Musim Saham Perdana di Masa Pandemi
Pergerakan di bursa saham Indonesia pada masa pandemi mencatat sejarah dan prestasi. Indeks Harga Saham Gabungan berfluktuasi, cenderung naik.

Investor mengamati pergerakan indeks jelang penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia tahun 2020 di Jakarta, Rabu (30/12/2020).
Pergerakan di bursa saham Indonesia pada masa pandemi mencatat sejarah dan prestasi. Indeks Harga Saham Gabungan berfluktuasi, cenderung naik. Perusahaan yang pertama kali melantai di Bursa Efek Indonesia bertambah.
Bahkan, aksi penawaran saham perdana ke publik ini di kawasan ASEAN tergolong yang terbanyak. Dengan bertambahnya perusahaan terdaftar, perdagangan saham meningkat. Begitu juga jumlah investor.
Tanggal 6 Agustus 2021 lalu menjadi salah satu hari bersejarah dalam aktivitas perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan teknologi PT Bukalapak.com Tbk mencatatkan penawaran perdana saham (Initial Public Offering/IPO) di papan pengembangan BEI sebagai perusahaan yang ke-28 tahun ini.
Bukalapak menawarkan harga pada nilai Rp 850 per lembar dengan jumlah saham yang dicatatkan sebanyak lebih dari 102 miliar lembar saham.
Di penutupan perdagangan hari itu harga saham Bukalapak naik 25 persen menjadi Rp 1.060 per lembar. Nilai kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 87,6 triliun atau tidak kurang dari 6 miliar dollar Amerika Serikat.

Dilihat dari jumlah saham yang dicatatkan dan nilai kapitalisasi yang dicapai, IPO Bukalapak merupakan yang terbesar sepanjang tahun ini. Saham Bukalapak banyak diminati investor karena reputasi perusahaan rintisan ini yang sudah berdiri sejak 10 tahun yang lalu.
Bukalapak merupakan perusahaan perdagangan dengan platform dalam jaringan dan luar jaringan dengan lebih dari 100 juta pengguna, melayani lebih dari 6 juta pelanggan dan bermitra dengan 6,9 juta rekan Mitra Bukalapak.
Dengan masuknya Bukalapak ke papan bursa, berarti sudah tercatat sebanyak 28 perusahaan baru di BEI sepanjang tahun. Jumlah ini sudah lebih dari separuh jumlah perusahaan yang IPO tahun 2020 lalu.
Pada 2020 tercatat sebanyak 51 perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana ke publik. Jumlah ini menjadi yang terbanyak di ASEAN. Di tengah situasi pandemi Covid-19, minat perusahaan masuk ke lantai bursa rupanya tidak surut.

Tangkapan layar foto jajaran manajemen PT Bukalapak.com Tbk pada acara Public Expose Penawaran Saham Perdana PT Bukalapak.com Tbk, Jumat (9/7/2021).
Jumlah ini hanya turun sedikit dibandingkan tahun 2019 yang belum diterjang pandemi. Tahun 2019 terdapat 55 perusahaan yang melakukan IPO di BEI.
Hingga akhir tahun 2020, tercatat sebanyak 713 perusahaan yang terdaftar di BEI. Aktivitas perdagangan di BEI mengalami peningkatan frekuensi secara rata-rata harian. Dengan demikian, likuiditas perdagangan saham di BEI menjadi tinggi dibandingkan dengan bursa-bursa lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Nilai kapitalisasi pasar saham-saham di BEI pada akhir 2020 mencapai Rp 6.970 triliun. Dengan masuknya 28 perusahaan yang IPO, nilainya per 6 Agustus 2021 naik 7,4 persen menjadi Rp 7.485 triliun.
Sepanjang tahun 2020, jumlah investor di pasar modal Indonesia meningkat sebesar 56 persen menjadi 3,87 juta single investor identification (SID). Investor ini terdiri atas investor saham, obligasi, ataupun reksadana. Pada akhir 2019, jumlahnya 2,48 juta investor.
Baca Juga: Resmi Melantai di BEI, Pembeli Saham Bukalapak Hampir 100.000 Investor
Manfaat IPO
Bukalapak merupakan salah satu unicorn asli Indonesia yang resmi mencatatkan sahamnya di BEI. Rencana IPO juga datang dari perusahaan rintisan asli Indonesia lainnya, seperti Gojek dan Tokopedia (yang sudah bergabung ke dalam bentuk GoTo Group). Sementara Traveloka berencana mencatatkan perdana sahamnya di bursa Amerika Serikat.
Penawaran saham ke publik atau yang biasa disebut juga dengan go public merupakan langkah perusahaan untuk mendapatkan akses pendanaan. Dengan menjadi perusahaan yang terbuka kepada publik, perusahaan dapat menarik investor strategis untuk ikut berinvestasi pada saham perusahaan.
Kemudahan itu harus diimbangi dengna keterbukaan informasi yang menjadi tuntutan dari otoritas. Keterbukaan itu tak lain agar pihak perusahaan mendapat kepercayaan dari publik dan sumber pembiayaan, seperti perbankan atau institusi keuangan lainnya.

