Minat Perusahaan Mengikuti Vaksinasi Gotong Royong
Vaksin Gotong Royong merupakan vaksin berbayar bagi pekerja dan keluarganya yang biayanya ditanggung oleh perusahaan atau badan hukum ini merupakan bagian dari upaya untuk mencapai target kekebalan komunitas.
Vaksinasi Gotong Royong telah berjalan tiga bulan dan sudah mencakup seluruh provinsi. Vaksin berbayar bagi pekerja dan keluarganya yang biayanya ditanggung oleh perusahaan atau badan hukum ini merupakan bagian dari upaya untuk mencapai target kekebalan komunitas.
Dalam pelaksanaannya, sejauh ini program Vaksinasi Gotong Royong lebih diminati oleh perusahaan di Pulau Jawa. Namun, Vaksinasi Gotong Royong bisa lebih efektif jika menyasar perusahaan-perusahaan di wilayah remote yang termasuk dalam zona merah penularan.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19 menetapkan ada dua kegiatan vaksinasi untuk mengurangi transmisi atau penularan Covid-19.
Yang pertama adalah kegiatan yang disebut Vaksinasi Program bagi masyarakat yang pendanaannya ditanggung atau dibebankan kepada pemerintah. Vaksinasi Program dari pemerintah ini gratis bagi masyarakat.
Yang kedua adalah Vaksinasi Gotong Royong (VGR) bagi karyawan/karyawati, keluarga, dan individu lain terkait dalam keluarga yang pendanaannya ditanggung atau dibebankan pada badan hukum atau badan usaha. Besaran tarif maksimal atas pelayanan VGR ini ditetapkan oleh menteri.
Ada dua komponen biaya dalam VGR. Komponen pertama adalah biaya atas vaksin sebesar Rp 321.660 yang sudah bebas PPN. Komponen kedua adalah biaya penyuntikan yang besarnya Rp 117.910.
Dengan demikian, setiap sekali penyuntikan, perusahaan akan dikenai biaya Rp 439.570 per satu orang. Untuk vaksin lengkap dua kali penyuntikan biayanya menjadi Rp 879.140.
Jenis vaksin Covid-19 yang digunakan untuk VGR harus berbeda dengan jenis vaksin yang digunakan untuk Vaksinasi Program. Pilihan jatuh pada vaksin Sinopharm buatan China yang memiliki efikasi 78 persen dan dinilai cukup ampuh melindungi dari virus varian Delta.
Target jumlah dosis yang ditetapkan dalam VGR ini adalah 7,5 juta dosis. Sejak dilaksanakan pada 18 Mei 2021, penyuntikan dosis pertama VGR hingga 2 September 2021 sudah mencapai 827.577 dosis atau sama dengan 11 persen dari target dosis yang ditetapkan.
Sedangkan penyuntikan dosis kedua sebanyak 512.627 dosis atau 6,8 persen. Dengan keseluruhan jumlah penyuntikan dosis pertama dan kedua ini, artinya terdapat dana sekitar Rp 589,11 miliar yang sudah dikeluarkan perusahaan untuk memvaksin pekerja dan keluarganya.
Sebaran pelaksanaan VGR ini masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dengan porsi hampir 60 persen. Hal ini berarti perusahaan-perusahaan di Pulau Jawa lebih berminat dan lebih mampu berpartisipasi dalam program vaksin berbayar.
Perusahaan-perusahaan di DKI Jakarta paling banyak ambil bagian dalam VGR. Sudah 200.501 orang yang menerima dosis pertama Sinopharm di Jakarta pada 2 September 2021 atau setara dengan 24,2 persen dari total suntikan dosis pertama.
Disusul kemudian Jawa Barat di urutan kedua dengan 133.332 dosis pertama atau 16,1 persen. Selanjutnya Jawa Timur 7,2 persen dan Banten 6,4 persen. Di luar Jawa, peminat terbanyak VGR adalah Kalimantan Timur sebanyak 11,8 persen, Sulawesi Tengah 3,8 persen, dan Riau 3,4 persen.
Target dan pencapaian VGR ini lebih kecil dibandingkan Vaksinasi Program yang dikebut pemerintah.
Target dan pencapaian VGR ini lebih kecil dibandingkan Vaksinasi Program yang dikebut pemerintah. Penerima Vaksinasi Program ditargetkan sebanyak 208,26 juta orang dan per 2 September 2021 realisasinya sudah mencapai 31 persen untuk penerima dosis pertama dan 17,7 persen untuk penerima dosis kedua. Jumlah 100 juta dosis vaksin (dosis satu dan dua) sudah tercapai pada awal September ini.
Baca juga: Stok Cukup, Perusahaan Masih Bisa Daftar Vaksin Gotong Royong
Realisasi rendah
Meski target penerima VGR tidak banyak, biaya yang dikeluarkan seluruh perusahaan yang berpartisipasi akan mencapai Rp 3,3 triliun jika keseluruhan target terpenuhi. Akan tetapi, realisasi pencapaian VGR hingga saat ini relatif masih rendah, yaitu kurang dari 20 persen dari target.
