Berbagi Solidaritas Bersama Orang dengan HIV
Semangat berbagi dukungan dan solidaritas dapat mendukung orang dengan HIV untuk tetap bisa hidup sehat, bisa produktif, hingga bisa berprestasi.
Jumlah kasus HIV di Indonesia yang terus bertambah tiap tahunnya membutuhkan skema penanggulangan yang terpadu dan terukur. Di luar itu, dibutuhkan juga solidaritas dari berbagai elemen untuk berkontribusi dalam mencegah, mengobati, dan menguatkan orang dengan HIV dan orang dengan AIDS.
Upaya penanggulangan HIV/AIDS tidak boleh luput dari perhatian meskipun pandemi Covid-19 masih berlangsung di Indonesia. Justru, di tengah situasi pandemi solidaritas harus diperkuat untuk membantu orang dengan HIV untuk menjalani pengobatan. Semangat solidaritas ini tidak boleh runtuh demi mencapai cita-cita three zeroes pada 2030.
Three zeroes merupakan target untuk mengakhiri epidemi HIV dan AIDS pada 2030. Tujuannya yakni tidak ada lagi penularan infeksi baru HIV (zero new infection), tidak ada lagi kematian akibat AIDS (zero AIDS related deaths), dan tidak ada lagi stigma dan diskriminasi kepada orang dengan HIV/AIDS (zero discrimination).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus baru HIV di Indonesia sepanjang 2020 sebesar 41.987 kasus dan kasus baru AIDS sebanyak 8.639 kasus. Angka ini menambah jumlah secara kumulatif. Jumlah kasus HIV secara kumulatif hingga tahun 2020 mencapai 419.551 kasus dan kasus AIDS kumulatif sebanyak 129.740 kasus.
Dari data tersebut dapat ditunjukkan bahwa Indonesia menyumbang kasus HIV sebesar 1,11 persen secara global. Namun bukan hanya dari aspek jumlah semata, perkembangan jumlah kasus juga berarti bertambah banyaknya populasi orang dengan HIV di Indonesia dengan segala tantangan permasalahan kesehatan, sosial, dan ekonomi.
Kondisi ini membutuhkan kolaborasi dan kerjasama antar pemangku kepentingan baik di tingkat pusat dan daerah seperti kementerian/lembaga bersama komunitas dan masyarakat. Hal itu dibutuhkan untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan, menebalkan pemahaman masyarakat dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk merawat dan mengendalikan HIV dan AIDS.
Kolaborasi berbagai pihak dalam menanggulangi HIV terlihat dari berbagai aksi yang dilakukan. Salah satunya, Yayasan KNCV Indonesia (YKI) dan Yasasan Kasih Suwitno (YKS) membantu Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan dalam mengimplementasi kegiatan Bulan Viral Load HIV 2020.
Pemeriksaan viral load atau kandungan virus pada orang terinfeksi HIV merupakan rekomendasi WHO sebagai metode untuk memonitor efektivitas pengobatan terapi antiretrovival (ARV) pada orang dengan HIV. Kegiatan ini berlangsung dari Juli hingga Desember 2020 dengan menargetkan sebanyak 41 ribu orang dengan HIV dan AIDS di 105 kabupaten/kota di Indonesia.
Pada pelaksanaannya, sampel viral load dikirimkan menggunakan aplikasi SITRUST HIV yang dikembangkan oleh Yayasan KNCV Indonesia. Aplikasi tersebut membantu proses transportasi spesimen viral load dan pelaporan hasil pemeriksaan ke aplikasi rekap kohort program HIV nasional. Dengan adanya viral load yang tersupresi atau pengobatan berhasil, maka virus tidak berpotensi menularkan ke pasangannya.
Peningkatan cakupan pemeriksaan viral load ini terlaksana dari proyek AMPUH dengan dana yang bersumber dari the Global Fund dengan melibatkan sejumlah pihak. Adanya kegiatan ini menggambarkan bahwa betapa pentingnya peran dari berbagai pihak dalam menanggulangi HIV atau AIDS.
Upaya pemeriksaan viral load tersebut merupakan salah satu upaya dalam strategi Fast Track 90-90-90. Strategi ini meliputi percepatan pencapaian 90 persen orang mengetahui status HIV melalui tes atau deteksi dini, 90 persen orang dengan HIV memulai terapi ARV, dan 90 persen yang melaksanakan terapi ARV berhasil menekan jumlah virusnya sehingga mengurangi kemungkinan penularan.
Solidaritas
Hal mendasar yang bisa dilakukan untuk mencapai target three zeroes yakni melakukan pencegahan. Salah satu caranya yakni dengan meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mengenai pencegahan dan pengendalian HIV atau AIDS kepada masyarakat luas. Upaya ini bisa dilakukan oleh berbagai pihak dan berbagai cara.
Sebelum pandemi, edukasi banyak dilakukan secara langsung. Misalnya, masyakarat Kabupaten Kediri pada 2018 menggelar karnaval sebagai sarana sosialisasi pencegahan penularan HIV atau AIDS. Sambil membawa poster dan spanduk, masyarakat mengenakan pakaian dan dandanan yang unik. Acara ini diikuti oleh berbagai kalangan mulai dari komunias, pelajar, mahasiswa, warga desa, bahkan pegawai puskesmas se-Kabupaten Kediri.
