Bulu Tangkis Penyumbang Medali Emas Terbanyak Olimpiade
Era medali emas dicanangkan pada keikutsertaan Indonesia di Olimpiade Barcelona, Spanyol, 1992. Target prestisius itu tak lepas dari pencapaian tim Indonesia di Olimpiade Seoul, Korea Selatan, pada 1988.
Oleh
DWI ERIANTO
·5 menit baca
Target emas itu akhirnya benar-benar terealisasi di Olimpiade Barcelona 1992. Dari cabang bulu tangkis, tim bulu tangkis Indonesia mengukir prestasi tertingginya pada Olimpiade itu dengan meraih 2 emas, 2 perak, dan 1 perunggu. Susi Susanti menjadi orang pertama dari Indonesia yang membuat ”Indonesia Raya” dikumandangkan dalam peristiwa puncak cabang olahraga ini.
Alan Budikusuma melengkapi kegemilangan Indonesia dengan meraih medali emas di partai final nomor tunggal putra dengan menumbangkan rekannya sendiri, Ardy B Wiranata. Ardy menyumbang medali perak untuk kontingen Indonesia di cabang tersebut. Medali perak lainnya diraih pasangan ganda putra Eddy Hartono dan Rudy Gunawan. Adapun satu-satunya perunggu direbut tunggal putra Hermawan Susanto yang kalah di semifinal tunggal putra melawan Ardy B Wiranata.
Dua medali emas itu membawa Indonesia menjadi negara Asia kedelapan yang mampu menggapai puncak tertinggi di arena Olimpiade sesudah Jepang, China, Korea Selatan, Pakistan, Iran, India, dan Korea Utara. Di klasemen akhir, Indonesia menempati urutan ke-24 atau prestasi tertinggi yang pernah diraih sepanjang keikutsertaan di ajang olahraga terakbar tersebut. Prestasi itu sekaligus menempatkan Indonesia di peringkat teratas di kawasan Asia Tenggara.
Kegemilangan Indonesia di cabang bulu tangkis terus berlanjut di Olimpiade-Olimpiade selanjutnya. Hingga Olimpiade 2016 di Brasil, bulu tangkis selalu menyumbang medali emas, kecuali pada Olimpiade 2012 di London, Inggris. Saat itu, Indonesia hanya meraih 1 perak dan 2 perunggu.
Di Olimpiade 1996, Indonesia meraih 1 emas, 1 perak, dan 2 perunggu. Hasil itu menempatkan Indonesia di urutan ke-41. Satu-satunya emas diraih pasangan ganda putra Rexy Mainaky/Ricky Subagja, sedangkan perak disumbangkan pemain tunggal putri Mia Audina. Sementara di Olimpiade Sydney 2000, Indonesia meraih enam medali yang terdiri dari 1 emas, 3 perak, dan 2 perunggu.
Perolehan di Olimpiade Sydney 2000 menempatkan Indonesia di posisi ke-37 dari 199 negara peserta sekaligus merupakan medali terbanyak yang pernah diraih Indonesia di ajang tersebut. Satu-satunya medali emas disumbang pemain bulu tangkis ganda putra Tony Gunawan dan Chandra Wijaya. Adapun dua perak dari bulu tangkis disumbang oleh tunggal putra Hendrawan dan pasangan ganda campuran Tri Kusharyanto dan Minarti Timur.
Empat tahun berselang, di Olimpiade Athena 2004, Taufik Hidayat menjadi pahlawan setelah mempersembahkan satu-satunya medali emas untuk kontingen Indonesia. Medali emas itu melengkapi tiga medali lain yang diraih kontingen Indonesia, yakni satu perak dari angkat besi dan dua perunggu dari bulu tangkis. Pencapaian itu menempatkan Indonesia di peringkat ke-48 dari 202 negara atau turun 11 peringkat dibandingkan dengan sebelumnya.
Era emas Olimpiade kembali dipertahankan Indonesia kala berpartisipasi untuk ke-13 kalinya. Di Olimpiade Beijing 2008, lagu ”Indonesia Raya” kembali berkumandang mengiringi keberhasilan Markis Kido/Hendra Setiawan meraih emas di cabang bulu tangkis ganda putra.
Di Olimpiade tersebut sebenarnya Indonesia berpeluang menambah medali emas dari cabang bulu tangkis. Namun, kesempatan meraih emas kedua gagal dimanfaatkan Nova Widianto/Liliyana Natsir. Pada final ganda campuran, pasangan tersebut kalah dari pasangan Korea Selatan, Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung, dan harus puas dengan medali perak.
