Mengoptimalkan Potensi Industri Furnitur Tanah Air
Industri furnitur berkontribusi 4,74 persen dari total penyerapan tenaga kerja industri manufaktur di Indonesia. Jika optimaliasi terus dilakukan, industri padat karya tersebut dapat membuka lebih banyak lapangan kerja.
Kinerja ekspor mendorong tumbuhnya kembali industri furnitur dalam negeri setelah sempat terseok akibat pandemi. Potensi bisnis furnitur dapat terus dioptimalkan di masa depan. Alih-alih hanya mengekspor kayu, pengolahan menjadi furnitur memberi lebih banyak nilai tambah dan membuka peluang pekerjaan.
Di tengah gejolak ekonomi akibat pandemi Covid-19, industri furnitur menjadi salah satu dari industri manufaktur yang mampu menunjukkan pertumbuhan. Kuartal pertama tahun ini, industri yang banyak terbuat dari kayu tersebut tumbuh positif 8,04 persen (year-on-year).
Keberhasilannya pun patut diapresiasi. Pasalnya, industri furnitur Indonesia konsisten mencatatkan laju pertumbuhan minus sejak pandemi Covid-19 melanda dunia. Bahkan, kuartal pertama tahun lalu merupakan kontraksi terdalam sepanjang 2020 dengan laju pertumbuhan minus 7,28 persen.
Hal tersebut membuat laju pertumbuhan industri furnitur menduduki posisi kedua terbawah di antara industri manufaktur nonmigas lainnya. Posisi terendah adalah industri mesin dan perlengkapan dengan laju pertumbuhan minus 9,33 persen.
Namun, kebangkitan awal tahun ini membawa industri furnitur menjadi industri manufaktur dengan laju pertumbuhan tertinggi kedua. Posisi pertama diisi oleh industri kimia, farmasi, dan obat tradisional dengan laju pertumbuhan 11,46 persen.
Bahkan, laju pertumbuhan yang dicapai saat ini, melampaui laju pertumbuhan tahun 2019, saat pandemi belum menghampiri Indonesia. Kuartal II-2019, laju pertumbuhannya hanya sebesar 5,81 persen, menjadi 6,93 persen di kuartal ketiga, dan berakhir di 7,79 persen pada kuartal keempat. Hanya kuartal pertama yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi, yakni 12,89 persen.
Kinerja ekspor
Pemulihan industri furnitur tersebut tak lepas dari permintaan dari pasar luar negeri yang menunjukkan peningkatan. Pada kuartal pertama tahun ini, nilai ekspornya mencapai 536,52 juta dollar AS. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terjadi peningkatan sebesar 28,16 persen.
Sejatinya, peningkatan tersebut tidak hanya terjadi pada tahun ini. Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam publikasi ”Warta Daglu: Mewartawakan Kinerja Perdagangan Luar Negeri Indonesia” menyebutkan, terjadi pula peningkatan ekspor furnitur pada 2020.
Laporan yang dipublikasikan pada Desember 2020 tersebut mencatat, nilai ekspor furnitur sepanjang Januari hingga Oktober 2020 sebesar 1,89 miliar dollar AS. Jumlah tersebut meningkat 13,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 dengan nilai ekspor sebesar 1,67 miliar dollar AS.
Kuartal pertama 2021, industri yang banyak terbuat dari kayu tersebut tumbuh positif 8,04 persen (year-on-year).
Nilai tersebut bahkan melampaui capaian ekspor tahunan, tahun 2015 hingga 2018. Berdasarkan kinerja tersebut, Indonesia menjadi salah satu eskportir besar furnitur dunia, selain China, Polandia, Jerman, Italia, dan Vietnam.
Adapun negara utama tujuan ekspor furnitur Indonesia adalah Amerika Serikat. Dari total ekspor furnitur Indonesia periode Januari-Oktober 2020, lebih dari separuhnya (55,2 persen) diekspor ke AS. Nilainya pun meningkat dibandingkan pada 2019, dari 0,8 miliar dollar AS menjadi 1,04 miliar dollar AS atau tumbuh 30,5 persen.
Tren pertumbuhan tersebut terus berlanjut hingga tahun ini. Kuartal pertama tahun ini, nilai ekspor furnitur ke AS senilai 299,5 juta dollar AS. Sementara periode yang sama tahun lalu nilainya hanya mencapai 216,3 juta dollar AS. Artinya, ada peningkatan sebesar 38,23 persen.
Melonjaknya ekspor furnitur ke salah satu raksasa ekonomi dunia tersebut sejalan dengan semakin membaiknya perekonomian di AS. Merujuk pemberitaan Wall Street Journal, PDB AS pada Januari hingga Maret 2021 tumbuh sebesar 6,4 persen (year on year).
Pemulihan tersebut tak lepas dari banyaknya penduduk yang sudah mengikuti program vaksinasi. Dengan demikian, lebih banyak penduduk AS kembali beraktivitas dan ekonomi kembali bergerak. Di sisi lain, stimulus yang diberikan Pemerintah AS kepada warganya turut mendorong lonjakan permintaan di negeri Paman Sam itu pada awal tahun ini.