Selain sosialisasi pencegahan penularan, gerakan mandiri masyarakat tersebut juga digelar untuk mempromosikan tes, pengobatan HIV, serta mengurasi stigma dan diskriminasi kepada orang yang hidup dengan HIV. Aksi masyarakat yang berkolaborasi dengan pemerintah daerah ini merupakan aksi solidaritas untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap HIV/AID.
Cara berbeda dilakukan ketika dalam kondisi pandemi. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sukabumi pada Desember 2020 menyelenggarakan kampanye publik pencegahan dan penanggulangan HIV atau AIDS yang disiarkan secara virtual. Selain edukasi, kampanye tersebut juga mengajak semua komponen untuk memperkuat kolaborasi dan solidaritas dalam menekan dan mengendalikan laju peningkatan kasus. Hal ini karena penyakit HIV atau AIDS berkontribusi dalam menyebabkan kematian.
Demikian juga yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski), Kelompok Studi Infeksi Menular Seksual Indonesia (KSIMSI), PT Reckitt Benckiser (RB), dan sejumlah organisasi kemahasiswaan. Mereka bersinergi menggelar webinar yang didukung oleh Kementerian Kesehatan untuk menekankan pencegahan infeksi menular seks (IMS) dan kesehatan reproduksi. Mengingat, terdapat korelasi yang tinggi antara IMS dan HIV/AIDS.
Solidaritas bersama dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam program Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) semacam ini dapat membangun kesadaran publik terkait upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Pelibatan pemanfaatan teknologi ini tidak terbatas kalangan, baik dari Warga Peduli AIDS (WPA), tokoh masyarakat, influencer, pemerintah, LSM, akademisi, maupun individu masyarakat.
Berbeda halnya cara yang dilakukan oleh Solidaritas Sosial Bandung. Komunitas ini membuat gerakan bernama Solidaritas Bagi Orang dengan HIV/AIDS Terdampak Pandemi Covid-19. Gerakan ini membantu orang dengan HIV mendapatkan pengobatan dengan bantuan komunitas sebagai kurir pengantar obat.
Konsepnya, orang dengan HIV akan menghubungi dokter atau rumah sakit untuk meminta resep obat terapi, terutama ARV. Kemudian, setelah siap, obat akan dibawa oleh anggota komunitas dan diserahkan kepada yang bersangkutan. Komunitas ini bekerja sama dengan penyedia obat dengan mengutamakan prosedur dan kerahasiaan data.
Gerakan tersebut dilatarbelakangi karena di tengah pandemi ini orang dengan HIV sulit mendapatkan terapi antiretroviral. Orang dengan HIV atau AIDS dilarang datang ke pusat layanan kesehatan berzona merah. Padahal, mereka tidak bisa berhenti mengonsumsi terapi pengobatan antiretroviral.
Selain komunitas, seniman juga tidak ketinggalan turut melakukan aksi solidaritas. Musisi Katon Bagaskara pernah menuliskan lagu “Usah Kau Lara Sendiri” yang ditujukan untuk Orang dengan HIV/AIDS dan untuk meningkatkan kesadaran masyakat agar peduli kepada orang dengan HIV atau AIDS. Lagu ini dirilis pada 2014.
Berbagai macam solidaritas yang dilakukan ini diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan dan kepedulian masyarakat. Khususnya dalam mencegah penularan virus, membantu orang dengan HIV untuk sembuh, serta menghentikan diskriminasi terhadap orang dengan HIV.
Berdaya
Terpapar virus HIV tidak membuat asa orang dengan HIV menjadi hilang. Dengan rutin menjalani terapi pengobatan ARV, orang dengan HIV tetap bisa beraktivitas normal, produktif bekerja, menjalankan usaha, bahkan dapat berkeluarga.
Contohnya, salah satu orang dengan HIV bisa bekerja di perusahaan teknologi. Perusahaan tersebut percaya akan kemampuan dan kapabilitasnya. Dengan bermodalkan aplikasi Linkedin yang memuat informasi profil pendidikan dan pengalaman, ia berhasil mengalahkan pelamar lainnya yang stabil dalam segi kesehatan.
Selain bekerja pada perusahaan, orang dengan HIV juga dapat berkiprah melalui berbagai bidang usaha yang dijalaninya. Salah satu orang dengan HIV membuka usaha berupa kedai kopi di Bandung. Meskipun sempat terpuruk sejak divonis HIV, namun ia bisa membuktikan kemandiriannya kepada keluarga, tempat kerjanya dulu, dan orang-orang di sekitarnya.
Baca juga: Antisipasi Orang dengan HIV dari Penularan Covid-19
Semangat serupa juga ditunjukkan oleh Acep Gates. Meskipun menjadi orang dengan HIV, namun ia bisa mewakili Indonesia dalam beberapa pertukaran pelajar. Kisah-kisah inspiratif dari keinginan orang dengan HIV untuk terus dapat berkarya hingga solidaritas masyarakat menjadi gambaran upaya bersama bangsa Indonesia dalam menanggulangi HIV dan AIDS.
Semangat berbagi dukungan dan solidaritas ini dapat mendukung orang dengan HIV untuk tetap bisa hidup sehat, bisa produktif, dan bisa berprestasi. Layaknya lirik dukungan dalam lagu Usah Kau Lara Sendiri, solidaritas ini dapat mengurangi beban orang dengan HIV agar tetap tegar menjalani kehidupan, sekaligus membangkitkan asa yang tersisa. (LITBANG KOMPAS)