Memenangi Dua Potensi Besar
Ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia ibarat lahan tidur yang menunggu untuk dikembangkan. Daya tariknya belum menjadi magnet kuat untuk pasar yang sudah mapan mau berhijrah.
Ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia ibarat lahan tidur yang menunggu untuk dikembangkan. Daya tariknya belum menjadi magnet kuat untuk pasar yang sudah mapan mau berhijrah.
Eksistensi lembaga keuangan syariah akan berdaya dalam mengolah lahan luas yang lama tertidur ini jika memenangkan dua potensi besar, yaitu umat Islam dan generasi milenial.
Mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2020 tentang Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), pengembangan ekonomi dan keuangan syariah difokuskan pada empat bidang, yaitu industri produk halal, industri keuangan syariah, dana sosial syariah, dan perluasan kegiatan usaha syariah.
Industri keuangan syariah sudah lebih dulu akrab dengan masyarakat lewat kehadiran bank-bank syariah, dimulai dengan Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992. Hingga kini sudah ada 14 bank syariah yang ikut berperan dalam industri perbankan nasional.
Namun, fakta berbicara bahwa sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, yang jumlahnya 229 juta jiwa atau 12 persen dari total penduduk muslim dunia, Indonesia belum bisa memanfaatkan potensi pasar yang besar ini.
Penetrasi pasar oleh bank syariah baru sekitar 6,5 persen. Penduduk yang memiliki rekening atau menjadi nasabah baru sekitar 31,65 juta jiwa (per Maret 2021).
Tingkat pengetahuan, pemahaman, dan akses terhadap keuangan nonkonvensional ini pun masih rendah. Hal ini terlihat dari Indeks Literasi Keuangan Syariah di Indonesia yang baru di angka 8,93 persen (2019) dan Indeks Inklusi Keuangan Syariah di angka 9,1 persen. Angka-angka ini lebih rendah dibandingkan indeks literasi dan inklusi keuangan perbankan nasional yang masing-masing 38,03 persen dan 76,19 persen.
Potensi pasar yang didukung jumlah penduduk muslim terbesar ini belum tergarap. Tapi, Indonesia juga punya potensi lainnya yang menjadi kekuatan baru, yaitu jumlah generasi milenial yang besar.
Sensus Penduduk 2020 BPS mencatat jumlah penduduk milenial, berusia 24-39 tahun, sebanyak 69,38 juta (25,87 persen). Mereka berada pada usia produktif dan dalam masa Indonesia tengah menikmati bonus demografi.
Baca juga : Perlu Strategi agar Produk Halal Jadi Tuan di Negeri Sendiri
Kekhasan Syariah
Indonesia memiliki ruang yang besar untuk mengembangkan keuangan syariah dengan menggali dua kekuatan besar yang dimiliki. Momentum untuk itu tercipta setelah pemerintah menggabungkan tiga bank syariah Himbara (Himpunan Bank-Bank Milik Negara), yaitu BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri menjadi Bank Syariah Indonesia pada 1 Februari 2021 lalu.
Dari penggabungan ini diharapkan bukan hanya keuntungan finansial dan infrastruktur saja yang didapat, melainkan juga strategi pengembangan baru untuk ekspansi. Perlu upaya-upaya luar biasa agar Indonesia bisa memperluas penetrasi dan mengatasi ketertinggalan dari negara lain dalam hal penguasaan sektor keuangan syariah.
Harapan ini disadari oleh manajemen BSI. Komisaris Independen BSI Arief Rosyid mengatakan masih ada persoalan dan kesenjangan dengan kecilnya pangsa pasar yang dikuasai oleh bank syariah yang ada sekarang. Oleh sebab itu, hal utama dalam menjalankan usaha ke depan adalah meningkatkan kualitas kinerja agar tidak kalah dari bank konvensional.
BSI juga akan fokus pada kekhasan syariah, yang tidak ada pada bank konvensional untuk menjadi preferensi masyarakat. Kekhasan syariah menjadi nilai tambah sekaligus pembeda. Preferensi masyarakat untuk mengakses keuangan syariah dijalin dengan pendekatan ukhuwah islamiyah dan kepatuhan terhadap syariah agama.
Secara umum, sasaran pengembangan operasi bank syariah, seperti yang dilakukan BSI, bertumpu pada empat hal yang menjadi kebutuhan nasabah, yaitu inklusivitas, milenial, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta digitalisasi (digital banking).
Walaupun merupakan bank syariah, BSI terbuka untuk semua kalangan dari berbagai latar belakang yang membutuhkan akses perbankan, sama seperti bank konvensional. Bank syariah bukan hanya untuk umat Islam. Hal itu akan didukung oleh layanan yang beragam.
Layanan juga ditujukan untuk pengembangan bisnis UMKM agar dapat naik kelas dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kalangan milenial juga menjadi prioritas karena mereka inilah yang saat ini menggerakkan ekonomi secara kreatif, sehingga harus dirangkul.
Bagaimana agar generasi milenial mau menjadi nasabah bank syariah? Salah satu pendekatannya adalah melalui teknologi digital yang sangat diakrabi oleh milenial.
Upaya-upaya seperti perluasan akses ke perbankan melalui pembukaan rekening secara daring melalui mobile banking, misalnya, adalah suatu keniscayaan jika ingin menyasar milenial. Begitu juga dengan menyediakan kemudahan layanan melalui one stop service dari aplikasi untuk semua kebutuhan.
Baca juga : Wapres Amin: Media Berperan Penting Dongkrak Literasi Ekonomi dan Keuangan Syariah
Diseminasi informasi
BSI menurut Arief Rosyid sudah memetakan alasan mengapa generasi milenial belum memiliki rekening atau menjadi nasabah bank syariah. Alasan tersebut beragam mulai dari masalah teknis seperti rekening tabungan mengikuti sistem penggajian kantor, minimnya infrastruktur pendukung seperti kantor cabang yang kurang menjangkau daerah perdesaan, atau fasilitas ATM kurang.
Persepsi bahwa fasilitas layanan bank syariah kalah dari bank konvensional juga masih kuat. Selain itu, fasilitas kredit minim, juga pemahaman yang masih kurang mengenai produk dan tata kelola keuangan syariah.
Persepsi salah atau yang minim mengenai produk keuangan syariah merupakan kendala diseminasi informasi yang harus dicarikan solusinya. Tidak dimungkiri, rendahnya literasi terhadap keuangan syariah dipicu oleh buruknya atau minimnya cara berkomunikasi dan diseminasi informasi kepada publik.
Peluang untuk memperbaiki komunikasi dan diseminasi informasi tetap mengacu pada kekhasan syariah. Ekosistem pesantren dan masjid di Indonesia yang sangat dekat dengan umat bisa digunakan untuk melakukan diseminasi informasi. Sekaligus menjadi potensi pemberdayaan ekonomi umat yang dapat dikolaborasikan dengan perbankan syariah.
Melibatkan tokoh agama, milenial, dan influencer juga akan menjadi keuntungan untuk meyakinkan masyarakat agar beralih ke bank syariah. Dengan upaya-upaya luar biasa, syariah akan menjadi jalan baru bagi umat Islam dan generasi milenial. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : SDM Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi Syariah