Ada beberapa hal yang bisa menjelaskan mengapa realisasi pelaksanaan VGR masih terbilang rendah. Pertama, pekerja yang juga merupakan masyarakat umum memiliki opsi mengikuti program vaksinasi yang gratis dari pemerintah yang ketersediaannya saat ini sangat mudah dan digencarkan sehingga VGR hanya merupakan opsi tambahan jika diupayakan perusahaan tempatnya bekerja.
Kedua, keikutsertaan dalam VGR sangat tergantung pada kondisi keuangan perusahaan untuk mengalokasikan dana dan kemauan perusahaan untuk mendaftarkan pekerjanya dalam program vaksin berbayar. Jadi ada faktor kemampuan dan kemauan dari pihak perusahaan.
Perusahaan yang mampu dan mau mengikuti VGR dapat segera mendaftarkan pekerja dan keluarganya dibantu organisasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin).
Peran Kadin adalah membantu registrasi kebutuhan VGR suatu badan hukum atau badan usaha swasta dan melaporkannya kepada PT Bio Farma, sebagai distributor vaksin gotong royong.
Perusahaan seperti apa yang menjadi sasaran VGR? Perusahaan yang sebaiknya mengikuti VGR terutama adalah perusahaan yang berada di zona merah penularan, sesuai yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.
Jenis perusahaannya adalah yang menunjang pertumbuhan ekonomi, sangat dibutuhkan masyarakat, bersifat padat karya, dan yang operasionalnya melakukan kontak dengan banyak orang sehingga memiliki risiko penularan virus sangat tinggi.
Ketiga, menyangkut preferensi jenis vaksin yang diinginkan pekerja. Jenis vaksin yang digunakan dalam program vaksin berbayar harus berbeda dengan vaksin yang digunakan dalam vaksinasi program pemerintah. Hanya ada satu pilihan vaksin, yaitu Sinopharm. Hal ini bisa saja memengaruhi preferensi seseorang terhadap vaksin yang ingin digunakan.
Jenis vaksin yang digunakan pemerintah dalam program vaksinasi gratis sekarang sudah beragam. Dari beberapa bulan pertama yang hanya didominasi oleh vaksin Sinovac, pilihan vaksin yang tersedia sekarang lebih beragam.
Selain Sinovac, sekarang sudah ada vaksin AstraZeneca, Moderna, Novavax, dan Pfizer. Masyarakat bisa memilih vaksin yang ingin digunakan dengan berbagai alasan pertimbangan, tergantung juga pada kemudahan mendapatkannya.
Baca juga: Mencermati Mekanisme Vaksinasi Gotong Royong
Wilayah ”remote”
Selain itu, ada perbedaan lain yang menjadi kekhususan VGR, yaitu soal fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakan vaksinasi berbayar ini. Fasilitas pelayanan kesehatan yang untuk VGR bukanlah tempat pelayanan yang menyelenggarakan vaksinasi program pemerintah. VGR bisa dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang bekerja sama dengan perusahaan atau fasilitas pelayanan kesehatan milik perusahaan sendiri.
Perusahaan bisa melakukan VGR di fasilitas pelayanan kesehatan yang dimilikinya sendiri jika memenuhi sejumlah persyaratan. Persyaratan tersebut antara lain memiliki izin operasional dari menteri sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Selain itu juga memiliki tenaga kesehatan pelaksana vaksinasi Covid-19 dan sarana rantai dingin (cold chain) sesuai dengan jenis vaksin Covid-19 yang digunakan. Dalam pelaksanaannya harus berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat.
Jika persyaratan ini terpenuhi, perusahaan bisa hanya membeli produk/vaksin dan melakukan VGR di fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki. Hal ini bisa menjadi suatu kemudahan bagi pekerja untuk mau divaksin.
Model VGR yang seperti ini cocok dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang berada jauh dari fasilitas layanan kesehatan umum. Terutama perusahaan yang berada di daerah pedalaman dan terpencil atau wilayah remote, tetapi menjadi daerah zona merah penularan.
Perusahaan-perusahaan yang berada di wilayah remote, seperti di luar Pulau Jawa, bisa menjadi sasaran VGR karena memberi kemudahan kepada pekerja dan keluarganya untuk divaksin.
Pekerja dan keluarganya tidak mesti datang ke fasilitas layanan kesehatan umum, yang mungkin lokasinya cukup jauh, untuk bisa divaksin. Jika model VGR ini dilakukan di wilayah remote, percepatan program vaksinasi untuk kekebalan komunitas akan mudah dilakukan. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Vaksinasi Gotong Royong, Harapan di Titik Rendah Vaksinasi