Selain soal kepercayaan, manfaat yang juga diperoleh perusahaan terbuka ialah memiliki sumber pendanaan yang beragam. Hal tersebut oleh karena perusahaan memiliki akses untuk menerbitkan surat utang, baik yang jangka pendek maupun jangka panjang.
Perusahaan terbuka juga akan memperoleh penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan (corporate income tax) sebesar 5 persen jika memenuhi persyaratan, di antaranya dengan kepemilikan publik di atas 40 persen dan dimiliki minimal oleh 300 pemegang saham, yang kepemilikannya tidak melebihi 5 persen.
Selain bagi perusahaan, para pemegang saham juga dapat memperjualbelikan sahamnya di BEI dengan tarif pajak hanya 0,1 persen selama memenuhi ketentuan yang berlaku.
Sejak perusahaan mencatatkan dirinya di bursa, kinerja operasional dan keuangannya akan menjadi sorotan publik. Setiap kegiatannya akan berdampak pada harga saham dan kapitalisasi pasar. Dua indikator ini akan menentukan seberapa berharga suatu perusahaan di mata publik, terutama investor.
Turun atau naiknya nilai perusahaan ini juga dipengaruhi oleh citra yang ditampilkan perusahaan. Harga saham akan terbentuk secara alamiah mengikuti persepsi publik terhadap dinamika yang terjadi di dalam perusahaan. Publikasi terhadap aksi korporasi akan semakin gencar sebagai upaya untuk memengaruhi persepsi publik terhadap citra perusahaan.

Bendera Merah Putih berkibar di gedung Bursa Efek Indonesia, Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, Kamis (5/8/2021). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 46,38 poin atau 0,75 persen menjadi 6.205,41 pada akhir perdagangan Kamis (5/8/2021). Data pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2021 turut menopang penguatan itu.
Baca Juga: Tekanan Ekonomi dari Dua Sisi
Pergerakan IHSG
Selain prestasi dalam sejarah IPO, di masa pandemi Covid-19 ini pergerakan saham gabungan di BEI berfluktuasi dengan kecenderungan terus meningkat. Di awal tahun, pergerakan indeks dibuka dengan optimisme yang menguat.
Awal Januari, IHSG dibuka berada pada level di atas 6.000 setelah pada akhir tahun sebelumnya ditutup di bawah level 6.000. IHSG cenderung bergerak naik hingga mencapai angka tertinggi pada 13 Januari 2021, yaitu 6.435,205.

IHSG sempat turun di titik terendah sepanjang tujuh bulan terakhir, yaitu 5.760,584 pada 19 Mei 2021. Pada Mei ini, selama satu bulan penuh, IHSG berada di bawah level 6.000. Namun, di bulan berikutnya, IHSG bisa terangkat kembali di atas level 6.000 meskipun berhembus kabar dari The Fed terkait suku bunga acuan.
Bank sentral Amerika Serikat ini memberi sinyal akan menaikkan suku bunga acuannya lebih cepat sebelum tahun 2024. Kenaikan suku bunga The Fed ini dikhawatirkan akan berdampak pada keluarnya aliran dana dari negara-negara emerging market seperti Indonesia.
Adapun kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat di awal Juli tidak membuat IHSG terpuruk. Perdagangan di BEI masih bergerak di dalam zona positif.
Di periode Juni-Juli, ketika virus Covid-19 varian Delta menyebabkan terjadinya lonjakan kasus, IHSG mampu mencapai kembali level 6.000 meskipun belum bisa ke titik tertinggi seperti di awal tahun 2021.

IHSG menyentuh level psikologis 6.200 pada 5 Agustus 2021. Pada hari itu, IHSG tercatat sebesar 6.205,417. Namun, sehari setelahnya, yakni pada saat Bukalapak melakukan IPO, IHSG sedikit terkoreksi menjadi 6.203,401. Dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2020, IHSG pada 5 Agustus 2021 meningkat 3,8 persen.
Pergerakan IHSG di zona yang positif pada masa pandemi ini menunjukkan bursa saham mampu beradaptasi dengan tantangan yang ada. Kondisi pasar modal di tahun 2021 sudah lebih baik dibandingkan dengan 2020 ketika IHSG dominan berada di zona negatif, bertengger di bawah level 5.000.
Kemampuan saham bergerak lebih positif tidak terlepas dari kebijakan pemerintah dalam pengendalian penularan virus. Pelaksanaan vaksinasi Covid-19 tampak jelas mendukung menguatnya indeks saham selama tahun 2021. Program vaksinasi memberi harapan. Oleh sebab itu, momentum euforia masyarakat menerima vaksin harus tetap dijaga. (LITBANG KOMPAS)