Prestasi terburuk
Di ajang Olimpiade XXX di London, Inggris, yang digelar pada Juli-Agustus 2012, Indonesia mengirimkan 21 atlet terbaiknya untuk berlaga pada tujuh cabang. Tujuh cabang itu adalah renang, atletik, anggar, angkat besi, panahan, bulu tangkis, dan menembak. Cabang bulu tangkis masih menjadi tumpuan utama meraih medali.
Setelah dalam lima Olimpiade berturut-turut Indonesia selalu mendulang medali emas dari cabang olahraga bulu tangkis, tradisi itu berakhir di Olimpiade London 2012. Bahkan, Indonesia tak meraih satu medali pun di cabang andalan tersebut.
Padahal, bulu tangkis Indonesia meraih 2 emas, 2 perak, dan 1 perunggu di Barcelona 1992, kemudian 1 emas, 1 perak, dan 2 perunggu di Atlanta 1996. Di Sydney 2000, Indonesia kembali meraih 1 emas dan 2 perak, sementara di Athena 2004 mendulang 1 emas dan 2 perunggu. Di Beijing 2008, bulu tangkis Indonesia meraih 1 emas, ditambah 1 perak dan 1 perunggu.
Di ajang Olimpiade London 2012, Indonesia hanya meraih 1 perak dan 1 perunggu. Dua medali itu diraih Indonesia melalui perjuangan atlet angkat besi Triyatno dan Eko Yuli Irawan yang memboyong keping medali perak dan perunggu.
Tanpa medali emas, posisi Indonesia melorot dari pencapaian Olimpiade sebelumnya. Indonesia hanya berada di peringkat ke-63 dari 204 negara peserta. Peringkat Indonesia masih di bawah Thailand yang berada di posisi ke-57 dan berhasil mempertahankan posisi teratas di Asia Tenggara dengan 2 perak dan 2 perunggu.
Kembali era emas
Pada Olimpiade XXXI yang digelar di Rio de Janeiro, Brasil, Indonesia kembali meraih medali emas dari cabang bulu tangkis. Pencapaian itu mengembalikan tradisi medali emas kontingen Indonesia yang pernah lepas pada 2012
Di Olimpiade tersebut, Indonesia mengirimkan 28 atlet pada tujuh cabang olahraga. Ketujuh cabang itu adalah bulu tangkis, angkat besi, renang, atletik, panahan, balap sepeda BMX, dan dayung.
Indonesia menutup kiprah pada Olimpiade Rio 2016 dengan koleksi 1 medali emas dan 2 medali perak. Satu medali emas dipersembahkan pasangan pebulu tangkis ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Dua medali perak diraih lifter putri Sri Wahyuni Agustiani dan lifter putra Eko Yuli Irawan.
Medali emas di cabang bulu tangkis itu diperoleh ganda campuran andalan Indonesia, Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir, setelah memenangi final melawan ganda Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, dengan skor 21-14, 21-12, di Paviliun 4 Riocentro. Bulu tangkis Indonesia mempersembahkan medali emas tersebut tepat pada Hari Kemerdekaan 17 Agustus.
Olimpiade Tokyo
Indonesia kembali menyiapkan atlet-atlet terbaiknya untuk berlaga di Olimpiade XXXII Tokyo pada Juli ini. Sebanyak 28 atlet akan mewakili Indonesia berkompetisi pada delapan cabang olahraga, yaitu bulu tangkis (11 atlet), atletik (2 atlet), panahan (4 atlet), menembak (1 atlet), dayung (2 atlet), angkat besi (5 atlet), selancar (1 atlet), dan renang (2 atlet).
Pemerintah Indonesia telah menyiapkan bonus bagi atlet yang mampu meraih medali di Tokyo. Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto menyampaikan, atlet peraih medali emas di Olimpiade Tokyo akan mendapatkan bonus Rp 5 miliar, peraih medali perak akan diganjar bonus Rp 2 miliar, dan Rp 1 miliar bagi atlet peraih medali perunggu.
Indonesia menargetkan dua medali emas dari cabang bulu tangkis di ajang olahraga terbesar sejagat itu. Jika target terwujud, prestasi di ajang Olimpiade itu bisa menempatkan Indonesia di posisis teratas di Asia Tenggara sekaligus jadi penyemangat bagi bangsa yang tengah berjuang keluar dari pandemi Covid-19. Semoga target tercapai! (LITBANG KOMPAS)