Eksistensi Radio Menghibur Pendengar di Era Digital
Menghadapi transformasi digital, radio terus bertahan dan beradaptasi dengan berbagai strategi. Dengan kanal-kanal media baru, radio turut menjajakinya dengan mengisi beragam konten yang diminati masyarakat.
Oleh
DEBORA LAKSMI INDRASWARI/LITBANG KOMPAS
·4 menit baca
Di tengah berkembangnya kanal media baru berbasis internet, radio tetap eksis menyapa pendengar. Meski demikian, adaptasi dan inovasi sesuai dengan perkembangan zaman terus dibutuhkan agar tetap bertahan.
Seiring dengan berkembangnya internet, banyak kanal media baru bermunculan. Perkembangan ini juga mengubah pola konsumsi informasi dan hiburan warga dunia. Konsumen tidak lagi menerima begitu saja apa yang disajikan media, tetapi bisa mencari sesuai kebutuhan dan keinginan.
Jumlah pengguna internet dan kanal media digital pun terus meningkat. Menurut laporan We Are Social 2021, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta orang atau 73,7 persen dari total penduduk, meningkat 15,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Lebih dari separuh penduduk usia dewasa telah mengonsumsi konten digital melalui Youtube, aplikasi pemutar musik daring, media sosial, dan Podcast setiap bulan.
Hal tersebut menjadi tantangan bagi media konvensional seperti radio. Menghadapi transformasi digital, radio terus bertahan dan beradaptasi dengan berbagai strategi. Dengan kanal-kanal media baru, radio turut menjajakinya dengan mengisi beragam konten yang diminati masyarakat.
Misalnya dengan menayangkan siaran radio melalui Youtube atau menyimpan rekaman siaran lalu dipublikasikan dalam aplikasi digital (radio catch-up) sehingga pendengar dapat memilih konten yang ingin didengarkan.
Masih diminati
Pilihan lainnya juga disajikan dengan menyediakan layanan streaming stasiun radio. Layanan ini sangat diterima masyarakat. Dalam laporan We Are Social 2021, 52,1 persen masyarakat berusia 16 sampai 64 tahun mendengarkan siaran radio secara streaming setiap bulan.
Beragam strategi bertahan itu cukup berhasil. Radio masih diminati masyarakat lintas generasi. Hal ini terpotret dari jajak pendapat Kompas, 18-20 Agustus 2021 lalu.
Hasilnya, 45 persen responden menyebutkan masih mendengarkan radio. Di masa pandemi Covid-19, 38 persen responden masih meluangkan waktu menikmati siaran radio, setidaknya satu atau dua hari dalam seminggu. Bahkan, 13,6 persen responden melakukannya hampir setiap hari. Rumah menjadi tempat yang pas untuk menikmati siaran radio seperti pengakuan 65 persen responden, apalagi saat pemerintah menganjurkan untuk ”di rumah saja”.
Penikmat program-program radio juga tidak terbatas usia atau generasi. Gen Z dan gen Y atau milenial juga rutin mendengarkan radio. Kelompok ini mengisi 35,7 persen proporsi pendengar radio. Sisanya 64,3 persen pendengar radio terdiri dari gen X, baby boomers, dan silent gen dengan proporsi terbesar pada gen X, yaitu 48,2 persen.
Minat terhadap radio dari berbagai kelompok usia ini didorong oleh beragam program radio yang menyasar setiap segmen kelompok masyarakat. Tidak hanya program berdasarkan minat dan usia, tetapi juga orientasi kedaerahan.
Dengan berkembangnya teknologi digital, program siaran tidak hanya dapat dinikmati melalui perangkat radio tradisional. Siaran radio kini bisa didengarkan di gawai. Bahkan, ada aplikasi radio yang menyiarkan semua frekuensi stasiun radio dan aplikasi khusus masih-masing stasiun radio. Siaran radio juga bisa dinikmati melalui situs internet tertentu. Inovasi-inovasi tersebut memudahkan pendengar mengakses siaran dengan lebih bebas.
Dari hasil jajak pendapat Kompas, tujuh dari sepuluh responden masih memilih menggunakan radio antena berbentuk fisik ataupun radio di mobil. Namun, banyak pula yang sudah menggunakan aplikasi radio di gawai dan streaming melalui situs internet.
Informasi dan musik
Salah satu alasan yang membuat pendengar setia bertahan menikmati program radio adalah kebutuhan akan informasi atau berita. Hal ini diutarakan hampir separuh responden.
Radio memang masih menjadi media sumber informasi akurat yang dibutuhkan publik. Perannya semakin terasa saat pandemi Covid-19. Informasi dan berita yang disampaikan melalui radio cukup menjadi acuan masyarakat untuk mengikuti perkembangan Covid-19. Survei Badan Pusat Statistik (BPS) tentang Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi pada September 2020 mencatat 24,8 persen responden mendapatkan informasi tentang pencegahan Covid-19 dari radio.
Selain itu, radio juga rutin menyiarkan berita terbaru ataupun informasi yang bersifat kedaruratan seperti informasi lalu lintas, bencana atau peristiwa tertentu lainnya. Hal ini sesuai kebiasaan enam dari sepuluh responden pendengar radio yang menjadikan radio sebagai teman di waktu senggang maupun saat berkegiatan.
Terkadang program radio menjadi hiburan tersendiri bagi pendengarnya. Pendengar bebas mengimajinasikan suara yang didengar dari radio. Tak salah jika Steve Allen, tokoh hiburan AS, menyebut, radio sebagai panggung pikiran (theatre of the mind).
Separuh responden mengakuinya. Sensasi mendengarkan siaran musik dari radio tidak tergantikan. Siaran musik acak diselingi obrolan penyiar ataupun interaksi dengan pendengarnya, radio setia menemani hari-hari pendengarnya.
Kekhasan inilah yang perlu dipertahankan sebagai daya tarik radio di tengah tingginya persaingan media dan perubahan zaman.