Salah satu pengeluaran terbesar warga AS adalah untuk furnitur, diikuti dengan pengeluaran untuk mobil, sepeda, dan barang-barang mahal lainnya. Maka, tak heran jika ekspor produk-produk furnitur dari Indonesia ke AS kian meningkat.
Selain AS, Jepang juga merupakan mitra dagang utama ekspor furnitur Indonesia. Nilai ekspornya mencapai 7,4 persen dari total ekspor furnitur pada Januari-Oktober 2020. Dengan demikian, ekspor furnitur Indonesia ke Jepang menduduki posisi kedua setelah AS.
Negara utama tujuan ekspor furnitur berikutnya adalah Belanda, Belgia, Jerman, dan Australia. Sama seperti AS, ekspor ke empat negara tersebut mengalami peningkatan. Yang terbesar terjadi pada ekspor furnitur ke Belgia, yakni naik 47,4 persen (year on year) pada periode yang sama.
Pergeseran konsumsi
Tak hanya pasar luar negeri, pasar domestik pun berpotensi untuk dioptimalkan. Pasalnya, pandemi Covid-19 telah menggeser pola konsumsi masyarakat. Sejumlah kebijakan yang ditujukan untuk mengurangi mobilitas penduduk membuat pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk transportasi cenderung turun.
Sebelum adanya pandemi, pengeluaran masyarakat untuk transportasi dan komunikasi hampir mencapai seperempat dari total konsumsi rumah tangga. Namun, setelah pandemi, kontribusinya turun menjadi 23 persen.
Sementara pengeluaran untuk perumahan dan perlengkapan rumah tangga menunjukkan adanya peningkatan. Rata-rata kontribusinya terhadap total konsumsi rumah tangga pada 2019 adalah sebesar 13,42 persen. Namun, tahun 2020 dan 2021, setelah ada pandemi, rata-ratanya naik menjadi 14,11 persen.
Baca Juga: Makanan dan Minuman, Industri yang Bertahan Saat Pandemi
Kendati perubahannya tidak terlalu besar, cukup menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia mengalokasikan dana lebih banyak untuk kebutuhan perumahan dan perlengkapan rumah tangga. Merujuk definisi yang disusun BPS, perlengkapan rumah tangga yang dimaksud adalah kebutuhan akan furnitur.
Salah satu pasar daring ternama di Indonesia, Tokopedia, mencatatkan peningkatan tersebut. Seiring dengan kebijakan bekerja dari rumah, transaksi subkategori furnitur di Tokopedia naik hampir dua kali lipat. Jenis perlengkapan rumah tangga yang banyak diminati adalah kursi, meja, lemari pakaian, dan rak tanaman.
Potensi besar
Hal tersebut menjadi peluang bagi industri furnitur untuk mendorong produksi dan pasar furnitur dalam negeri. Optimalisasi pun bukan tidak mungkin dilakukan, sebab didukung oleh mudahnya memperoleh bahan baku. Indonesia dianugerahi sumber daya alam melimpah, seperti kayu dan rotan yang menjadi bahan baku utama industri tersebut.
Kekayaan alam tersebut membuat Indonesia menjadi salah satu produsen kayu terbesar di dunia. Mestinya, keunggulan tersebut dapat dioptimalkan bukan hanya untuk kebutuhan ekspor kayu mentah.
Dengan hanya mengekspor kayu, tidak banyak memberi nilai tambah untuk ekonomi nasional. Namun, jika kayu yang selama ini banyak diekspor mentah diubah menjadi hasil olahan akan memberi manfaat lebih banyak bagi sejumlah pihak.
Salah satunya adalah dapat menambah lapangan pekerjaan. Merujuk publikasi ”Info Komoditi Furnitur” yang disusun Kementerian Perdagangan pada 2017, industri furnitur mampu menyerap sekitar 500.000 tenaga kerja langsung secara nasional.
Ditambah lagi dengan 2,5 juta tenaga kerja tidak langsung yang turut memperoleh manfaat dari kinerja industri furnitur. Kini, industri furnitur berkontribusi sebanyak 4,74 persen dari total penyerapan tenaga kerja industri manufaktur di Indonesia.
Baca Juga: Menghitung Peluang Industri Manufaktur pada 2021
Jika optimalisasi terus dilakukan, industri padat karya tersebut akan memberikan kesempatan kerja bagi lebih banyak orang. Dengan demikian, dapat menjadi salah satu jawaban persoalan pengangguran di Indonesia.
Optimalisasi yang dibarengi dengan peningkatan kinerja ekspor juga akan menambah pundi-pundi devisa negara. Pada gilirannya, perekonomian nasional turut terdongkrak dan terdorong untuk tumbuh positif. (LITBANG KOMPAS)
Baca Juga: Waspadai Pengangguran di Sektor Industri Unggulan