Aceh dan Bangka Belitung.
Klasifikasi kedua ialah daerah-daerah yang mencatatkan perbaikan pengendalian secara tidak konsisten. Artinya, pada suatu waktu pengendalian pandemi mengalami stagnasi, bahkan perburukan dibandingkan pekan sebelumnya. Kondisi ini dialami oleh sebagian besar (17 provinsi) daerah-daerah di luar Jawa-Bali.
Selama delapan pekan terakhir, stagnasi pernah dialami oleh Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, dan Maluku Utara. Laju perbaikan pengendalian pada keempat wilayah ini sempat terhenti meskipun tidak mengalami perburukan.
Pada daerah Nusa Tenggara Barat, misalnya, pernah mengalami stagnasi pada pekan terakhir Juli dan awal Agustus 2021. Indikator yang memengaruhi turunnya skor pengendalian adalah aspek manajemen pengobatan yang dipengaruhi oleh total kesembuhan dan tingkat kematian. Di sisi lain, aspek manajemen infeksi berhasil mengalami perbaikan.
Kondisi ini menegaskan bahwa di tengah perbaikan pengendalian, perburukan masih sangat mungkin terjadi pada setiap aspek dan indikator. Oleh karena itu, setiap daerah tidak boleh lengah di tengah perbaikan yang berhasil dicapai.
Di tengah membaiknya kondisi sebagian daerah, perhatian khusus perlu diberikan pada daerah lainnya di luar Jawa-Bali yang masuk pada klasifikasi ketiga, yakni daerah yang mengalami gelombang naik-turun perbaikan pengendalian Covid-19 selama delapan pekan terakhir.
Ada enam provinsi yang masuk kategori ini, yakni Bangka Belitung, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara. Artinya, daerah-daerah ini belum menunjukkan konsistensi dalam mengendalikan pandemi.
Dari keenam wilayah ini, gelombang naik-turun yang cukup signifikan dialami wilayah Kalimantan Utara. Daerah ini pernah mengalami perburukan pengendalian pandemi pada pekan ketiga Juli yang ditandai penurunan skor indeks dari 53 menjadi 47. Perbaikan pengendalian berhasil dicapai pada pekan berikutnya dan kembali memburuk pada pekan pertama Agustus.
Kondisi ini tidak terlepas dari memburuknya situasi pada aspek manajemen pengobatan yang dipengaruhi oleh tingkat keterisian tempat tidur Covid-19 dan angka kematian. Beberapa indikator tersebut perlu menjadi catatan khusus mengingat hingga 6 September lalu Kalimantan Utara masih menjadi daerah dengan skor indeks terendah dibandingkan dengan daerah lainnya di Pulau Kalimantan.
Kategori terakhir ialah daerah yang mengalami tren perburukan pengendalian pandemi. Aceh menjadi satu-satunya provinsi yang masuk kategori ini. Selama tujuh pekan, skor indeks pengendalian Covid-19 di Aceh selalu mengalami perburukan, yakni dari 55 pada 19 Juli 2021 menjadi 29 pada 30 Agustus 2021.
Harapan perbaikan mulai tampak dengan kenaikan skor indeks untuk pertama kali pada 6 September 2021. Namun, dengan raihan skor 37, Aceh masih menjadi daerah dengan skor pengendalian Covid-19 terendah di Indonesia, baik pada aspek manajemen infeksi maupun pengobatan.
Seluruh indikator perlu menjadi perhatian bagi Aceh, seperti upaya menekan kematian akibat Covid-19, antisipasi laju penularan, upaya peningkatan kesembuhan, dan memperbaiki laju vaksinasi. Jika tidak, Aceh akan terjebak dalam situasi pandemi. (LITBANG KOMPAS)